Sumpah Pemuda KOmite Naisonal Pemuda indonesia(PENJILAT - TopicsExpress



          

Sumpah Pemuda KOmite Naisonal Pemuda indonesia(PENJILAT PEMERINTAH) dalam Tong Sampah LEMBARAN itu sekarang telah usang. Sumpah pemuda yang diprakarsai oleh gerakan pelajar nusantara telah berumur delapan puluh lima tahun, lebih tua dari usia republik ini. Hari ini ternyata tidak lebih baik dari hari-hari yang lalu. Tiga kalimat sakti dalam ikatan sumpah pemuda seakan menjadi pepesan kosong di tengah modernitas generasi populis. Kebanggaan atas identitas orisinil bangsa seakan menjadi barang langka dalam dekapan budaya asing. Dimanakah posisi kekeramatan sumpah itu hari ini? Delapan puluh lima tahun lampau, tidak banyak yang menginisiasi akan tetapi hanya dibutuhkan cukup nyali. Dibawah kekuasaan feodalis-imperialis Belanda, generasi yang sedikit ini mengawali langkahnya untuk menginspirasi dan membakar spirit revolusi kawannya. Sumpah Pemuda inilah yang kelak akan menjangkiti pemikiran dan memompa gelora muda untuk terus memekikkan Merdeka!dalam sanubari mereka. Persatuan yang dicanangkan dalam sumpah pemuda bukan berarti menafikan heterogenitas identitas dalam bangsa ini. Namun asas ini justru memberikan payung bahwa harus ada yang menyamakan heterogenitas tersebut agar dapat terus berjalan dalam harmoni. Perbedaan justru menjadi kekuatan untuk saling menjaga dan melindungi harta bersama yaitu kedaulatan. Gotong royong menjadi asas fundamen bagi gerakan persatuan ini. Sumpah pemuda hari ini nyaris dibuang dalam tong sampah peradaban. Konflik horizontal maupun vertikal, krisis moralitas, hingga prostitusi sumber daya alam menjadi dampak lupanya bangsa ini aka visi besar yang dibangun oleh generasi pendahulu. Bangsa ini diujung jurang kehancuran. Mahasiswa sebagai inisiator perubahan rakyat seakan-akan telah diarahkan oleh invisible hand untuk menjadi sapi potong yang siap dieksekusi tepat setelah lulus kuliah. Proses pembelajaran dan ideologisasi dalam kampus yang kelak akan mencetak negarawan intelek bermoril, seakan dipotong secara sistemik untuk mengurangi risiko lahirnya Soekarno abad 21. Pendidikan pemuda hampir-hampir kehilangan orientasinya hanya sebagai wahana mencari ijazah. Belum lagi sektor ketahanan yang dibombardir arus kekuasaan asing. Impor pangan semakin tinggi, lilitan hutang negara yang terus mengikat hingga penguasaan asing atas mineral seakan melemahkan langkah macan asia ini untuk berdaulat. Kebijakan dan keputusan yang diambil, seakan tidak merdeka dari intervensi pendonor hingga harus mengorbankan rakyat sebagai gantinya. BBM yang naik tanpa diikuti oleh jaminan kesejahteraan menjadi bukti rakyat yang harus mengalah atas “hawa nafsu” pejabat yang dipilihnya. Globalisasi memang tidak diharamkan, akan tetapi sudah selayaknya menjadi momentum Indonesia tampil sebagai pionir dan penengah, bukan justru menjadi boneka dan badut semata. Kedaulatan pangan, energi dan ekonomi harus menjadi harga mati yang dijaga diatas bumi pertiwi. Politik pencitraan, kepemimpinan transaksional dan manipulasi sistemik peraturan juga menjadi akuarium dalam dunia hukum dan politik negara. Hukum yang harusnya menjadi panglima dan batu uji bagi tindakan pemerintah, justru menjadi alat dan sarana penguasa untuk menancapkan taringnya ke dalam daging rakyatnya. Korupsi yang merajalela hingga politik dinasti yang menggurita menjadi bahan kajian semata tanpa dilandasi gerakan yang tanggap, tanggon, trengginasdari pemerintah. Negara dan rakyat harus serius untuk mengawal arah kepemimpinan dan konstitusi negara ini. Pada akhirnya, peran pemuda khususnya mahasiswa sebagai stok emas masa depan diuji saat ini. Gerakan-gerakan yang dibangun oleh mahasiswa harus lebih merakyat dan edukatif. Aksi-aksi turun ke jalan harus membawa misi yang pasti dan bersih dari kepentingan politik praktis. Pengawalan dan pengawasan menjadi tugas moril untuk menjaga stabilitas pemerintahan. Mahasiswa tidak boleh lagi pragmatis dan oportunis dalam menjaga idealisme pemuda untuk menjemput kemerdekaan yang hakikiyah. Sumpah mahasiswa Indonesia yang notabene terinspirasi dari sumpah pemuda wajib menjadi cambukan bagi mahasiswa agar tidak menutup mata dan hati akan kondisi bangsa kini. Kuliah di kelas, tugas akhir dan skripsi menjadi makanan ringan dari kampus kehidupan. Diskusi kultural, penyampaian gagasan hingga gerakan aktual menjadi santapan yang lezat bagi setiap mahasiswa. Mahasiswa harus sadar bahwa dirinya harus berproses secara maksimal untuk mematangkan potensinya di masa yang akan datang. Mahasiswa harus bergerak walau diatas duri, ditengah bungkamnya pejabat oleh gundukan harta. Sudah saatnya lembaran usang sumpah pemuda kembali dibersihkan dari kotoran peradaban, debu ketakutan dan terhias oleh tinta persatuan. Lembaran sumpah pemuda 1928 harus dan wajib dijaga oleh mahasiswa dari segala pihak yang menghendaki lembar tersebut membusuk dalam tong sampah. Jiwa pemuda nusantara tidak akan pernah luntur walau generasi terus berganti. Hidup Mahasiswa! Hidup Pemuda Indonesia! Hidup Rakyat Indonesia! HANYA SATU KATA MARI KITA BUBARKAN KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA(KNPI = PENJILAT PEMERINTAH),TIDAK PERLU ADA INDUK ORMAS DAN OKP DI INDONESIA TOH KNPI TIDAK PERNAH MEMPERHATIKAN MASYARAKAT MISKIN YANG BUTUH PERTOLONGAN.
Posted on: Mon, 28 Oct 2013 08:29:19 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015