Said Aqil Siraj menghina Nabi Apa yang disebut Said Aqil Siradj - TopicsExpress



          

Said Aqil Siraj menghina Nabi Apa yang disebut Said Aqil Siradj menghina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dapat ditelusuri, ada penjelasan dalam Buku Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal dalam Tubuh NU Karya KH. Muh. Najih Maimoen kyai NU pula di antaranya sebagai berikut: Said Aqil dalam makalahnya (Dr. Said Agil Siradj, makalah berjudul Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA, red nm) yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional PMII di Jakarta, 8 Agustus 1995, dan di Kantor PBNU pada tanggal 19 Oktober 1996, yang banyak kami temukan dalam makalah tersebut banyak kejanggalan dan kesalahan yang amat fatal, tiga diantaranya adalah: 1. Sejarah mencatat, begitu tersiar berita Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu Bakar, hampir semua penduduk Jazirah Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya. Inipun kalau dikaji secara seksama bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tapi karena kabilah. Pikiran yang mendasari orang Makkah untuk memeluk agama Islam adalah logika, bahwa kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad, sedang Muhammad adalah orang Quraisy, penduduk asli kota Makkah. Dengan demikian kemenangan Islam adalah kemenangan suku Quraisy. Kalau begitu, tidak perlu murtad. Artinya tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan Abu Bakar di Bani Saqifah, “al-A’immatu Min Quraisy”, ((Dr. Said Agil Siradj, makalah berjudul Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA, halaman 3 alenia V). 2. a. Di masa-masa awal pemerintahan kira-kira enam tahun pemerintahan Khalifah Utsman keadaan wajar-wajar saja. Semuanya berjalan dengan baik, kemenangan terjadi dimana-mana, katakanlah sukses. Namun dimasa-masa akhir ketika usianya mulai lanjut, Utsman mulai pikun. ((Dr. Said Agil Siradj, makalah berjudul Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA, halaman 6 alenia I). b. Begitupun ketika ditanya tentang pengangkatan Gubernur dan pembantu-pembantu Khalifah yang semuanya dari kalangan famili, ia tegas bahwa itu karena adanya ayat Al-Quran, “Wa Ati dzal Qurba”, utamakan dahulu kerabat. Ketika itu Utsman sudah pikun dan sudah selayaknya mundur. ((Dr. Said Agil Siradj, makalah berjudul Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA, Halaman 7 alenia I). 3. Sejak itu Mutawakkil mendapat gelar Nashirullah (pembela madzhab Ahlussunah Wa al-Jamaah) mulailah lahir Hadits “Sataftariqu Umaty”……..dst, bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan hanya satu yang selamat. Ada lagi riwayat yang mengatakan “Kulluha Fil Jannah Illa Wahid” (semua masuk surga kecuali satu). Persoalannya, kalau kita terima versi “Kulluha Finnar Illa Wahid” timbul pertanyaan: Siapa yang satu itu? Diriwayatkan bahwa Nabi menjawab; “orang yang seperti aku dan Shahabatku” lalu siapa atau madzhab mana, partai mana yang mampu dan berhak menyatakan kami inilah seperti Rasulullah dan Shahabat-Shahabatnya. Dengan demikian Hadits ini sulit diterima keshahihannya. Yang jelas Hadits ini dilatarbelakangi oleh kondisi politik ketika Mutawwakil naik menjadi Khalifah. ((Dr. Said Agil Siradj, makalah berjudul Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA, Halaman 15 alenia III).
Posted on: Sun, 25 Aug 2013 03:56:00 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015