“Sampai kapanpun, aku takkan mengijinkan kalian mengadopsi Kattaleya!” Miss Katherine—perempuan tambun berambut pirang buatan itu kembali melemparkan tatapan tajamnya pada kami berdua. Pipinya yang serupa buah persik bergerak naik turun seirama napasnya yang sedikit tersengal. Aku, Bima dan perempuan itu masih duduk di ruangan sempit miliknya yang hanya difasilitasi sebuah air conditioner yang rasanya tak dingin sama sekali. “Tapi kenapa, Miss? Ini sudah kali kelima kami menerima penolakan! Apa anda masih tak percaya juga kalau kami berdua pasti mampu merawat Kattaleya dengan baik seperti orangtua lain di luar sana!” kali ini Bima yang angkat bicara. Lelaki tinggi berkacamata itu nampak kukuh dengan argumennya. “Bukan aku tak percaya kalian bisa merawat Katy dengan baik. Tapi aku hanya memikirkan perkembangan psikologisnya di masa depan jika ia tahu kedua orangtuanya adalah sepasang laki-laki gay! Apa yang akan dipikirkannya jika ia tahu kalau ia hanya punya dua orang ayah tanpa seorangpun ibu? Apa kalian pernah memikirkannya?” timpal Miss Katherine tak kalah tangguh. Kali ini tangan-tangan gembulnya nampak sedikit menggebrak meja kayu di hadapannya. Entah itu untuk menyampaikan emosi dalam benaknya atau memnag ia telah sengaja hendak mengusir kami. “Apakah kalian tak pernah berpikir kalau Kattaleya akan butuh ASI nantinya?”lanjutnya seakan belum puas. “Kalian berdua bahkan tak punya payudara yang bisa menghasilkan air susu.” “Kami bisa memberikan susu yang lebih baik dari ASI untuknya! Atau kalau memang itu terlalu buruk, kami bisa mencarikan perempuan yang mau menyusukan Kattaleya!” --Next Draft!--
Posted on: Mon, 09 Sep 2013 06:09:31 +0000