STRATEGI AGAMA HINDU DI ERA GLOBALISASI DALAM TOLERANSI - TopicsExpress



          

STRATEGI AGAMA HINDU DI ERA GLOBALISASI DALAM TOLERANSI BERAGAMA OLEH BUHOL, S.Ag, M.Fil.H. DI SAMPAIKAN PADA SEMINAR JURUSAN PENERANGAN AGAMA HINDU TGL 30 SEPTEMBER 2013 SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG PENYANG (STAHN-TP) PALANGKA RAYA TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara masalah isu pembangunan sumber daya manusia dan toleransi beragama tentu tidak lepas dari manusia itu sendiri. Manusia dikatakan mahluk yang berbudaya dimana manusia dalam segala aktivitasnya mempunyai kebiasaan yang selalu didasari dengan pertimbangan dari segi positif dan segi negatif sebagai sebuah budaya yang melekat pada dirinya, manusia yang tidak memiliki budaya, tidak berbeda dengan robot yang tidak memiliki kreativitas, peradaban yang dapat mencipta dan berkarya. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang memiliki akal pikiran, budi untuk selalu mengarah ke kemajuan peradaban kehidupan mereka. Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi. Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama. Era melinium di abad 21 ini era global dan modernisasi, adalah merupakan sebuah transformasi total masyarakat dalam segala aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, agama, kebudayaan, kelembagaan dan lain-lain dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang oleh Pool dikutip Duija (2006 : 4) mengatakan modernisasi sangat luas sekali artinya yakni mencakup proses perolehan citra (image) baru seperti citra tentang arah perubahan atau citra tentang kemungkinan perkembangan. Pendapat terhadap modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini, maka masuknya budaya luar (asing) tidak dapat dielakan atau dipungkiri pada masa modern dan globalisasi seperti sekarang ini. Selain hubungan antar suku, agama, bangsa dengan tujuan khusus seperti pariwisata, kunjungan budaya dan misi sosial politik dan lainnya, hampir dapat dipastikan bahwa manusia adalah sebagai mahluk sosial dimuka bumi ini pada hakekatnya cenderung mengadakan hubungan sosial yang muncul selama masuknya kebudayaan dari luar kebudayaannya sendiri sebagai kulturisasi budaya yang satu dengan budaya yang lain. Disinilah letak terhadap perubahan yang dialami oleh umat manusia baik itu perilaku, gaya hidup, politik, ekonomi dan lainnya. Adakah yang salah dengan semua itu ? masa transisi dari manusia itu sendiri sesungguhnya letak permasalahan yang dihadapi umat manusia dimana manusia mengharapkan peran agama sebagai pegangan hidup untuk menghadapi tantangan atau arus masuknya budaya dari luar itu sendiri. Hegel dalam Morris (2003:16-17), mengatakan bahwa tidak boleh secara latah menolak berbagai keyakinan dan upacara keagamaan dengan mengkategorikannya sebagai “tahayul, kesalahan dan kesombongan” atau “menilainya semata-mata sebagai representasi dari beberapa bentuk perasaan keagamaan”. Namun kita harus mengetahui makna atau kebenarannya, mengetahui rasionalitas yang terdapat didalamnya. Artinya kalau kita sikapi berdasarkan pendapat-pendapat diatas, sungguh bijak apabila kita dalam menghadapi berbagai perubahan harus dengan keluhuran budi, arif dan bijaksana karena aspek kebudayaan bagian integral dari agama, agama tanpa budaya kurang meriah maka kebudayaan harus kita kejar dan pertahankan agar globalisasi terhadap kebudayaan yang ada tidak banyak berpengaruh dengan selalu mengadakan pempilteran budaya yang masuk dari luar dengan agama Hindu sebagai acuannya. Reformasi dewasa ini memang telah melahirkan banyaknya perubahan disegala segi aspek dimensi agama, budaya, dalam kehidupan manusia maka dengan reformasi ini pula agama Hindu perlu mempunyai strategi untuk tetap bertahan di tengah isu pembangunan sumber daya manusia dan toleransi beragama sebagai filterisasi untuk budaya dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia orang Hindu itu sendiri melalui pendidikan, penyuluhan, dan pembinaan agar tetap eksis dan lestari sepanjang jaman, sebagai warisan budaya bangsa yang adi luhung. Harus di akui bahwa modernisasi dan globalisasi menimbulkan berbagai intensitas dalam pergulatan antara nilai-nilai local dan global, tak terkecuali pengaruh itu masuk pada dimensi kehidupan agama yang dianggap sakral. Maka masyarakat Hindu dan kebudayaannya juga tidak terlepas dari pengaruh globalisasi timbullah hasrat masyarakat untuk menegaskan keunikan budaya yang bersumber dari ajaran agama Hindu hal ini tentunya tidak terlepas dari peran agama Hindu yang menyatu dan berakar pada kebudayaan. Berdasarkan fenomena dalam latar belakang diatas, maka makalah ini diberi judul “Strategi Agama Hindu di Era Globalisasi dalam Toleransi Beragama”. 1.2 Rumusan Masalah Yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah : 1.Bagaimana Strategi Agama Hindu di Era Globalisasi dalam Toleransi Beragama ? 1.3 Batasan Masalah Agar tidak terjadi kesimpang siuran dan kesalah tafsiran pada isi makalah ini, maka perlunya batasan masalah. Masalah pada makalah ini dibatasi hanya pada Strategi Agama Hindu di Era Globalisasi dalam Toleransi Beragama ? 1.4 Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana Strategi Agama Hindu di Era Globalisasi dalam Toleransi Beragama 1.5 Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Dimana dengan mengumpulkan beberapa buku yang berkenaan dengan permasalahan dalam makalah ini. 1.6 Manfaat Untuk mengetahui Strategi Agama Hindu di Era Globalisasi dan Toleransi Beragama dengan berupa kajian teks informasi semata yang diulas sebatas pengetahuan dan pengalaman. Sehingga manfaatnya pun hanya sebagai bahan informasi dalam implementasinya terhadap keberadaan Strategi Agama Hindu diera globalisasi dan Toleransi Beragama untuk mempererat tali silaturahmi antar umat beragama guna ikut menjaga ketertiban dan perdamaian dunia khususnya di Indonesia. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Strategi Agama Hindu di Era Globalisasi Berbicara strategi dan toleransi beragama secara global di muka bumi ini terlebih dahulu kita harus paham defenisi agama. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. (Tim, 1996 : 4). Kata Agama dari bahasa Sansekerta A artinya tidak “GAM” artinya pergi. (Kata “gam” ini, dipakai juga dalam bahasa Inggris GO, bahasa Belanda GA, yang artinya sama juga yaitu “pergi.). Jadi kata “ AGAMA” berati “tidak pergi”, “tetap ditempat”, “langgeng” diwariskan secara turun-temurun. Inilah arti istilah kata agama. Tetapi artinya dalam jiwa kerohaniannya Agama itu bagi pemeluknya ialah Dharma dan kenbenaran abadai yang mencakup seluruh jalan kehidupan (way of life) manusia (Parisada Hindu Dharma, 2002: 4).“tradisi” “tradisi” Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Émile Durkheim dalam Duija (2006 : 109) mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya Agama Hindu bukanlah hanya sekedar doktrin semata yang mutlak bersumber dari buku tanpa ada budaya didalamnya. Tapi bagi masyarakat yang beragama Hindu adalah agama merupakan cermin tingkah laku dan obor penerang dalam hidup di marcapada ini, contoh orang bali yang mayoritas beragama Hindu , Pulau Bali yang kental dengan tradisinya yang khas selalu melakukan praktek keagamaan disertai dengan budaya. Dan tidak berhenti disini, agama Hindu menyusup sampai ke inti terdalam dari kepercayaan dan praktek keagamaan. Nilai-nilai Hindu sangat kuat mempengaruhi budaya orang Bali, dari kulit hingga intinya yang terdalam, dan tentu etika yang berada diantaranya yang menghubungkan keyakinan dengan praktek kehidupan sehari-hari Kebudayaan yang kental dalam Agama Hindu merupakan sebuah kunci strategi untuk menghadapi segala perubahan yang dialami oleh masyarakat dunia, Hinduisme tidak pernah lepas atau terpisah dengan kehidupan manusia dan budaya. Hal ini disebabkan Hinduisme merupakan milik dan alat manusia dan budaya untuk mencapai keselarasan (keharmonisan) hubungan/kesejahteraan dalam hidup, dan merupakan suatu keyakinan terhadap keberadaan Sang Hyang Widhi Wasa /Ranying Hatala Langit (Tuhan Yang Maha Esa). Kebudayaan didapat melalui belajar, maka dapat dikatakan bahwa membudayakan manusia atau memanusiakan anak manusia hanya bisa melalui pendidikan agar anak manusia menjadi manusia. Agama Hindu hanya sebagai jalan dalam mengerjakan aspek dalam kehidupan kebudayaan tetapi kebudayaan hanya bisa di bentuk oleh pendidikan. Kebudayaan sesungguhnya bukan hanya sekedar membuat umat manusia menjadi memiliki budaya, sopan, jujur, hormat, menguasai teknologi dan lainnya tetapi kebudayaan diarahkan untuk membantu sebuah proses dengan penuh kesadaran untuk mengembangkan sikap, dan kemampuan secara individu, masyarakat dan umat Tuhan secara oftimal kearah yang positif. Seperti yang kita ketahui ada tujuh unsur kebudayaan, yang ada di dunia ini, adalah; (a) sistem relegi dan upacara keagamaan, (b) Sistem organisasi kemasyarakatan, (c) sistem pengetahuan, (d) bahasa, (e) kesenian, (f) sistem mata pencaharian hidup, (g) sistem tekhnologi dan peralatan (Koentjaraningrat, 2004 : 2). Suripto (2006:2) pada dasarnya kebudayaan senantiasa berkembang seirama dengan pertumbuhan dan perubahan lingkungannya. Karena pada dasarnya Jiwa yang semula bersih bagai “tabula-rasa” semakin dewasa semakin diperkaya oleh hawa nafsu, yang bersumber dari berbagai keinginan. nafsu-nafsu ini semakin beragam karena tuntutan kebutuhan hidup yang semakin berkembang, bila keinginan-keinginan ini tidak dikendalikan dengan baik maka niscaya manusia akan tumbuh liar layaknya seperti binatang. Kebudayaan manusialah yang membedakan manusia dengan binatang. Kebudayaan merupakan suatu proses pemanusiaan yang artinya dalam kehidupan berbudaya akan terjadi sebuah proses perubahan dan kebudayaan dapat memberikan kondisi sadar atau tidak disadari untuk belajar. Edwar B. Tylor (1971) dalam “Primitiv Kultur” yang dikutip oleh Tilaar (1999 : 39-4) menyebutkan : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan salah satu akan terus mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan jaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi dan perkembangan kepandaian manusia, perubahan itu bisa bersumber dari beberapa unsur . Yang oleh Shane (2002 : 39) bahwa pendidikan barangkali merupakan cara terbaik yang ditempuh masyarakat untuk membimbing perkembangan manusia sebagai pengamanan dari dalam berkembang pada setiap anak dan karena itu dia terdorong untuk memberikan kontribusi pada kebudayaan hari esok. Pembinaan dan pengembangan kebudayaan agama Hindu pada masa sekarang sesungguhnya mendesak untuk dilakukan hal ini disebabkan oleh seluruh aspek kehidupan sedang mengalami perubahan-perubahan sangat krusial dan mendasar serta cepat yang berdampak jangka panjang. Globalisasi dewasa ini bukan lagi hanya sekedar semakin meluasnya teknologi di bidang telekomunikasi, tetapi juga semakin meningkatnya penyebaran budaya asing yang mengglobal kedalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, hal ini merupakan penetrasi dan penyebaran budaya global yang sedikit banyak akan mempengaruhi budaya nasional dan budaya lokal. Hindu memandang bahwa setiap orang hendaknya meningkatkan Sumber Daya Manusianya sebab dengan peningkatan Sumber Daya Manusia, seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dapat menganalisa dengan tajam segala sesuatu yang dihadapi melalui kekuatan intelek yang dimilikinya. Hal ini diamanatkan dalam kitab suci Veda (Rg Veda X.56.1) “atas dasar sabda Tuhan Yang Maha Esa inilah, merupakan kewajiban bagi umat manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia”. Dengan mengartikan sloka ini maka sebuah kewajiban bagi umat Hindu untuk memperoleh ilmu pengetahuan, hanya dengan menguasai ilmu pengetahuan maka Strategi bertahan Agama Hindu diera globalisasi ini penting untuk keberadaan Hindu mendatang. globalisasi yang melanda dunia khususnya mempengaruhi kebudayaan dan agama Hindu dapat di antisifasi dengan menggunakan berbagai strategi untuk kelangsungan hidupnya kebudayaan dan agama Hindu dimasa yang akan datang. Globalisasi adalah sebuah keniscayaan ketika batas-batas antar negara menjadi semakin tipis kerena gerak kemajuan yang mengglobal, seperti bola salju yang mengelinding. Globalisasi memiliki pengaruh yang tidak sedikit. Pengaruh globalisasi berdampak pada semua bidang yang salah satunya juga pada kebudayaan dan agama. Agama Hindu memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan kebudayaan, memelihara, sekaligus pendidikan agama yang berwawasan multikultur agar jangan sampai harkat dan martabat Bangsa Indonesia diinjak-injak oleh pesatnya pengaruh globalisasi. Perlunya pengembangkan kesadaran kebhinekaan, untuk membangun bangsa yang agamais dan humanis, pendidikan multikultur ini hendaknya ditanamkan sejak dini kepada setiap anak didik agar mudah beradaptasi dengan lingkungan berbagai etnis, budaya, dan agama. Pendidikan Agama Hindu merupakan salah satu strategi yang tepat digunakan untuk Agama Hindu sebagai sub sistem dari pendidikan nasional juga mengalami imbas yang sama terhadap pengaruh globalisasi maka konsekuensinya adalah mengajarkan anak didik terhadap hal-hal yang dihadapi dalam era globalisasi dengan konsep ajaran agama Hindu yang fundamental kedalam kurikulum pendidikan agama Hindu sebagai pengejewantahan dari ajaran agama Hindu. Agama Hindu menjawab setiap permasalahan yang dihadapi dalam rangka mempertahankan kebudayaan dan agama Hindu. Menurut tokoh Hindu Bal Gangadhar Tilak (1856-1920) yang dikutip oleh Glyn Richard (2004 : 81) mengatakan : “Dari sekian banyak hal yang akan dilakukan maka pendidikan keagamaan akan menjadi yang pertama dan utama dari semua permasalahan yang menjadi perhatian. Dan selanjutnya ia juga mengatakan pemikiran tentang universitas Hindu dimana agama kita yang kuno bisa diajarkan bersama dengan ilmu pengetahuan yang modern adalah hal yang sangat baik dan harus didukung oleh semua komponen”. Begitu pentingnya umat Hindu memiliki strategi untuk mempertahankan agama hindu sekaligus melestarikan kebudayaan untuk masa depan agar bersaing sekaligus sebagai wahana untuk mempertahankan eksistensi umat manusia dan eksistensi budaya dan agama Hindu di tengah-tengah pergulatan dunia ini. 2.2 Toleransi Beragama Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama. Toleransi beragama dalam kehidupan hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku, agama, maupun budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain. Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan sesama. Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Namun, konsep toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis kelamin, anakanak dengan gangguan fisik maupun intelektual dan perbedaan lainnya. Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil, sehingga tercapai kesamaan sikap dan Toleransi juga adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya, renungkan dan amati suasana peri kehidupan bangsa Indonesia dimana kebangga akan tanah air dan juga kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita telah dikaruniai tanah air yang indah dengan aneka ragam kekayaan alam yang berlimpah ditambah lagi beraneka ragam suku, ras, adat istiadat, budaya, bahasa, serta agama dan lain-lainnya. Kondisi bangsa Indonesia yang pluralistis menimbulkan permasalahan tersendiri, seperti masalah Agama, paham separatisme, tawuran antar ormas yang radikal ataupun kesenjangan sosial. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antar umat beragama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain karena masalah agama. Toleransi antar umat beragama bila kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana yang tenang, damai dan tenteram dalam kehidupan beragama termasuk dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan keyakinannya Melalui toleransi diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai. Contoh pelaksanaan toleransi antara umat beragama dapat kita lihat seperti: a.Bali yang mayoritas Agama hindu saat hari raya korban menyumbangkan sapi dan membagikan daging pada masyarakat yang beragama islam b.Pecalang di Bali menjaga masjid saat hari raya idul fitri c.Membantu orang yang kena musibah banjir. d.Membantu korban kecelakaan lalu-lintas dll. Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing. Kita sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung perasaan umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan. Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing sesuai dengan bunyi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati akan terbina perikehidupan yang rukun, tertib, dan damai. Dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi dalam berbagai kehidupan di Negera kita Indonesia. Masihkah Anda ingat yaitu peristiwa yang memalukan bangsa kita, yang seharusnya tidak perlu terjadi. Negara dan bangsa Indonesia pernah digoncang oleh perpecahan yang berawal dari kemajemukan masyarakat. Di dalam kemajemukan itu ada kelompok-kelompok tertentu yang mau memisahkan diri dari negara kesatuan. Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena satu faktor perbedaan, misalnya faktor agama. Namun tidak jarang perpecahan itu disebabkan oleh beberapa faktor secara bersama, misalnya kerusuhan ras yang ditunjang oleh perbedaan kondisi ekonomi, agama, dan budaya. Cobalah kita renungkan mengapa terjadi peristiwa perkelahian, tawuran bahkan permusuhan antar etnis di negeri kita. Contoh di Aceh, peristiwa di Sampit, Sambas, Ambon dan yang masih hangat bagi kita peristiwa balinuraga di Lampung dan lain-lainnya yang kalau ditulis sungguh memalukan dan memilukan hati dan perasaan kita. Dari contoh peristiwa yang tidak semuanya disebutkan itu, bagaimana menurut pendapat Anda? Pasti Anda tidak menghendaki peristiwa itu terjadi bukan? Karena peristiwa itu apapun alasannya yang pasti akan menghancurkan masa depan anak-anak bangsa, martabat serta harga diri bangsa. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah-pecah saling bermusuhan satu sama lain karena masalah agama. Kita ingin hidup tertib, aman, dan damai, saling menghormati dan saling menghargai agama dan keyakinan masing-masing. Untuk itu kita harus dapat menciptakan kehidupan umat beragama yang serasi, selaras, dan seimbang, sebagai umat beragama, sebagai masyarakat maupun warga negara. Di era globalisasi menuju Indonesia baru mari kita berupaya semakin meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya adalah bagaimana seharusnya kita bina atau menjalin hubungan toleransi dengan benar. Kita perlu dan wajib membina dan menjalin kehidupan yang penuh dengan toleransi. Manusia sebagai mahluk sosial, secara kodrat tidak bisa hidup sendiri. Hal ini berarti seseorang tidak hidup sendirian, tetapi ia berteman, bertetangga, bahkan ajaran agama mengatakan kita tidak boleh membedakan warna kulit, ras, dan golongan. Sikap dan perilaku toleransi dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, di manapun kita berada, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan berbangsa dan bernegara, renungkan dan sadari mengapa terjadi peristiwa seperti tawuran antar pelajar di kota-kota besar, tawuran antar warga, peristiwa atau pertikaian antar agama dan antar etnis dan lain sebagainya. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan cerminan dari kurangnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi toleransi dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu: a.Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama. b.Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan. Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya merupakan kehidupan masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian pula di dalamnya terdapat berbagai kehidupan antar suku bangsa yang berbeda. Namun demikian perbedaan-perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Manusia adalah insan sosial. Dengan demikian ia tidak bisa berdiri sendiri, satusama lainnya saling membutuhkan. Manusia yang satu dengan lainnya mempunyai corak yang berbeda, kendati demikian kedua-duanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani kehidupannya. Dalam mengejar kepentingan ada norma atau etika manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Contohnya manusia bergaul dengan sesamanya. Manusia harus bergaul, sebab pergaulan amat penting dan dibutuhkan, tanpa ini manusia belum lengkap menjalankan kehidupannya. Masalah yang berkaitan dengan isu sara dan alternatif penanggulangan wacana seputar kehidupan beragama beserta permasalahan yang selalu mengitarinya, dalam hal ini adalah masalah seputar pluralitas agama, merupakan permasalahan yang tidak dapat basi. Hal ini dikarenakan, masalah tersebut akan selalu ada selama masih ada manusia. Selain itu, masalah atau topik ini akan selalu aktual dan menarik untuk dikaji bagi siapa pun yang mencita-citakan terwujudnya perdamaian di bumi ini. Menyajikan wacana seputar pluralitas agama dan kerukunan umat beragama. Hal ini ditandai dengan penyajian materi yang cenderung merupakan sosialisasi gagasan seputar pluralitas dan inklusivitas keagamaan ditengah-tengah masyarakat. Hal ini tentunya dilakukan guna membina dan melestarikan kehidupan beragama yang damai, saling toleransi, saling menghormati dan saling menghargai. Perlunya sosialisasi bahwa pada dasarnya semua agama datang untuk mengajarkan dan menyebarkan perdamaian dalam kehidupan umat manusia. Wacana agama yang menghargai pluralitas, toleran dan inklusif. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang penuh kasih sayang antar sesama manusia. Adanya kesenjangan antara cita-cita ideal agama-agama dengan realitas empirik kehidupan umat beragama di masyarakat. Semakin menguatnya kecenderungan eksklusivisme dan intoleransi pada sebagian masyarakat, yang mana nantinya hal ini dapat memicu terjadinya konflik dan permusuhan bernuansa SARA (agama). Perlunya mencari upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kerukunan dan perdamaian antar umat beragama, perdamaian dan kerukunan antar umat beragama, apapun agama itu. Pluralitas merupakan sebuah keniscayaan atau kepastian yang harus diterima secara positif dan dengan lapang dada. Terutama pada di negara demokrasi yang majemuk seperti Indonesia. Sehingga, diperlukan semangat nilai-nilai pancasila, seperti toleransi, rekonsiliasi (permufakatan), kesediaan untuk berdialog, kerja sama dan sikap inklusif serta pembangunan wacana yang tepat. Hal ini dilakukan agar perbedaan-perbedaan atau keanekaragaman ini menjadi sesuatu yang positif. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan tersebut dapat ditarik 3 kesimpulan Strategi Agama Hindu Di Era Globalisasi Dalam Toleransi Beragama adalah : 1.Kebudayaan Kebudayaan yang kental dalam Agama Hindu merupakan sebuah kunci strategi untuk menghadapi segala perubahan yang dialami oleh masyarakat dunia, Hinduisme tidak pernah lepas atau terpisah dengan kehidupan manusia dan budaya. Hal ini disebabkan Hinduisme merupakan milik dan alat manusia dan budaya untuk mencapai keselarasan (keharmonisan) hubungan/kesejahteraan dalam hidup, dan merupakan suatu keyakinan terhadap keberadaan Sang Hyang Widhi Wasa /Ranying Hatala Langit (Tuhan Yang Maha Esa). Globalisasi adalah sebuah keniscayaan ketika batas-batas antar negara menjadi semakin tipis kerena gerak kemajuan yang mengglobal, seperti bola salju yang mengelinding. Globalisasi memiliki pengaruh yang tidak sedikit. Pengaruh globalisasi berdampak pada semua bidang yang salah satunya juga pada kebudayaan dan agama. Agama Hindu memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan kebudayaan, memelihara, sekaligus pendidikan agama yang berwawasan multikultur agar jangan sampai harkat dan martabat Bangsa Indonesia diinjak-injak oleh pesatnya pengaruh globalisasi. Perlunya pengembangkan kesadaran kebhinekaan, untuk membangun bangsa yang agamais dan humanis, pendidikan multikultur ini hendaknya ditanamkan sejak dini kepada setiap anak didik agar mudah beradaptasi dengan lingkungan berbagai etnis, budaya, dan agama. 2.Pendidikan Agama Hindu Pendidikan Agama Hindu merupakan salah satu strategi yang tepat digunakan. Agama Hindu sebagai sub sistem dari pendidikan nasional juga mengalami imbas yang sama terhadap pengaruh globalisasi maka konsekuensinya adalah mengajarkan anak didik terhadap hal-hal yang dihadapi dalam era globalisasi dengan konsep ajaran agama Hindu yang fundamental kedalam kurikulum pendidikan agama Hindu sebagai pengejewantahan dari ajaran agama Hindu. Agama Hindu menjawab setiap permasalahan yang dihadapi dalam rangka mempertahankan kebudayaan dan agama Hindu. Menurut tokoh Hindu Bal Gangadhar Tilak (1856-1920) yang dikutip oleh Glyn Richard (2004 : 81) mengatakan : “Dari sekian banyak hal yang akan dilakukan maka pendidikan keagamaan akan menjadi yang pertama dan utama dari semua permasalahan yang menjadi perhatian. Dan selanjutnya ia juga mengatakan pemikiran tentang universitas Hindu dimana agama kita yang kuno bisa diajarkan bersama dengan ilmu pengetahuan yang modern adalah hal yang sangat baik dan harus didukung oleh semua komponen”. Begitu pentingnya umat Hindu memiliki strategi untuk mempertahankan agama hindu sekaligus melestarikan kebudayaan untuk masa depan agar bersaing sekaligus sebagai wahana untuk mempertahankan eksistensi umat manusia dan eksistensi budaya dan agama Hindu di tengah-tengah pergulatan dunia ini. 3. Toleransi Beragama Globalisasi menuju Indonesia baru mari kita berupaya semakin meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya adalah bagaimana seharusnya kita bina atau menjalin hubungan toleransi dengan benar. Kita perlu dan wajib membina dan menjalin kehidupan yang penuh dengan toleransi. Manusia sebagai mahluk sosial, secara kodrat tidak bisa hidup sendiri. Hal ini berarti seseorang tidak hidup sendirian, tetapi ia berteman, bertetangga, bahkan ajaran agama mengatakan kita tidak boleh membedakan warna kulit, ras, dan golongan. Sikap dan perilaku toleransi dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, di manapun kita berada, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan berbangsa dan bernegara, renungkan dan sadari mengapa terjadi peristiwa seperti tawuran antar pelajar di kota-kota besar, tawuran antar warga, peristiwa atau pertikaian antar agama dan antar etnis dan lain sebagainya. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan cerminan dari kurangnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi toleransi dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu: c.Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama. d.Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan. Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya merupakan kehidupan masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian pula di dalamnya terdapat berbagai kehidupan antar suku bangsa yang berbeda. Namun demikian perbedaan-perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Perlunya sosialisasi bahwa pada dasarnya semua agama datang untuk mengajarkan dan menyebarkan perdamaian dalam kehidupan umat manusia.Wacana agama yang menghargai pluralitas, toleran dan inklusif. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang penuh kasih sayang antar sesama manusia. 3.2 Saran Berdasarkan uraian singkat ini setidaknya dapat menjadi sarana diskusi dan dialog yang baik. Tentang Pendidikan Agama Hindu yang merupakan salah satu strategi yang tepat digunakan. Agama Hindu sebagai sub sistem dari pendidikan nasional juga mengalami imbas yang sama terhadap pengaruh globalisasi maka konsekuensinya adalah mengajarkan anak didik terhadap hal-hal yang dihadapi dalam era globalisasi dengan konsep ajaran agama Hindu yang fundamental kedalam kurikulum pendidikan agama Hindu sebagai pengejewantahan dari ajaran agama Hindu. Dan juga terkait hal-hal pluralitas, toleransi, konflik, dialog dan kerukunan antar umat beragama maupun kedudukan kebudayaan sebagai pendukung . Atau bahkan, makalah ini dapat dijadikan referensi dalam upaya mewujudkan kerukunan dan kedamaian dalam hubungan antar umat beragama. DAFTAR PUSTAKA Azra. Azyumardi, 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta. Kompas Duija. I Nengah, 2006. Materi Kuliah Teori Sosial Budaya dan Penerapannya. Program Pascasarjana. IHDN Denpasar Parisada Hindu Dharma. 2002. Upadeca Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu. Jakarta: Felita Nursatama Lestari. Koentjaraningrat.2004. Manusia Dan Budaya Di Indonesia. Jakarta: Djambatan Morris. Brian. 2003. Antropologi Agama. Kritik Teori-Teori Agama Kontemporer. Yogyakarta. AK Group. Richard. Glyn, 2004. Sumber Hinduisme Modern (Tokoh-Tokoh Besar Pembaharu Hindu). Surabaya. Paramita Shane. G. Harold, 2002. Arti Pendidikan Bagi Masa Depan. Jakarta. PT. Grafindo Persada. Suerpto. Adi, 2006. Nilai-nilai Hindu Dalam Budaya Jawa (serpihan tertinggal), Jakata Media Hindu. Tilaar. H.A.R, 1999. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung. Rosdakarya Tim Penyusun. 1996. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Hanuman Sakti. Pertanyaan : 1 Trisnawati : kurangnya pemahaman umat dimanfaatkan orang lain dengan kepentingan pribadi....bagaimanakah strategi kami sebagai juru penerang dalam menghadapi masalah ini ? Apakah ada upaya dari lembaga kepemerintahan berjuangan untuk kami sebegai tenaga penyuluh untuk diserap dan disalurkan ketempat yang tepat sasaran sesuai dengan bidang kami ? 2. Icong : mengagamakan orang yg sudah beragama...adalah pelanggaran hukum, Agama baru masuk karena agama lama mereka tidak punya identitas... Bagaimana tanggapan atau tindakan terhadap pelaku yang melanggar aturan pemerintah tersebut ?... Dan tolong juru penerang bisa sampau ke tempat kantong-kantong umat ?.... 3. Deni engraini :... Bagaimana langkah seorang pemimpinan khususnya agama Hindu dalam menanggapi penghinaan yang dilakukan oleh pihak lain... Apakah seorang pemimpin Hindu harus diam atau bagaimana ? 4. Tiwi Etika, D.Phil : inti sari dari pemaparan makalahnya ada 3 strategi agama Hindudi era globalisasi ini ; 1 Melalui kebudayaan, 2 pendidikan, 3 toleransi kenapa ? 5. Stuparni : bagaimana strategi agama. hindu bertoleransi dikaji dari bahasa, mata pencaharian hidup untuk tetap bertahan di era globalisasi ? 6. Bagaimana kretaria peran dan tenaga penyuluh bisa dilaksanakan dengan baik ? 7. Sutini : berkaitan dengan toleransi banyaknya agama tdk jadi masalah... Dengan adanya pancasila, Toleransi yang ada didalamnya ... Apa yg menjadi konsep berpikir juru penarang untuk menanggapi itu ?... Tanggapan : Armadiansah,S.H,.M.H 1. Bukan jamannya lagi masyarakat hindu bertoleransi dengan non Hindu kerena kita selalu mendapat ketidakadilan perlakuan dari pihak non hindu 2. Bukan saatnya pemimpin hindu diam dan bersifat syadu seperti jaman dulu dalam menghadapi pelecehan atau penistaan agama ,... Kalau ada terjadi hal tersebut segara laporkan ke hukum. 3. Kepada lembaga yang mengurus bidang itu khususnya Bimas Hindu, bisa memanfaatkan tenaga penyuluh agama hindu benar-benar terjun ke lapangan jangan duduk di kantor menghadap meja
Posted on: Fri, 04 Oct 2013 07:16:28 +0000

Trending Topics



//www.topicsexpress.com/Elisa-and-etham-taj-and-I-went-to-wattle-grove-hotel-for-lunch-topic-577286455664257">Elisa and etham taj and I went to wattle grove hotel for lunch!
La ciruela en su edad Miguel Almeyda Arístides Vargas llamado el
Jó 8 - 1. ENTÃO respondendo Bildade o suíta, disse: 2. Até
WATCH THE VIDEO EXPLANATION ON HOW AND WHY WE DO 1BRO
Proverbs 7:1-3. My son, keep my words and lay up my commandments
Tonight in Primetime on KCBD KCBD-NewsChannel 11 -
#Birkenhead Job: Registered Nurse - RN - Four Seasons Health Care

Recently Viewed Topics




© 2015