Sebagai lelaki, sebetulnya umur 29 tahun belum terbilang tua - TopicsExpress



          

Sebagai lelaki, sebetulnya umur 29 tahun belum terbilang tua benar. Tapi saipul tak tahu mengapa kawan-kawannya selalu mengejeknya sebagai bujang lapuk, hanya karena dia belum kawin. Orang tuanya sendiri, terutama ibunya, juga begitu, di setiap kesempatan selalu menanyainya apakah dia sudah mendapatkan calon pendamping atau belum. Saipul selalu menanggapi semua itu hanya dengan senyum-senyum. Jangan salah sangka! Tampang saipul tidak jelek. Bahkan dibanding rata-rata kawannya yang sudah lebih dahulu kawin, tampang saipul terbilang sangat manis. Apalagi bila tersenyum. Lulusan pesantren jombang 10 tahun ditambah ijazah smu takhossus. Kurang apa? “Terus teranglah, pul. Sebenarnya cewek seperti apa sih yang kau idamkan?” tanya kang hilmi menggoda, saat mereka berkumpul di rumah kang qodir selesai acara manaqib rutinan. “Kalau tahu maumu, kita kan bisa membantu, paling tidak memberikan informasi-informasi.” “Iya, kang,” timpal kang rifan, “kalau kau cari yang cantik, adik iparku punya kawan cantik sekali. Mau kukenalkan? Jangan banyak pertimbanganlah! Dengar-dengar kiamat sudah dekat lho, kang.” “Mungkin dia cari cewek yang hafal Quran ya, pul?!” celetuk pak dhe huda sambil ngakak. “Jawab dong, pul!” kata kang qodir yang muncul menghidangkan pisang goreng dan kacang rebus, mencoba menyemangati saipul yang tak berkutik dikerubut kawan- kawannya. “Biar saja, kang,” jawab saipul pendek tanpa nada kesal. “Kalau capek kan berhenti sendiri.” Memang saipul orangnya baik. Setiap kali diledek dan digoda kawan-kawannya soal kawin begitu, dia tidak pernah marah. Bahkan diam-diam dia bersyukur kawan- kawannya memperhatikan dirinya. Dan bukannya dia tidak pernah berpikir untuk mengakhiri masa lajangnya; takut pun tidak. Dia pernah mendengar sabda Nabi yang menganjurkan agar apabila mempunyai sesuatu hajat yang masih baru rencana jangan disiar-siarkan. Sudah sering – sampai bosan– ipul menyatakan keyakinannya bahwa jodoh akan datang sendiri, tidak perlu dicari. Dicari ke mana-mana pun, jika bukan jodoh pasti tidak akan terwujud. Jodoh seperti halnya rezeki. Mengapa orang bersusah-payah memburu rezeki, kalau rezeki itu sudah ditentukan pembagiannya dari Atas. Harta yang sudah di tangan seseorang pun kalau bukan rezekinya akan lepas. Dia pernah membaca dalam kitab “Hikam”-nya Syeikh Ibn ’Athaillah As-Sakandarany sebuah ungkapan yang menarik, “Kesungguhanmu dalam memperjuangankan sesuatu yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu dalam hal yang dituntut darimu, membuktikan padamnya mata-hati dari dirimu.” Setiap teringat ungkapan itu, ipul merasa seolah-olah disindir oleh tokoh sufi dari Iskandariah itu. Diakuinya dirinya selama ini sibuk –kadang-kadang hingga berkelahi dengan kawan– mengejar rezeki, sesuatu yang sebetulnya sudah dijamin Tuhan untuknya. Sementara dia nggendu dalam berusaha untuk berlaku lurus menjadi manusia yang baik, sesuatu yang dituntut Tuhan. “Suatu ketika mereka akan tahu juga,” katanya dalam hati.
Posted on: Thu, 03 Oct 2013 04:19:56 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015