Warkop Punya ‘Adolf Hitler’ di Bandung: Murni Bisnis atau Anti - TopicsExpress



          

Warkop Punya ‘Adolf Hitler’ di Bandung: Murni Bisnis atau Anti Yahudi Oleh: Lukmanul Hakim Bagaimana jadinya bila Adolf Hitler mendengar kalau cafenya digerebek petugas? Alih-alih bukan sekedar pasukan tank dalam ukuran besar yang datang namun satu, dua skuadron tercanggih pun bakalan dikirim segera setelah ia mengetahui ancaman tersebut. Bagi Hitler sekuat apapun kekuatan pasukan musuh yang ia hadapi, pasti dapat dikalahkan dalam relatif cepat. Dalam sejarahnya, dapat disebut bagaimana ia menaklukkan Kota Paris dan Polandia, Wina Austria dan Eropa bagian Barat lainnya dapat ditaklukkan hanya memerlukan empat atau lima jam saja, alias semalaman saja mereka tunduk. Apalagi hanya untuk menghadapi Satuan Polisi Pamong Praja yang bekerja secara amatiran. Gambaran di atas bukan untuk melebih-lebihkan pada sosok Hitler. Penulis hanya ingin menegaskan bila Hitler dan mesin ideologi berupa nasionalis sosialis (Nazi) merupakan satu paket kekuatan besar pada jamannya. Seperti dikatakan tadi, bila kekuatannya justru mampu mengusai hampir separuh dari daratan Eropa. Ia juga dalam aliansinya pada perang dunia kedua, mampu membangun dengan kekautan Facis dari Itali, Belgia, Jepang, dan sebagian Inggris. Meski berujung pada alinasi permanen dengan kekuatan Jerman dan Itali, Hitler dengan Musollini. Blok Fasis pada jamannya melebihi kekuatan dari kekuatan yang ada. Di luar itu, kini, negara penganut setia paham Nazi dan Fasis nyaris tak ada. Hal itu dibuktikan dengan kehancuran Jerman dan Itali oleh Rusia dan aliansinya pada perang dunia ke II. Hanya saja secara gagasan dan budaya dua paham yang sejatinya mirip sama itu, Nazi Jerman dan Fasis Itali tetap ada dan dapat dikembangkan dalam bentuk baru. Sama dengan paham komunis, Naziisme dan Fasisme secara teori ilmiah dapat berkembang. Sedangkan secara politik telah mati dengan indikator pada penaklukan Rusia, pimpinan Stalin kepada Jerman dan Itali. Pertama, secara politik, Naziisme dan Fasisme adalah paham tentang teri politik absolut, totaliter, antidemokrasi dan anti Smith atau anti Yahudi. Dapat dipetakan ia adalah gerakan politik kanan ekstrem. Lebih dari sekedar nasionalisme, ia melebihi dari itu, malah ultranasionalis. Mereka bangga disebut sebagai pembela gigih paham kebangsaan. Keunggulan ras, bangsa dan tanah air. Klaim mereka didasarkan pada aliran filsafat barat modern. Seperti sosok filosof Heideger, dituding sebagai pemikir yang merancang kemajuan Naziisme. Sama dengan Charles Darwin dalam teori kehidupan makhluk hidup. Lebih dari itu tkoh besar itu disebut-sebut sebagai pemikir ajaran fasis. Filosof idealisme dan materialism ini sejalan dengan gagasan dari Federick Nieszche yang menganggap manusia unggul. Manusia yang unggul karena didasarkan pada upaya kehendak berkuasa. Semua yang dilakukan umat manusia ini, baik lemah maupun kuat bagi dia dituding hanya untuk will to power, kehendak untuk berkuasa dan membela diri untuk bertahan dan menguasai. Kini belum ada secara jelas negara yang mengaku atau mengklaim soal penerapan ajaran fasisme. Baik secara utuh maupun setengah hati. Justru yang ada hanya beberapa pemimpin yang menerapkan ajaran yang mirip dengan hal itu. Ada kesamaan dengan gagasan besar Fasisme hanya mereka para pemimpin negara dan Partai politik misalnya enggan dituding sebagai gerakan yang mirip ajaran Nazi atau Fasisme model baru di era modern. Yang pasti, memang ada di Jerman, sebuah komunitas yang mengklaim sebagi gerakan anak muda yang didasarkan pada semangat kebangsaan. Gerakan mereka dinamakan gerakan neo Nazi. Ia aktif dalam urusan rasialis di Jerman. Belum ada kabar yang pasti soal gerakan mereka kecuali sekedar rasisme terhadap imigran di Jerman dan kebijakan negara yang dianggap merugikan Jerman namun gerakannya kurang menonjol dan malah telah ditinggal lari oleh kebanyakan orang Jerman. Kedua, secara teori ilmiah, paham Nazi dan Fasis khususnya merupakan paham yang tetap ada dalam bentuk budaya dan produk Nazi yang telah dimodifikasi. Lihat saja contohnya dalam seragam aparat keamanan modern saat ini sangat kental dipengaruhi dengan seragam mirip kombatan serdadu Fasis meski tak seratus persen sama. Namun secara jujur ada kemiripan dalam hal sepatu tinggi, tali dari pundak ke badan, topi, wing, pangkat dan lainnya. Dalam hal budaya propaganda misalnya, banyak ditemukan model yang pernah dibuat dan dipatenkan oleh Nazi seperti atribut, spanduk, baliho, leafleat, baliho, umbul-umbul hingga bendera dengan ukuran besar. Bagi Naziisme, hal itu dilakukan untuk membangun kesadaran irasional dalam membangun kecintaan kader terhadap organisasi dan pemimpin tunggal karismatik. Suasana patriotik itu dimanfaatkan oleh sang Fuerer atau pemimpin tertinggi untuk menyampaikan pidato berapi-api dan cukuip lama hanya untuk membangun propaganda dan militansi untuk melawan mush abadi. Menariknya, semangat dari paragrap di atas terkait soal atribut tak hanya dipakai oleh para kombatan namun oleh kalangan sipil. Masyarakat yang tak ada kaitannya gemar dalam memakai cara Naziisme seperti dalam pawai partai politik, konvoi hingga parade yang bertujuan untuk menguasai jalan raya. Dalam pandangan Hitler, menguasai jalan raya adalah bagian utama dalam menguasai politik secara ril. Coba banyangkan, mana Parpol yang tak melakukan konvoi di jalan raya saat kampanye. Mulai partai yang berasaskan Islam hingga yang sekular mereka getol dengan iring-iringan kendaraan. Lebih lagi, para remaja relijius pun melakukan hal sama dengan semangat yang mirif Fasisme. Meski tak bermaksud mengikuti Naziisme namun ajarannya tetap dipakai. Lalu apa kaiatan dengan rencana pihak terkait di Bandung yang berencana memanggil pemiliki Kedai Kopi yang bernama, “Soldatten Kaffee” yang bermakna “Kafe Serdadu” guna dimintakan keterangan soal kepentingan memakai nama besar orang yang paling terkenal sedunia lantaran membasmi umat Yahudi. Karena bombastis nama warung kopi itu yang memakai ornament khsa Naziisme, masalah ini sempat menghebohkan dunia. Hanya gara-gara Hilter yang anti Yahudi, pendiri universitas Holocoust yang meluluskan jutaan bangsa yahudi ke liang lahat. Mereka saat itu bangsa Yahudi yang belum memiliki tanah kelahiran seperti bentuk negara secara ril. Kini, ‘angkringan keren’ itu masih dalam pantauan petugas. Setidaknya, naiknya Warkop di Bandung yang sederhana ini, meski dari pemilik Warkop mengaku dalam sebuah media massa digital mengaku hanya sebatas seni semata, bagi pihak yang lain tak dapat begitu saja menerima alasan enteng itu. Bagi mereka, dapat menduga ada masalah besar lagi yang tersimpan. Tersimpan dalam bungkusan Warkop sepertinya tak dapat menutupi kebesaran dosa Hitler pada dunia saat ini yang nyaris di kuasai oleh lobi-lobi Yahudi internasional. Jenggot Yahudi terbakar kiranya dengan adanya Warkop di Bandung. Warkop amatiran namun mereknya mampu mencolok mata dunia. Padahal sangat banyak saat ini model kafe yang tergolong lebih perlente hanya mereknya kapitalis jadi dapat lolos dari pantauan petugas. Kafe yang belakangan ini Cuma beda stempelnya punya Yahudi namun aman-aman dalam pandangan Satpol PP dan pihak terkait lainnya. Kini perkembangan Warkop tersebut, seperti pantauan media bahwa sejumlah pihak terus mencari tahu tentang tujuan besar dari seorang pemuda kreatif yang menjadi pedagang secangkir kopi di kawasan dingin Bandung nan berjiwa seni tinggi harus berurusan pihak yang mempunyai rasa ketakutan amat tinggi malah hampir kesetanan dengan kebangkitan paham Nazi secara politik praktis. Padahal, mereka yang takut justru telah melakukan ajaran Nazi secara tak sadar dalam mengontrol secara ketat terhadap pihak lawan. Lawan dalam bentuk warung kopi. Srupuut, (suara nyaring orang yang baru saja menyedot lezatnya kopi panas dalam udara yang dingin di Bandung dengan seragam hansip sambil menghayal akan kehebatan tentara Nazi pada masa lalu). Wallahu ‘alam bishshowab.
Posted on: Tue, 23 Jul 2013 23:37:58 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015