YTH. Kopral Samorang Di, Perbatasan Papua nugini Ya - TopicsExpress



          

YTH. Kopral Samorang Di, Perbatasan Papua nugini Ya Tuhan...Sampai kapan saya GOLPUT? Pesta Demokrasi dimulai hari ini. Tak terasa bulan-bulanan berlalu dengan kobaran janji visual ditiap sudut jalan. Debit Sampah visual makin bertambah diwajah kota. Pohon-pohon menjerit menjadi sandaran paku dari pada wajah manis tiap kontestan. Doktrin politik dari seluruh kandidat merupakan hasutan dibawa alam sadar masyarakat. Katanya listrik gratis, pete-pete gratis, bantuan langsung dan sebagainya. Asumsi gratis ialah modal besar kampanye bagi tiap kontestan untuk menghasut masyarakat. seharusnya masyarakat perlu sadar bahwa Gratis itu adalah gejala pembodohan dari eksistensi kita dalam kehidupan yang bermartabat. jikalau saja semuanya gratis kita tak perlu berusaha lagi untuk mencari uang dan mencari esensi hidup yang sebenarnya. Tinggal menunggu bola muntah tiap waktunya sehingga kita menjadi manusia yang hidup tanpa sebab akibat. Ranah politik Pilwalkot yang seharusnya menjadi pentas demokrasi yang bernilai pancasila menjadi perang tidak sehat diberbagai media lokal maupun kampanye terbuka. Saling menjatuhkan program, mengina latar belakang, mencaci dan lain-lain. dan ironinya lagi ketika kemudian para kontestan bertemu langsung tatap muka sangat terlihat romantis(cipika-cipiki) seolah-olah tak ada perang diantara mereka, padahal dibalik romantisme mereka saling menghujat seperti memakai topeng ular berkepala dua. Espektasi dalam momen Pilkada ini seyogyanya menjadi pendidikan politik bagi seluruh lapisan masyarakat yang mengajarkan moral dan etika baik dari kontestan maupun pemilih langsung seperti memilih secara hati nurani tanpa money politic dan kejujuran, kecerdasan dan kedamaian tiap kontestan dalam bersosialisasi. Tetapi espektasi demikian hanya fiktif belaka atau utopis. Karena Sampai hari ini Bangsa kita hanya bermimpi bahwa kedaulatan rakyat adalah kekuatan sekaligus karakter bangsa kita dalam menegakkan demokrasi. Masyarakat kekinian terlanjur terhipnotis budaya hedon, praktis dan juga individual. Sehingga melupakan hakikat pancasila yang didapatkan dari bangku sekolah selama sembilan tahun menjadi sia-sia belaka. Sebagai suatu contoh Praktek politik kekinian tanpa esensi demokrasi yang sebenarnya memiliki kerja yang sistematis, masif mulai dari kontestan, tim sukses dan masyarakat pemilih. Kontestan yang tidak mengajarkan etika dalam moral dalam bersosialisasi. tim sukses yang tidak sukses menghalalkan segala cara. dan juga masyarakat kita yang sangat disayangkan minimnya pengetahuan tentang penegakan demokrasi. karena seringkali masih sering terlintas dipendengaran kita ditengah obrolan masyarakat mengatakan " nda mauja pilih kalau nda ada uangnya" sungguh ironi statemen demikian secara otomatis terlibat dalam politik praktis. Tanpa disadari oleh masyarakat dihari kemudian jika kontestannya terpilih sebagai kepala daerah yang dulunya melakukan money politic, akan mencari timbal balik seberapa banyak dana yang dihabiskan dalam money politic yang mana sumber dananya pun masih jadi tanda tanya besar asal muasalnya dari mana?.... Tentu saja dengan kekuasaan, kontestan dapat meraih kembali hartanya saat kampanye atau bahasa ngetrennya "kembali modal pemirsa" dari hasil money politicnya dan bahkan lebih bisa meraih keuntungan yang lebih banyak. Wallau alAm. jadi sebagai kesimpulannya semua peran-peran saling kooperatif atau saling mendukung terjadinya pesta demokrasi yang tidak sehat. Inilah mungkin sebagai alasan angka golput makin bertambah tiap tahunnya disebabkan peristiwa-peristiwa pemilukada sangat tidak berpendidikan. Oleh karena itu, Saya sepakat jika kemudian seluruh lapisan masyarakat harus menggali kembali dan lebih jauh mendalami tentang nilai-nilai demokrasi yang sebenarnya sehingga kedaulatan bangsa kita dapat dicapai. Sehingga pemilukada selanjutnya dapat menstimulus angka pemilih makin bertambah, sehingga angka golput makin berkurang. Tidak hanya tinggal mimpi kita disiang bolong. Hentikanlah kegalauan ini. Saatnya seluruh lapisan masyarakat harus lebih cerdas dalam menapaki sisa-sisa hidupnya yang lebih mulia. Mengajarkan tatanan norma yang santun dari tiap sisi kehidupan. Ada pepatah" dalam sehari paling tidak kita berguna untuk orang lain" . Semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih dan sampai jumpa setelah pesan-pesan berikut ini. Wassalam.
Posted on: Wed, 18 Sep 2013 02:53:10 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015