Tanaman Puring Bentuk Daunnya Indah dan Variatif Bentuk dan - TopicsExpress



          

Tanaman Puring Bentuk Daunnya Indah dan Variatif Bentuk dan warna daun Puring yang eksotis, membuat jenis tanaman yang satu ini memiliki prospek ekonomi di masa depan. Saat ini, perhatian masyarakat pecinta dan kolektor tanaman hias masih tertuju pada Anthurium. Uang puluhan hingga ratusan juta rupiah bukan persoalan untuk mendapatkan jenis tanaman hias tersebut. Maka, tak heran pada calo dan makelar tanaman jenis ini pun tumbuh subur laksana rumput di musim hujan. Tapi, ibarat selera akan pakaian, setiap saat selalu berganti. Demikian pula tanaman. Suatu saat tanaman ini menjadi favorit masyarakat, lalu di saat yang lain berganti dengan tanaman hias lainnya. Itu pula yang menjadi pegangan para pedagang tanaman hias dalam menawarkan dagangannya. Setelah Anthurium menawarkan jenis tanaman lainnya, yang katanya memiliki prospek bagus di masa depan. Salah satu jenis yang ditawarkan adalah Puring, sejenis tananam untuk penghias taman. Amdanih, salah seorang petani tanaman hias di sentra tanaman hias Sawangan Depok, Jawa Barat, diam-diam kini menyiapkan puluhan jenis tanaman puring. Hal yang sama juga dilakukan oleh para petani lainnya di daerah tersebut. Puring atau Kodium merupakan tanaman indemik Indonesia. Jenis tanaman ini paling banyak terdapat di bagian timur Indonesia. Semula, tanaman ini dianggap sebagai tanaman liar. Dengan mudah ditemukan di pemakaman, terutama pada kuburan-kuburan tua. Keindahan tanaman ini terletak pada daunnya yang eksotik. Baik warna mau pun bentuk daunnya cukup banyak variasinya. Tanaman Puring termasuk famili araliase atau jenis tanaman berkayu (berkambium) dari perdu sampai pohon. Jenisnya ratusan. Di antara sekian banyak jenis itu, yang paling dikenal adalah Puring Kura, Lilin, Cabe, Bulu Ayam, Api, Jet dan Spagethi. Pemberian nama disesuaikan dengan bentuk daunnya. Puring Lilin misalnya, karena garis tengah daunnya mirip lilin. Atau Puring Bulu Ayam, daunnya menyerupai bulu ayam. Begitu pula Puring Kura, karena daunnya seperti Kura-kura. Tapi tidak semua penamaan itu berdasarkan bentuk daunnya. Ada pula berdasarkan tempat terjadi persilangan atau asal dari tanaman Puring tersebut. Contohnya Puring Malang, karena jenis ini diperoleh dari hasil persilangan yang dilakukan di Malang, Jawa Timur. Demikian pula jenis Oskar, Kora, Ketapang, India, serta Kora Thailand. Puring merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai komponen pembuatan taman. Semula, kebutuhan tanaman ini mengikuti perkembangan usaha properti. “Bila perkembangan dunia properti bagus, maka permintaan akan puring juga bagus. Ada istilah, bila semen laku maka Puring juga laku, tidak mungkin ada orang bikin rumah tanpa sebatang pohonpun,” kata Amdanih menambahkan. Membuat bentuk daun menjadi bervariasi bisa dilakukan dengan rekayasa. Antara lain dengan cara stek atau menyambung. Dengan cara ini, akan terbentuk variasi daun baru pada satu batang pohon. Sedangkan untuk memperbanyak bisa dilakukan dengan cara vegetatif atau pembibitan dengan biji, selain dengan okulasi dan cangkok. Untuk mendapatkan biji puring, maka tanaman itu harus dipelihara dalam waktu yang relatif lama. Cara ini memungkinkan bila perbanyakan dilakukan dalam jumlah banyak. Sedangkan perbanyakan dengan cara cangkok, diperlukan bibit (hasil cangkokan) yang umurnya relatif lebih tua, dan bisa langsung ditanam di media sesungguhnya. Lalu, untuk memperoleh varietas Puring baru, dapat pula dilakukan dengan cara kawin silang. Yaitu, mengawinkan putik jenis Puring tertentu dengan benang sari Puring lainnya. Cara ini memerlukan waktu yang lebih lama, dan juga membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Secara ekonomi, menurut Amdanih, nilai ekonomi sebatang pohon Puring tidak bisa setinggi Anthurium. Namun, ada beberapa jenis puring yang memiliki harga relatif tinggi, misalnya puring langka, bentuk dan warna daunnya sangat unik. Biasanya, yang termasuk jenis ini adalah puring koleksi dan diburu para kolektor, antara lain: Puring Kura, Kura Thailand, India, dan Puring Fantasi. Belakangan permintaan akan Puring ini menunjukkan tren meningkat, seiring dengan makin bergairahnya pembangunan property. Karena permintaan dalam jumlah banyak, maka petani akan memperoleh keuntungan yang lumayan juga. “Untuk sebuah taman berukuran besar dibutuhkan ratusan pohon Puring. Jangankan tanam yang luas, taman untuk sebuah rumah kecil pun membutuhkan puluhan pohon,” kata Amdanih, mengenai prospek tanaman ini. Tanaman Puring, menurut Amdanih, sempat mengalami booming pada 2006. Namun, karena ketiadaan stok yang tersedia di tingkat petani, maka para pemburu tanaman tak bisa berbuat apa-apa. Selain itu, tanaman puring tenggelam karena kalah famor dengan Anthurium yang saat itu mulai naik daun. Pada 2007 ini pasaran tanaman Puring tampaknya mulai cerah kembali. “Pada tahun itu, saya sempat ditawari sebatang Puring Kura seharga lima Juta Rupiah,” kata Amdanih menambahkan. Untuk mengantisipasi meingkatnya permitaan, saat ini ada sejumlah orang yang mulai mengumpulkan dan membiakkan tanaman Puring dalam jumlah besar. Ia yakin, satu saat nanti, tanaman ini akan menggantikan Anthurium dan menjadi salah satu tanaman yang paling diburu para pecintanya. Mulai Cerah Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Perumpamaan ini layak disematkan pada Amdanih (40). Melihat perkembangan usaha Kiman, ayahnya, sebagai petani rumput taman yang terus meningkat, Amdanih pun ikut tergiur. Dan, sejak itu memantapkan tekad untuk terjun di bidang usaha tani, khususnya tanaman hias. Taam, begitu Amdanih biasa dipanggil, kini telah memiliki tiga pangkalan tanaman hias, yang kesemuanya berada di Sawangan Depok. Usaha yang ditekuni sejak 1994, itu berkembang pesat. Hal ini membuktikan bahwa keputusannya keluar dari pabrik permen di Tangerang – tempat ia bekerja sebelumnya – tepat dan tidak sia-sia. Kini, dari hasil usahanya ini, Taam kini bisa menghidupi keluarganya, dan bahkan mulai menginvestasikan hasil keringatnya dengan membeli tanah, sepeda motor, serta biya menyekolahkan anaknya. Taam sebenarnya tidak memiliki pengetahuan khusus dibidang taman dan tanaman hias. Ketrampilan itu ia peroleh secara otodidak, karena hampir semua tetangganya menekuni usaha tersebut. Meski tidak selalu ramai dan mendapat order besar, menurut Taam, namun usahanya ini tidak pernah sepi dari pembeli. “Setiap hari ada saja yang mampir dan membeli berbagai jenis tanaman di sini,” ujar Taam. Taam menceritakan, ia pernah memperoleh proyek besar, berupa pembuatan taman di Jalan Tol Ulujami, Jakarta. “Nilai proyek itu mencapai Rp. 200 juta, sehingga marginnya lumayan lah,” kata lelaki asli Depok ini sembari tersenyum. Begitu pula ketika terjadi booming Anthurium, Taam pun ikut kecipratan. Itu Taam adalah seorang pengusaha di bidang tanaman hias yang selaku mengikuti perkembangan pasar. Hebat.
Posted on: Sat, 23 Nov 2013 07:18:19 +0000

Trending Topics



tbody" style="min-height:30px;">
Look people, you cant rely on a screenshot to prosecute and
I managed to talk to Kylie about the whole situation and she told
HOW TO TURN $12 INTO $4000/WEEK ONLINE * No selling
PLEASE READ!!! Hello to all of you who are on my list of contacts
This time tomorrow you and your team can check in for the Denver
URGENT!!!........URGENT. Lire attentivement ce message de la secte
Africas First Plastic Bottle House Rises in Nigeria Africas

Recently Viewed Topics




© 2015