Selamat Hari Pahlawan 10 November... Kali ini kami akan - TopicsExpress



          

Selamat Hari Pahlawan 10 November... Kali ini kami akan menampilkan dua cerita sisi lain dari sebuah tanggal 10 November yang lebih dari sekadar Hari Pahlawan 1. 10 November 1977: Surabaya dipenuhi 3000 jiwa muda. Mereka yang muak akan degradasi moral, yang benci akan ketidakadilan sosial, yang rindu akan lahirnya kebebasan. Ini penampilan perdana mereka setelah tiga tahun membungkuk. Malapetaka 15 Januari 1974 menghajar mereka tepat di tulang belakang. Hari ini, anak muda itu kembali. Ganesha sudah membara, giliran Baliwerti beraksi. Dengan semangat kepahlawanan, hentakan mereka seirama lars pejuang. Berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan. Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di front timur. Hari Pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian disepakati pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya. Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk PADAMU PAHLAWAN KAMI MENGADU. Juga dengan pengawalan ketat tentara. Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya. Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam dengan cerdik. Acara yang sangat sederhana, karena memang dikumpulkan dari dana swadaya, bubar tanpa bentrokan. Tapi, ada sedikit rasa gentar yang tak bisa hilang dari wajah mereka. Moncong senjata itu tak nampak ramah seperti tahun 1966 silam. Sebegitu membahayakankah mahasiswa? Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas. Jangan bayangkan kondisinya sama ketika 1998. Soeharto saat itu malah berada di puncak pamor. Setelah satu dekade berkuasa, itulah kali pertama muncul poster bernada keras seperti Gantung Soeharto. Menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa. Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS juga rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu suara. Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti. Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah setia bersama rakyat menegakkan kebenaran dan keadilan. Sayang, pil pahit harus ditelan. Ingin tahu versi lengkapnya?? Silahkan baca buku SURABAYA PUNYA CERITA, kawan-kawan bisa memesannya di ceritasby
Posted on: Sat, 09 Nov 2013 18:21:59 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015