Selamat dini hari kawan dan sahabat, apa kabar? untuk menstimulasi - TopicsExpress



          

Selamat dini hari kawan dan sahabat, apa kabar? untuk menstimulasi otak kita mengenai bangsa Indonesia, berikut ini adalah artikel yang saya kutip dari Indikator Politik Indonesia (IPI), dan saya tautkan tautan yang berkorelasi dengan artikel tersebut di bawah ini. Selamat membaca... Politisi Makin Tidak Dipercaya Rakyat Rabu, 24 Juli 2013 01:56 (Hasil Survei IPI) JAKARTA, HALUAN — Tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap politisi dan dunia politik terus merosot. Hal itu itu muncul lantaran buruknya citra lembaga politik di mata masyarakat. “Berdasar hasil penelitian Indi­kator Politik Indonesia yang di­lakukan pada pertengahan Juni 2013 lalu, 67 persen responden mengaku tidak terarik lagi pada dunia politik,” jelas Direktur Indikator Politik Indonesia (IPI) Burhanuddin Muhtadi dalam keterangan pers hasil survei IPI di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (23/7) malam. Burhanuddin Muhtadi menje­laskan, ketidakpercayaan publik itu muncul lantaran buruknya citra lembaga politik di mata masya­rakat. Hal itu berdasar dari jawaban 2.290 responden yang menyatakan 67% mengaku tidak tertarik dengan politik. Selain itu, kepercayaan masya­rakat pada institusi politik juga buruk. Tercermin dari 58% responden yang menyatakan tak percaya partai politik, disusul dengan responden yang tak percaya politisi, menteri-menteri, DPR, dan Presiden. “Trust (kepercayaan) politik warga pada DPR, partai politik, dan politisi secara umum defisit,” kata Burhanuddin. Menurut Burhanuddin, keperca­yaan kepada politik kian terpuruk saat masyarakat mengikuti berita politik. Intensitas masyarakat dalam mengikuti berita politik itu dinilai turut memengaruhi buruknya pers­pektif masyarakat terhadap politik. Tak hanya berdasarkan infor­masi yang disebarkan melalui surat kabar atau televisi, tapi juga melalui media online atau jejaring sosial. Sebanyak 72% responden menyimpulkan bahwa politisi cenderung berbicara tentang kebai­kan dirinya. Sementara lainnya, masyarakat pesimistis bahwa politisi akan memenuhi janji politiknya, dan menuding politisi sebagai sekum­pulan orang yang mengejar keun­tungan pribadi. “Ada 2 dari 10 pemilih kita yang mengakses internet. Khusus bagi pemilih yang mengakses internet, data menun­jukkan semakin sering mengakses internet, semakin rendah keper­cayaan pada politik, dan semakin jelek pandangan pada politisi,” ungkap Burhan. Dengan kata lain, semakin publik mengetahui banyak infor­masi politik malah semakin mem­buat mereka enggan berpartisipasi dalam pemilu. Selain itu, ditemukan kecen­derungan populasi yang semakin sering mengakses internet maka semakin buruk pandangan publik terhadap politisi. “Sikap apatis mereka semakin menguat seiring meningkatnya intensitas akses internet dan ketertarikan terhadap berita politik,” kata dia. Populasi survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia merupakan seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum. Yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun, atau lebih, atau sudah menikah. Ketika survei dilakukan, jumlah responden 2.290 dengan margin error diperkirakan sekitar 2,1 persen dengan tingkat keperca­yaan 95 persen. Responden dipilih secara ran­dom dengan prosedur multistage random sampling. Responden terpilih, diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewancara bertugas untuk satu desa atau kelurahan yang terdiri dari 10 responden. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara ran­dom sebesar 20 persen. Dari total sampel, oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Waktu wawancara dila­kukan pada 19-27 Juni 2013 lalu. m.facebook/l.php?u=http%3A%2F%2Fnahimunkar%2Fdemokrat-partai-terkorup-akan-hilang-dari-peta-politik-nasional%2F&h=RAQEaqca9&s=1
Posted on: Mon, 26 Aug 2013 19:02:02 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015