dicopas dengan bbrapa pengurangan. Abu Fairuz Abdurrahman bin - TopicsExpress



          

dicopas dengan bbrapa pengurangan. Abu Fairuz Abdurrahman bin Sukaya Al Qudsy mengabarkan :Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Air mata berlinang, hati dirundung kepedihan, tapi kami InsyaAlloh tidak mengucapkan kecuali apa yang membikin ridho Robb kami. Sungguh kami amat sedih dengan perpisahan denganmu wahai saudaraku Rofi’i. Semoga Alloh mengangkatmu, sesuai dengan kandungan namamu. Yang lebih tua dengan ingin segera berjumpa dengan Alloh ternyata masih hidup, yang lebih muda dan ana harapkan lebih bermanfaat bagi umat ternyata lebih dulu dijemput. Alloh Mahatepat dalam meletakkan urusanNya, sesuai dengan kesempurnaan hikmah-Nya. Banyak insan memohon syahadah di jalan Alloh, tapi Dia lebih tahu siapa yang lebih pantas untk segera dikabulkan permohonanNya dengan segera istirahat dari kepenatan dunia. Saudaraku, insyaAlloh kita akan berjumpa di bawah rindangnya naungan pohon Thuba di dalam Jannatul Ma’wa, tiada lagi kepedihan dan dahaga dan sebagainya. “Bagi ikhwah yang bisa menghubungi keluarga beliau, mohon sampaikan salam kami pada keluarga beliau. Kami satu hati. Kesenangan beliau adlh kebahagiaan kami, kesedihan beliau adalah kepedihan kami, meskipun kami selalu saja ada kekurangan dalam memenuhi hak-hak saudara kami. Jazakumullohukhoirol jaza “ بسم الله الرحمن الرحيم DARI LUKA DAN DUKA MENUJU SURGA Ditulis dan dikenang oleh Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al Limbory Wabihi Nasta’in. Ammaa Ba’d: Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi waSallam berkata: “Seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikansatu bangunan, saling mengokohkan antara satu dengan yang lainnya,jika salah satu anggotanya sakit maka semuanya ikut merasakan tidakbisa tidur dan ikut merasakan demam”. Sungguh hati bersedih dan sangattersentuh, mata meneteskan airnya dan jiwa raga merintih ketika kawan akrob seperjuangan telah menghadap kepada Yang Menciptakannya. Padahari ini menjelang azan zhuhur saudara kami seiman, yang kamimencintainya karena Alloh, Rofi’i Al-Jawiy asal Bojonegoro telah meninggal dunia Rohimahulloh. Masya Alloh sebelumnya beliau hanya terluka, ketika beliau kehilangan kami di sampingnya dan dikabarkan kepadanya bahwa kami telah terbunuh beliaupun mencari kami ke perbatasan untuk membawa kami, begitulah keadaan beliau, ikut merasa sedih bila orang terdekatnya mengalami musibah dan ikut berduka cita bila kehilangan orang yang berbuat baik kepadanya. Ketika beliau menuju ke depan dan belum sempat berjumpa dengan kami, tiba-tiba laskar Syi’ah melemparkan geranat kepada beliau, beliaupun membalikan tubuhnya, Alhamdulillah percikan geranat hanya mengenai imamah(sorban)nya hingga sobek dan melukai dagunya dan terlihat titik-titik luka pada wajahnya, namun luka itu sangat ringan, beliau menganggapnya seakan-akan tak terluka. Setelah beliau berjumpa dengan kami, beliaupun bersyukur dan berbahagia karena kami ternyata masih hidup,besoknya ketika makan siang beliau bercerita: “Kemarin malam kakakku menyampaikan bahwa ibuku mimpi melihatku memakai helm (penutupkepala), lalu seseorang jenggotnya panjang sampai mata kaki memancung kepalaku, helm yang kupakai pecah dan kepalaku tidak apa-apa, ternyata ta’wilnya terbukti kemarin aku dilempari geranat, imamaku sobek dan kepalaku tidak apa-apa”. Kami dan kawan-kawan yang makan berjama’ah dengan beliau merasa kagum, masya Alloh. Insya Alloh bersambung pada tulisan bagian ke dua. Setelah tersebar berita kematian saudaraku Fillah Rofi’i Rohmatulloh‘Alaih banyak kawan-kawan ingin melihat bagaimana keadaan wajahnya, setelah sholat maghrib kami dan kawan-kawan ikut mengantarnya kepemakaman Syuhada’, akan tetapi kawan-kawan yang lain meminta untuk dibawah terlebih dahulu di ruang tamu sehingga orang-orang bisamelihat wajahnya. Tidak ada seorangpun melihatnya melainkan kagum dan berkata: “Seakan-akan beliau sedang tidur”, Abdurrohman Hadid berkata: “Aku memandang terus wajah jenazahnya seakan beliau mau tertawa”, karena beliau memang suka senyum dan canda dengan kawan-kawan, tadi pagi, kami dan kawan-kawan bersama beliau masih senyum tawa dan canda, kamis berenam (Muhammad Al-Limboriy, Sa’id Al-Limboriy, Fuad Ngawi,Abdurrohman Hadid, Abdulloh Pinrang dan Abu Tsabit) makan berjama’ah masih bisa canda dengan beliau Rohmatulloh ‘Alaih, memang beliau bila dipandang senyumannya menyenangkan orang yang memandangnya, bila tertawa membuat orang senang. Ketika kaum muslimin, para ulama’ dan para thullab (penuntut ilmu) menyaksikan jenazahnya, semuanya kagum kepadanya dan mereka mempersaksikan kebaikannya, banyak yang berkata: “Beliau di atas kebaikan”, yang lain lagi berkata: “Seakan-akan beliau tidak mati”, Abu Ilyas asal Rusia berkata: “Beliau telah banyak sekali memberi manfaat”. Setelah tersebar berita tentang wafatnya saudara kami yang mulia Muhammad Rofi’i, maka banyak dari saudara-saudari dan kawan-kawan beliau meminta untuk kami jelaskan kronologis kematian beliau. Perlu diketahui bahwa kami kaum muslimin di Dammaj sangat lemah dan tidak memiliki senjata besar seperti kaum kafir Syi’ah memiliki senjata besar, dengan melihat hal itu, maka Abu Ilyas Jazahullohu khoiro merancang alat kecil untuk mengunakan mortir kecil, Alhamdulillah beliau berhasil, dan Muhammad Rofi’i termasuk yang paling serius dalam mempelajari senjata rancangan itu, hingga beliau menerapkannya secara langsung, maka dengan itu Abu Ilyas Hafizhohullah berkata: “Sungguh Rofi’i telah banyak sekali memberikan manfaat”, ya’ni manfaat dalam berjihad membela agama Alloh, dengan sebab beliau banyak laskar Syi’ah mati. Hampir setiap hari beliau melepaskan tembakan mortir kecil itu, Alhamdulillah selalu mengenai sasaran. Pada hari ini, pagi tadi AbuTsabit berkata kepada kami bahwa para penembak laskar Syi’ah menembakan meriam mengenai masjid Ali Manna’, belum lagi tembakan dari laskar Syi’ah ketempat di selain pemukiman Alu Manna’, ditambah lagi seorang kawan kami tertembak mati, maka Muhammad Rofi’i membalas mereka dengan ditembakan mortir kecil yang beliau bawa, Said Al-Limboriy dan Abdullah Pinrang berkata: “Tembakan pertama yang dilepaskan oleh Muhammad Rofi’i berhasil, yang tembakan kedua kalinya gagal ya’ni peluruh mortirnya meledak di dalam alatnya hingga percikannya mengenai perut beliau dan menyobek daging perutnya, juga melukai satu kakinya hingga hampir putus dan memutus dua jari tangan kanannya, Alhamdulillah anggota tubuh lainnya utuh terutama wajah beliau utuh dan malah berseri-seri, di zaman Nabi ada seorang shohabat ingin membunuh musuh ternyata pedangnya mengenai dirinya sendiri, diapun mati dan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan bahwadia mati syahid. Begitu pula seorang shohabat namanya Haritsah terbunuh karena senjata nyasar, Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada ibunya: “Dan sesungguhnya putramu mendapatkan Firdaus Al-A’laa (surga paling tertinggi)”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy. Maka termasuk dari suatu kebahagian tersendiri bagi ibu-bapak dan keluarga Muhammad Rofi’i karena beliau Insya Alloh mati syahid Muhammad Rofi’i Rohmatulloh ‘Alaih termasuk paling bersemangat dalam memberikan manfaat kepada saudara-saudaranya seiman, beliau merelakan dirinya untuk itu karena Alloh, pada perang keenam beliau bersamaAbdul Ghofur Al-Lumajangiy Rohimahumalloh bersama-sama naik ke bukitThullab untuk menghadang serangan laskar-laskar Syi’ah.-- -- . Begitulah keadaan Muhammad Rofi’i Rohmatulloh ‘Alaih, beliau mudah menolong dan mudah memaafkan, semoga beliau juga dimaafkan, beliau berkata di dalam lembaran wasiatnya: “Aku meminta dengan segenap kerendahan hati kepada siapa saja yang pernah aku sakiti atau zholimi agar memaafkanku”. Muhammad Rofi’i adalah pria pemberani, di tengah-tengah derasnya hujan tembakan beliau selalu bisa melepaskan tembakan mortir rakitan yang kecil, beliau diakui oleh kawan-kawan sebagai pemberani. Bila keadaan agak aman ya’ni tembakan kaum kafir Syi’ah berhenti maka beliau mengisi waktunya dengan ibadah dan sholat sunnah. Sepekan sebelum kematian beliau, ketika aku dan Abu Tsabit Al-Jawiy membangun benteng dari karung yang kami isi tanah di dalamnya, ketika beliau melihat kami bekerja beliaupun bergegas membantu, sehari sebelum beliau meninggal, kami melanjutkan membangun benteng itu, maka beliau bersama lima kawan kami orang-orang Indonesia (Abu Tsabit, Said Al-Limboriy, Abdurrohman Hadid, Fuad Ngawiy dan Abdulloh Pingrang) beramai-ramai membantu maka benteng itu kami namai dengan “Indofi’i” ya’ni matras (benteng) Indonesia Rofi’i.Demikianlah keadaan beliau, waktu-waktunya selalu diisi dengan hal yang bermanfaat, sampai beliau berkata kepada seorang temannya: “Kalau tidak bisa membuat pahala, paling tidaknya jangan berbuat dosa”. Ketika kami sedang baku tembak dengan laskar Syi’ah, tiba-tiba kami melihat beliau di belakang kami, beliau bertayamum, karena kebiasaan beliau tidak akan menembakan mortir rakitan kecil yang beliau bawa melainkan beliau dalam keadaan suci, sebelum beliau memasukan peluru mortir beliau berdoa: “Allohumma saddid romyatanaa ‘alaihim” (Ya Alloh tepatkanlah tembakan kami atas mereka). Dalam setiap kali pertempuran selalu kami saling mengingatkan, jika ada dari kami senang karena bisa menembak langsung musuh, dan yaqin bahwa musuh tewas, maka kami teringat dengan perkataan Alloh: “Dan tidaklah kalian melempar melainkan Alloh yang melempar”. Apabila sudah masuk waktu maka kami saling mengingatkan karena sangat tegangnya keadaan sampai terkadang waktu tidak terasa. Masyaalloh beliau di tempat jaga selalu memperhatikan sholat sunnah. Kalau kami ingin mengimami sholat dengannya maka beliau meminta waktu untuk sholat sunnah terlebih dahulu.Beliau melakukan itu karena menyadari bahwa waktu-waktu perang ada waktu yang sangat susah dan sulit untuk sholat, sebagaimana ketika aku (Muhammad bin Salim) jaga di perbatasan antara Alu Manna’ dengan Masadir ketika itu kami diserang hingga tidak ada penghalang antara kami dengan para laskar Syi’ah melainkan hanya satu tembok kebun anggur, di saat itulah sangat sulit untuk sholat, aku dan dua kawanku orang Yaman dan seorang lagi asal Rusia hanya bisa sholat khouf, dengan menghadap ke arah musuh. Ketika kami mundur di pemukiman Alu Manna pada jam dua malam maka beliau berjumpa dengan kami dan kami ceritakan apa yang terjadi pada kami selama di dalam jepitan serangan laskar Syi’ah dari pagi hingga tengah malam. Setelah kejadian yang begitu dahsyatnya sampai-sampai susah dan sulit untuk sholat, kami melihat beliau semakin meningkat dalam menjaga sholatnya baik yang lima waktu maupun sholat yang sunnah, Rohimahulloh. Ketika beliau dan kawan-kawan tidak bisa lagi jaga di Masadir karena laskar Syi’ah telah menguasainya, dan beliau jadi jaga di pemukiman Alu Manna’ bersama pasukan Asy-Syaikh Abdulloh Muzahim Rohmatulloh ‘Alaih beliau berkata: “Aku sudah empat atau lima jum’atan tidak sholat jum’at di masjid As-Sunnah”, maka kami mencari seorang kawan untuk jaga di tempat kami sehingga beliau bisa mengikuti sholat jum’at berjama’ah dengan Syaikhuna Yahya, Masyaalloh beliau sangat senang, setelah itu beliau tidak lagi bisa jum’atan di masjid As-Sunnah karena keadaan bertambah gawat hingga beliau menghadap kepada Robbnya, Rohmatulloh ‘Alaih. Muhammad Rofi’i meninggal kemarin dan baru bisa dikebumikan tadi pagi, karena kemarin hingga malamnya banyak tembakan dan jalan di gang rumah menuju pemakaman Syuhada rawan sniper, beliau bersama empat kawan kami yang meninggal kemarin dan yang meninggal tadi malam baru bisa dikebumikan jam 7 (tujuh) pagi tadi, Rohimahumulloh. Masyaalloh jenazah Muhammad Rofi’i dari setengah hari hingga semalam penuh tidak ada perubahan, wajahnya tetap berseri-seri, darahnya masih berwarna merah dan badannya biasa seperti baru meninggal, begitu pula kawan-kawan kami yang lainnya, walaupun jenazah mereka tertinggal di dalam kebun anggur atau masih di perbatasan selama sehari atau dua hari setelah kematiannya namun Masyaalloh jenazah mereka tidak membengkak dan tidak pula bau, Walhamdullillah.
Posted on: Fri, 29 Nov 2013 22:04:46 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015