Rupiah Melemah Banyak Perusahaan Diprediksi Bangkrut Jakarta - TopicsExpress



          

Rupiah Melemah Banyak Perusahaan Diprediksi Bangkrut Jakarta (Bali Post) - Bertenggernya rupiah pada level 11.600 per dolar AA dan cenderung akan terus mengalami pelemahan, diprediksi akan membuat bangkrut sejumlah perusahaan besar di Indonesia. Perusahaan besar yang terancam bangkrut itu terutama perusahaan yang memiliki utang besar dalam bentuk dolar AS. 'Sejumlah perusahaan grup besar diprediksi akan bangkrut (collaps). Apabila rupiah melemah dan bisa menyentuh sekitar 13.000 per dolar,' kata ekonom Rizal Ramli dalam diskusi di Gedung MPR, Senin (9/9) kemarin. Menurut Rizal, tidak ada yang aneh jika rupiah mulai bergerak ke level 12.000 hingga 13.000 per dolar. Karena fundamental ekonomi Indonesia sebenarnya sangat rapuh. 'Lihat saja, defisit neraca perdagangan sudah minus 6 miliar dolar AS, lalu defisit transaksi berjalan minus 9,8 miliar dolar AS, ditambah lagi dengan utang swasta yang jatuh tempo sekitar 27 miliar dolar AS,' terangnya. Menurut mantan Menko Perekonomian ini, utang perusahaan swasta memang bukan menjadi tanggungan pemerintah. Oleh karena itu, yang penting sekarang ini dan sangat dibutuhkan adalah paket jangka menengah. 'Solusi yang paling baik adalah pemerintah menceritakan saja apa adanya soal kondisi ekonomi yang sebenarnya,' sarannya. Dia mendukung usulan dilakukannya audit utang luar negeri Indonesia oleh Badan Pemeriksa Negara (BPK) selaku auditor negara. Sebab, selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, utang luar negeri Indonesia terus membengkak, sehingga makin memberatkan. APBN yang jumlahnya sudah mencapai Rp 1.600 triliun makin terasa berat dengan kewajiban Indonesia membayar utang luar negeri. 'BPK harus melakukan audit utang luar negeri Indonesia. Banyak penyimpangan pengelolaan utang luar negeri seperti di era Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mematok bunga pinjaman lebih besar dari Filipina, Thailand dan Vietnam. Padahal dengan utang yang lebih besar, harusnya bunga kita bisa lebih kecil dari tiga negara itu,' kata Rizal. Sebenarnya, kata Rizal, Indonesia bisa membangun tanpa harus berutang. Salah satu solusi yang dia tawarkan adalah moratorium pembelian mobil dan pembangunan gedung-gedung. 'Bisa dilakukan program penghentian penambahan mobil dinas baru dan penambahan gedung. Tidak perlu beli atau bangun baru, tetapi cukup sewa yang cost-nya lebih murah dibanding membeli atau membangun gedung baru,' kata Rizal. Kalau itu bisa dilakukan, negara bisa menghemat sampai Rp 400 triliun dari Rp 500 triliun yang dianggarkan untuk anggaran itu. 'Nah, Rp 400 triliun yang dihemat itu bisa digunakan untuk program infrastruktur, misalnya membangun jalur kereta api di Sumatera atau di Kalimantan yang biayanya hanya ratusan miliar,' katanya. Anggota Komisi XI DPR Arif Budimanta menilai langkah mendesak yang diperlukan saat ini adalah menstabilkan pasar keuangan dalam negeri. Namun tetap mengedepankan aspek kehati-hatian dan mencegah moral hazard. 'Juga melakukan kebijakan pencegahan dan pengurangan terhadap kegiatan-kegiatan spekulatif di pasar. Pendekatan moral suasion kepada pelaku pasar agar tidak melakukan sesuatu yang dapat menambah gejolak,' paparnya. Sementara itu, Wakil Ketua MPR-RI Ahmad Farhan Hamid menegaskan perekonomian negara saat ini secara umum pertumbuhannya baik. 'Hanya utang luar negeri terus bertambah besar, dan sumber daya alam negara ini pengelolaannya makin jauh dari amanat konstitusi,' pungkasnya. (kmb4)
Posted on: Tue, 10 Sep 2013 01:51:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015