"Selamat Tinggal Dunia Pendidikan Indonesia" Sudah banyak ulasan - TopicsExpress



          

"Selamat Tinggal Dunia Pendidikan Indonesia" Sudah banyak ulasan tentang masalah dunia pendidikan di Indonesia. Ada banyak gugatan, harapan, juga pembelaan. Namun dari setumpuk kekisruhan itu, saya melihat pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tampaknya tetap merasa aman. Salah satu contoh ketika tumpah ruah pandangan dan berita tentang Ujian Nasional, tokh Ujian Nasional tetap berlangsung dengan tenangnya. Bahkan para pejabat di tingkat atas sampai bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan cuek saja tidak menanggapi. Sama halnya ketika menanggapi liputan tentang kondisi sekolah ataupun perjuangan para siswa mencapai sekolah, mereka baru mampu menyatakan sebatas simpati. Ironisnya, itupun dapat ditutupi dengan menampilkan berita keberhasilan para siswa dalam lomba tingkat internasional olimpiade sains, matematika, dan sebagainya. Bilapun kini KPK mulai diminta menyelidiki kementerian, mungkin pula telah disiapkan “tumbal” untuk dikorbankan. Apa yang sebenarnya berkecamuk dalam pikiran para petinggi kementerian dan jajaran di bawahnya, sehingga seperti pepatah “anjing menggonggong kafilah berlalu” berlaku ? Mungkinkah mereka seperti kata dugaan orang, sebagai “tidak punya hati dan perasaan ?” Atau maunya hanya uang ? Sebagaimana yang disangkakan para orang tua murid ketika berhadapan dengan sekolah ? Apalagi kucuran dana yang sedemikian besar dari APBN, seakan sudah cukup mewakili bergelimangnya uang. Misalnya program : BOS, sertifikasi guru, block grant untuk pembangunan sekolah, dan sebagainya. Oleh karena itu wajarlah anggapan bahwa guru sekarang sudah pada kaya, karena limpahan berbagai dana tunjangan. Padahal realitanya, wajah pendidikan di Indonesia tetap terbagi 2, sekolah negeri dan sekolah swasta, guru pns dan bukan pns, siswa pandai dan siswa bodoh, siswa “anak baik” dan siswa “bermasalah”, daerah kelebihan guru dan daerah kekurangan guru, mahasiswa “borju” dan mahasiswa “bidik misi” (maaf saya tidak bermaksud menyinggung), perguruan tinggi dan sekolah favorit dan perguruan tinggi dan sekolah gurem, dosen “baik” dan dosen “killer”, dan sebagainya. Maka, ketika berada tepat di setiap tanggal 2 Mei, yaitu Hari Pendidikan Nasional, apa yang sebaiknya dikatakan kepada dunia pendidikan Indonesia ? Saya sejatinya ingin mengatakan “harus ada perubahan di dunia pendidikan Indonesia !” Terlepas dari pendapat para ahli, bahwa anak didik yang telah, sekarang, dan akan dididik nanti, adalah calon generasi emas Indonesia di tahun 2045, yang jelas setiap anak yang dididik adalah memang calon generasi emas. Dan perubahan yang pertama harus dilakukan adalah pada mentalitas birokrasi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya hingga tingkat bawah. Yaitu mentalitas yang kesannya santun namun sebenarnya adalah kepura-puraan. Kesannya prosedural namun berbelit, kesannya mencerdaskan namun membuat pihak lain terlihat menjadi bodoh, kesannya hebat namun sebenarnya kosong, dan berbagai stereotype yang lain. Namun perubahan tentunya tidak membuat nyaman. Apalagi dunia pendidikan daerah sudah bercampur baur dengan kepentingan politik daerah. Sehingga sudah pasti tidak ada yang mau dijadikan korban. Terkecuali, ada orang-orang pembaharu dan sekaligus pemberani yang mengisi dan mengelola pendidikan di Indonesia, orang-orang itu tentunya bukan sekedar gonta-ganti kurikulum, maka saya pasti akan siap bergabung, meskipun hanya sebagai seorang guru. Sebaliknya, bila kondisi pendidikan di Indonesia masih tetap seperti sekarang ini hingga tahun-tahun mendatang, saya bulat mengatakan “Selamat Tinggal Dunia Pendidikan Indonesia”.
Posted on: Thu, 12 Sep 2013 10:07:10 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015