1100 : Raja Henry I menggantikan Raja William II menjadi raja - TopicsExpress



          

1100 : Raja Henry I menggantikan Raja William II menjadi raja Inggris. Dia mengambil kembali dari para pedagang uang hak untuk mendistribusikan uang di masyarakat. Uang yang dia gunakan adalah dalam bentuk yang sama sekali berbeda, sebatang kayu! Nama uang ini adalah talley stick, yang kemudian merupakan salah satu uang yang bertahan paling lama, 726 tahun sampai tahun 1826 (sekalipun bentuk uang lain juga muncul bersamaan di antara masa itu). 1225 : St. Thomas Aguinas lahir, dan pada zaman itu Dia memimpin Gereja Katolik untuk melarang pengenaan bunga (riba) atas uang. Konsep ini adalah mengikuti ajaran Aristoteles bahwa tujuan dari uang adalah untuk melayani anggota masyarakat dan memfasilitasi perdagangan barang. Pengenaan bunga atas uang akan melenceng dari tujuan tersebut karena bunga menciptakan beban tambahan terhadap penggunaan uang. Oleh karena itu, ajaran Gereja di abad pertengahan Eropa melarang pengenaan bunga atas pinjaman uang. 1509 : Raja Henry VIII menggantikan Raja Henry VII menjadi raja Inggris. Pada masa itu dia memperlonggar aturan pengenaan bunga atas pinjaman uang. Para pedagang uang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan segera mengekspansi bisnis perdagangan uang mereka. Pada masa ini juga Gereja Inggris memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma, yang masih tetap melarang pengenaan bunga atas pinjaman uang. 1553 : Ratu Mary I menggantikan Putri Jane Grey menjadi Ratu Inggris. Pada masa ini, Ratu memperketat kembali aturan bunga pinjaman uang. Para pedagang uang yang marah segera membalas dengan cara memperketat suplai uang dengan menahan emas dan perak mereka dan menyebabkan ekonomi Inggris lumpuh. 1558 : Ratu Elizabeth I naik tahta, dan memutuskan bahwa untuk mengendalikan suplai uang dia harus mengedarkan koin emas dan perak sendiri, dan berhasil mengambil kendali suplai uang dari para pedagang uang. 1609 : Para pedagang uang di Belanda mendirikan Bank Sentral pertama dalam sejarah di Amsterdam. 1642 : Pedagang uang membiayai Oliver Cromwell untuk melancarkan revolusi di Inggris, supaya mereka bisa memegang kendali atas suplai uang kembali. Dalam perang yang penuh darah, Cromwell akhirnya menggulingkan Raja Charles I dan memberikan hukuman mati kepadanya tahun 1649. Para pedagang uang segera mengkonsolidasikan kembali kekuatan mereka dan selama beberapa dekade berikut memprakarsai berbagai perang dengan biaya yang sangat tinggi untuk kerajaan Inggris. Mereka juga mengambil kepemilikan atas sebidang properti di tengah kota London yang saat ini dikenal dengan nama City of London. 1688 : Para pedagang uang di Inggris bekerja sama dengan rekan mereka yang lebih sukses di Belanda, melancarkan sebuah invasi ke Inggris. Dipimpin oleh William of Orange, mereka merebut tahta kerajaan Inggris. William of Orange kemudian menjadi raja Inggris dengan sebutan Raja William III tahun 1689. 1694 : Selama 50 tahun yang penuh dengan peperangan, pemerintah Inggris akhirnya kesulitan dalam pembiayaan dan harus meminjam kepada para pedagang uang. Para pedagang uang bersedia meminjamkan uang mereka dengan syarat mereka akan diberikan hak untuk mendirikan sebuah bank swasta dengan hak menciptakan kredit. Nama dari bank ini adalah Bank of England, yang dinamai demikian dengan tujuan satu-satunya adalah untuk membohongi publik bahwa seolah-olah itu adalah milik pemerintah. Modal awal yang seharusnya disetor untuk mendirikan bank ini adalah 1,25 juta pound dalam bentuk koin emas, nyamun kenyataannya hanya 750 ribu pound yang benar-benar disetor oleh para pedagang uang ini. Namun hal ini tidak menghalangi mereka untuk segera memulai pinjaman kepada kerajaan Inggris dengan mengenakan bunga atas setiap sen yang mereka pinjamkan. Salah satu Direkturnya pernah mengatakan, “Bank ini mendapatkan keuntungan dari uang-uang yang dia ciptakan tanpa modal, dan semua pinjamannya harus dijamin dengan pajak yang harus dibayar oleh rakyat Inggris.” Tak lama kemudian, Bank of England segera menyerang talley stick, bentuk uang lain yang masih beredar pada masa itu. 1698 : Selama empat tahun pertama Bank of England, rencana mereka untuk mengendalikan suplai uang berkembang dengan pesat. Hutang awal yang sebelumnya cuma 1,25 juta pound sekarang sudah bertambah menjadi 16 juta pound! Ini adalah peningkatan sebesar 1280% hanya dalam 4 tahun. Mengapa mereka melakukan ini? Sederhana, sebagai contoh bila uang yang beredar di sebuah negara adalah 5 juta pound, dan Bank Sentral kemudian menerbitkan 15 juta pound baru dan mengedarkannya di masyarakat dalam bentuk pinjaman, maka ini akan melemahkan nilai dari 5 juta pound yang sebelumnya ada. 5 juta pound itu sekarang hanyalah 25% dari perekonomian. Dengan demikian bank mengontrol 75% dari sirkulasi uang di negara tersebut. Ini adalah tahap I dari skema kerja mereka. Hal ini sekaligus menciptakan inflasi yang merupakan pengurangan nilai uang yang dimiliki setiap orang karena masyarakat tersebut dibanjiri dengan uang baru dari Bank Sentral. Karena nilai uangnya bertambah kecil, maka orang-orang mulai pergi ke bank untuk mengajukan pinjaman modal untuk menjalankan usaha dan lain-lain. Saat Bank Sentral merasa cukup puas dengan tingkat hutang dari masyarakat tersebut, mereka akan mulai mengetatkan suplai uang dengan mempersulit pinjaman. Ini adalah tahap II dari skema kerja mereka. Tahap III, duduk manis dan menunggu sebagian debitur gagal bayar / bangkrut, ini akan memberikan kesempatan kepada bank untuk menyita kekayaan riil, bisnis, properti dll, dengan membayar harga murah kepada pemilik sebelumnya. Inflasi tidak pernah memberikan efek jelek terhadap bank, mereka adalah satu-satunya grup yang mendapatkan manfaat darinya, sebab bila mereka kekurangan uang mereka tinggal mencetak lebih banyak. 1757 : Benjamin Franklin (salah satu pemimpin revolusi Amerika) menuju Inggris dan menghabiskan 18 tahun berikut di sana sampai menjelang perang Revolusi. 1760 : Mayer Amschel Bauer mengganti namanya menjadi Mayer Amschel Rothschild dan mendirikan House of Rothschild. Dia menemukan bahwa memberikan pinjaman kepada pemerintah jauh lebih menguntungkan daripada memberikan pinjaman kepada individu, sebab nilai pinjaman kepada pemerintah lebih besar dan hutangnya dijamin oleh pajak dari rakyat negara yang bersangkutan. Kemudian dia melatih kelima anaknya seni penciptaan uang ini. 1764 : Benjamin Franklin ditanya oleh Bank of England mengapa koloni mereka, Amerika, bisa bertambah makmur dan dia menjawab “Gampang saja. Di Amerika kami menerbitkan uang kami sendiri. Kami menyebutnya Colonial Scrip. Kami menerbitkannya sesuai dengan proporsi permintaan dari perdagangan dan industri yang memproduksi semua barang dari produsen ke konsumen. Dengan mengendalikan mata uang kami sendiri, kami mengendalikan daya beli mata uang kami, dan kami tidak berhutang kepada siapapun.” Mendengar penjelasan ini, parlemen Inggris segera mengeluarkan aturan Currency Act tahun 1764. Mereka melarang koloni mereka untuk mengeluarkan mata uang sendiri dan semua pajak diharuskan untuk dibayarkan dalam bentuk koin emas maupun perak. Dalam autobiografinya, Franklin berkata, “Dalam waktu satu tahun, kondisi Amerika berbalik dengan sebelumnya, depresi mulai terjadi, dan orang-orang kehilangan pekerjaan mereka… Negeri koloni ini sebenarnya dengan senang hati bersedia membayar sedikit pajak atas produksi teh dan lainnya seandainya uang mereka tidak diambil oleh Inggris” Hilangnya hak koloni untuk mengeluarkan mata uang mereka sendiri dari tangan Raja George III dan para bankir internasional inilah yang menyebabkan perang revolusi. Kontrol atas sistem keuangan Amerika ini kemudian berganti tangan selama 8 kali sejak 1764. 1775 : Tanggal 19 April, dimulainya perang revolusi di Lexington, Massachusetts. Saat itu koloni sudah tidak punya koin emas dan perak karena habis untuk membayar pajak kepada kerajaan Inggris. Akibatnya, pemerintahan kolonial mencetak uang kertas untuk membiayai perang. Saat perang dimulai, suplai uang Amerika berjumlah 12 juta dolar. Di akhir perang, jumlahnya menjadi 500 juta dolar, dan akibatnya mata uang ini menjadi tak berharga. 1781 : Menjelang akhir dari perang revolusi Amerika, Konggres sudah putus asa akan persediaan uang. Jadi mereka mengizinkan kepala pengawas finansial, Robert Morris, untuk membuka sebuah bank swasta, dengan harapan bisa mengatasi masalah kekurangan uang. Morris adalah orang kaya yang mendapatkan rezekinya di masa revolusi dengan berdagang material perang. Bank Sentral pertama di Amerika ini disebut dengan Bank of North America, yang diizinkan untuk beroperasi selama 4 tahun, yang dioperasikan dengan cara yang serupa dengan Bank of England. Mereka bisa mempraktekkan fractional reserve banking, menciptakan uang yang tidak mereka miliki, meminjamkannya kepada orang lain dengan mengenakan bunga atas pinjamannya. 1785 : Walaupun berjanji untuk mengatasi masalah suplai uang, tetapi kenyataannya Robert Morris tidak berhasil melakukan apapun selain menciptakan keuntungan untuk pribadinya, dan hak kartel banknya pun tidak diperpanjang Konggres. 1791 : Bank Sentral kedua berhasil didirikan atas lobi dari Robert Morris, Alexander Hamilton, dan Thomas Willing. Nama dari bank ini adalah First Bank of the United States, yang sebenarnya sama persis dengan Bank of North America. Mereka mendapatkan kartel selama 20 tahun dan berhak memonopoli pengadaan uang dari Amerika. 80% dari sahamnya dikuasai oleh swasta dan 20% lainnya oleh pemerintah. Namun, sama seperti Bank of England maupun Bank of North America, para pemegang saham swasta ini sebenarnya tidak menyetor penuh modal mereka, mereka menggunakan uang deposit dari pemerintah untuk menciptakan kredit bagi mereka sendiri untuk membeli 80% saham mereka. Pemegang saham swasta di bank ini tidak pernah diumumkan, namun secara umum dipercayai bahwa Rothschildlah yang ada di baliknya. Pada tahun 1790, saat Alexander Hamilton sedang mengajukan pendirian bank ini kepada Konggres, Mayer Amschel Rothschild di Frankfurt, Jerman, mengatatakan hal ini, “Biarkan saya yang mengontrol uang sebuah negara, maka saya tidak peduli siapa yang menulis hukum di negara tersebut.” 1796 : Selama 5 tahun sejak pendiriannya, pemerintah Amerika sudah meminjam 8,2 juta dolar dari Bank Sentral ini, dan harga barang-barang sudah melonjak sebanyak 72%. Saat itu presiden Thomas Jefferson berkata, “Saya berharap kita bisa mengamandemen konstitusi kita untuk mengambil hak meminjam dari pemerintahan federal.” 1798 : M.A. Rothschild mengirim anaknya, Nathan, yang saat itu berumur 21 tahun ke Inggris. Dengan modal 20.000 pound, dia mendirikan sebuah bank di sana. 1800 : Di Perancis, Bank of France didirikan. Tetapi Napoleon memutuskan untuk tidak berhutang kepada bankir. Dia berkata “Bila pemerintah tergantung pada para bankir untuk mendapatkan uang, maka bankirlah dan bukan pemerintah yang sedang memegang kendali. Tangan yang memberi di atas tangan yang menerima. Uang tidak mengenal nasionalisme, para bankir tidak memiliki patriotisme, satu-satunya tujuan mereka adalah keuntungan.” 1803 : Presiden Thomas Jefferson bersepakat dengan Napoleon, Amerika akan memberikan 3 juta dolar emas sebagai ganti atas sisi Barat sungai Missisipi. Ini dikenal sebagai pembelian Louisiana. Napoleon menggunakan uang ini untuk membentuk pasukan, dan mulai menaklukkan Eropa. Bank of England segera bangkit membiayai perang melawan Napoleon dan mendapatkan keuntungan besar dari perang tersebut. Prussia, Austria, dan Rusia semuanya terbenam dalam hutang dalam usaha untuk menghentikan Napoleon. 1807 : Nathan Rothschild menyelundupkan emas dari Perancis menuju Spanyol untuk membiayai serangan Duke of Wellington terhadap Napoleon. 1811 : Masa 20 tahun kartel First Bank of the United States berakhir. Nathan Rothschild mengancam “Bila aplikasi kartel ini tidak diperpanjang, Amerika akan terlibat dalam perang yang mengerikan.” Presiden keempat Amerika saat itu, James Madison, sangat membenci bankir, dan bersama dengan Wakil Presiden, George Clinton, mereka berhasil menghalangi Senat untuk memperpanjang kartel bank. 1812 : Seperti yang dijanjikan Nathan Rothschild, akhirnya Inggris menyerang Amerika. Namun, karena pada saat yang bersamaan Inggris masih sibuk berperang melawan Napoleon, sampai perang berakhir tahun 1814, Amerika belum berhasil dikalahkan. 1814 : Napoleon kalah dan dibuang ke sebuah pulau di Italy, Elba. 1815 : Napoleon berhasi melarikan diri dan kembali ke Perancis. Dia berhasil mengumpulkan kembali pasukan, tetapi akhirnya kalah kembali dari Duke of Wellington di perang Waterloo. Nathan Rothschild mengirim salah satu orang kepercayaannya, Rothworth untuk memantau perang tersebut. Begitu hasil perang akhir diketahui, Rothworth segera kembali ke Inggris untuk memberitahu kepada Nathan. Nathan mengetahui kabar ini 24 jam lebih cepat daripada Wellington sendiri di London. Nathan segera menuju bursa saham London dan menjual besar-besaran. Para pedagang yang lain percaya ini adalah pertanda bahwa Napoleonlah yang memenangkan perang dan mereka pun ikut menjual dalam kepanikan. Pasar benar-benar goncang, dan semua orang mulai menjual surat hutang pemerintahan Inggris, tetapi Rothschild diam-diam membeli kembali dalam jumlah besar saat harga surat hutang itu jatuh beberapa jam kemudian. Surat-surat hutang ini bisa dikonversikan dengan saham Bank of England, dengan cara itulah Rothschild mengambil alih Bank of England, dan sejak saat itu mengendalikan suplai uang di Inggris. Nathan Rothschild mengatakan bahwa selama 17 tahunnya di Inggris, dia berhasil melipatgandakan 20.000 pound yang dia bawa sebesar 2500 kali lipat menjadi 50 juta pound! Sebagian orang bertanya, mengapa bankir menyukai perang? Sederhana saja, bankir membiayai kedua belah pihak yang berperang. Perang adalah generator hutang terbesar dari sebuah negara. Sebuah negara bersedia meminjam berapapun juga agar bisa memenangkan perang. Hasil akhir sebenarnya sudah diketahui dari awal. Sang pecundang akan dibiayai secukupnya, dan pihak yang dibiayai besar-besaran akan memenangkan perang. Bagaimana bankir memastikan uang mereka bisa kembali? Semua pinjaman diberikan hanya ketika mereka mendapatkan jaminan pemerintah bahwa hutang yang mereka berikan akan dibayarkan saat perang dimenangkan. 1816 : Konggres Amerika kembali mengizinkan Bank Sentral swasta didirikan. Kali ini namanya “Second Bank of the United States.” Bentuk dan pemegang sahamnya adalah lagi-lagi sama dengan First Bank of the United States. 1826 : Talley stick ditarik dari peredaran uang di Inggris. 1828 : Perekonomian Amerika yang sudah dimanupulasi gila-gilaan oleh Bank Sentralnya menyebabkan banyak orang bangkit melawan mereka. Anggota Senat Andrew Jackson menyampaikan kampanye menuju Presiden dengan target utama membubarkan Bank Sentral. Jackson memenangkan pemilihan Presiden dan langsung beraksi menyingkirkan orang-orang suruhan bankir yang menjabat di pemerintahan. Dia memecat 2.000 orang dari total 11.000 pegawai pemerintahan Federal saat itu. 1832 : Walaupun para bankir membiayai lebih dari 3 juta dolar untuk calon yang mereka sukai, Henry Clay, Jackson tetap terpilih kembali sebagai Presiden Amerika. Motto kampanyenya “Jackson and No Bank!” Presiden Jackson dalam pidato kemenangannya mengatakan “Bahaya korupsi ini cuma terhalangi, belum benar-benar mati.” 1833 : Presidan Jackson menunjuk Roger Taney sebagai Sekretaris Keuangan Negara, dan menginstruksikannya memulai penarikan deposit pemerintah di Second Bank of the United States. Kepala Second Bank of the United States, Nicholas Biddle, menggunakan pengaruhnya di Senat untuk menolak rencana Roger, dan mengancam memprakarsai sebuah depresi bila kartel mereka tidak diperpanjang. Biddle berkata, “Tidak ada hal lain selain penderitaan masif yang bisa mempengaruhi Konggres... Saya sama sekali tidak ragu, bila tiba saat itu, mereka akan memperpanjang kartel ini.” Kemudian Second Bank of the United States memperketat peredaran uang di Amerika, mereka memanggil kembali pinjaman mereka dan menolak memberikan pinjaman baru. Kepanikan dan kekacauan finansial pun muncul, dan Amerika memasuki masa depresi. Apa yang dilakukan Biddle sekali lagi membuktikan kepada dunia seperti apa Bank Sentral sebenarnya. Biddle tanpa rasa malu malahan menyalahkan Presiden Jackson, bahwa Presidenlah yang menyebabkan depresi. 1835 : Konggres memutuskan untuk membatalkan pengambilan deposit negara dari Second Bank of the United States. 1836 : Kartel Second Bank of the United States tidak diperpanjang. Nicholas Biddle ditangkap dan dituntut atas tuduhan penipuan. 1838 : Pada tanggal 8 Januari Jackson membayar pembayaran terakhir hutang pemerintah. (Dia adalah satu-satunya Presiden Amerika yang pernah melunasi hutang pemerintah dalam sejarah Amerika sampai hari ini) Seorang pembunuh bayaran, Richard Lawrence mencoba menembak Jackson, namun tidak berhasil. Di pengadilan dia divonis tidak bersalah atas dalih dia sudah gila. Setelah bebas, Lawrence terang-terangan mengatakan di publik dia bekerja untuk sekelompok orang berkuasa di Eropa yang berjanji akan melindunginya bila dia tertangkap. Ketika ditanya apa pencapaian terpenting yang pernah dilakukan dalam hidupnya, Jackson berkata “Penutupan Bank Sentral” Perlu waktu 75 tahun bagi para keluarga bankir untuk bangkit kembali dan mendirikan bank sentral berikut, Federal Reserve. Kali ini mereka menggunakan keturunan langsung mereka sendiri, Jacob Schiff, keturunan dari Rothschild. 1850 : Jacob (James) Rothschild ditaksir memiliki kekayaan sebesar 600 juta Franc, lebih banyak 150 juta Franc dari seluruh bankir di Perancis dijadikan satu. 1852 : Perdana Menteri Inggris, William Gladstone, mengatakan “Sejak saya bertugas di sini, saya mulai menyadari ternyata pemerintah tidak berkuasa atas masalah finansial. Mereka memang tidak direncanakan untuk berkuasa, pekerjaan sebenarnya mereka adalah melindungi dan menutupi “Kekuatan Kaya.” 1861 : Perang Sipil Amerika dimulai. Penyebab perang bukan masalah perbudakan seperti yang sering dikatakan orang. Negara bagian Utara berperang dengan Negara bagian Selatan karena sengketa tarif perdagangan tidak adil yang diterapkan Utara yang memaksa Selatan harus mengimpor barang dari Eropa dengan harga yang lebih mahal. Eropa pada akhirnya juga menghentikan impor dari Negara bagian Selatan. Para bankir melihat kesempatan besar untuk memecah belah dan menaklukkan Amerika, mereka membiayai Napoleon III Perancis untuk menaklukkan Meksiko di sebelah Selatan dan pada saat yang sama Inggris menempatkan pasukan mereka di Kanada (Utara). Presiden Lincoln, yang menyadari dirinya sedang dalam masalah besar, bersama dengan Sekretaris Keuangan Salomon Chase, pergi ke New York dan mencoba mendapatkan pinjaman dari bankir. Para bankir menawarkan pinjaman dengan bunga antara 24 sampai 36 persen, Lincoln menolak dan kembali ke Washington. Lincoln kemudian bertanya kepada salah satu Kolonelnya, Dick Taylor, bagaimana cara membiayai perang ini. Taylor mengatakan padanya untuk pergi ke Konggres dan keluarkan sebuah peraturan pemerintah tentang penerbitan mata uang kertas sendiri. Uang kertas ini adalah mata uang resmi dari negara, dan semua orang diwajibkan untuk menerimanya sebagai alat tukar. 1862 : Lincoln mulai mencetak 450 juta dolar mata uang baru. Uang ini menggunakan tinta hijau di sisi belakangnya untuk membedakan diri dari uang kertas lainnya saat itu, oleh karena itu dolar mulai disebut dengan nama “Greenbacks” Uang ini tidak dikenai bunga dan dapat digunakan untuk membayar pasukan dan membeli persediaan barang mereka. Presiden Lincoln adalah presiden terakhir Amerika yang bisa menerbitkan mata uang tanpa hutang… Mengenai masalah uang, Lincoln berkata “Pemerintahlah yang seharusnya mencetak dan mengedarkan uang sesuai dengan kemampuan belanja dari pemerintah dan daya beli dari masyarakat. Dengan mengadopsi prinsip ini, rakyat bisa dibebaskan dari bunga pajak yang sangat memberatkan. Uang akan menjadi pelayan manusia, bukan majikannya.” Mengenai pernyataan dari Lincoln ini, The Times dari London kemudian menuliskan sebuah propaganda, yang datang dari para bankir, “Seandainya kebijakan dari benua Republik Amerika Utara ini benar-benar diterapkan, pemerintah akan memiliki uang mereka tanpa ongkos. Mereka bisa melunasi hutang mereka dan menjadi negara bebas tanpa hutang. Mereka akan memiliki semua uang yang mereka butuhkan untuk menjalankan perdagangan. Mereka akan menjadi makmur melebihi negara manapun di dunia. Pemerintahan itu harus dihancurkan atau dia akan menghancurkan semua monarki di muka bumi.” 1863 : Tsar Alexander II Rusia memberikan sebuah bantuan tak terduga kepada Lincoln. Tsar mengatakan bahwa bila Inggris ataupun Perancis mengintervensi perang sipil, dan membantu Negara bagian Selatan, Rusia akan menganggap ini sebagai deklarasi perang. Untuk membuktikan kata-katanya, Rusia mengirimkan sebagian kapal perangnya menuju San Fransico. Bantuan ini, tentu saja bukan karena Tsar orang yang baik hati. Tsar melihat maksud dari para bankir besar, dan diapun telah menolak pendirian bank sentral di Rusia seperti yang diminta oleh bankir elit Eropa. Dia menyadari bahwa bila Amerika jatuh ke tangan Inggris atau Perancis, maka mereka akan berada dalam kendali Bank Sentral lagi. Ekspansi sedemikian besar dari kekaisaran bankir, cepat atau lambat akan mengancam Rusia. 1865 : Lincoln ditembak seorang pembunuh bayaran. Hanya ada satu kelompok yang memiliki alasan dan keinginan untuk menyingkirnya, Bankir Internasional. Mereka sangat khawatir atas ambisi kredit dari Presiden Amerika tersebut. Tak lama kemudian, para bankir kembali memperjuangkan pendirian bank sentral. Mereka juga ingin menghapuskan greenbacks, dan menghidupkan kembali mata uang standar emas, yang memang mereka miliki. Ini bertentangan dengan kebijaksanaan Lincoln yang menerbitkan greenbacks, yang dibacking hanya oleh niat baik dan kredit dari Amerika. Para bankir ingin mengendalikan semua mata uang dan kredit dari semua negara di dunia. Dalam waktu 8 tahun sejak kematian Lincoln, mereka berhasil menerapkan sistem standar emas kembali di Amerika Serikat. 1866 : Para pemilik bank sentral Eropa menginginkan agar bank sentral Amerika segera didirikan dan mata uang Amerika harus dibacking oleh emas. Emas adalah komoditi yang tidak tersedia banyak dan oleh karenanya lebih gampang untuk dimonopoli. Lebih baik dibandingkan dengan perak, yang tersedia secara berlimpah di Amerika. Pada 12 April, atas prakarsa bankir elit Eropa, Konggres mengizinkan Sekretaris Keuangan untuk memperketat suplai uang untuk menarik kembali mata uang greenbacks. Akibatnya, suplai uang berkurang drastis: * 1866 : $1.800.000 dalam peredaran : $50.46 per kapita * 1867 : $1.300.000 dalam peredaran : $44.00 per kapita * 1876 : $ 600.000 dalam peredaran : $14.60 per kapita * 1886 : $ 400.000 dalam peredaran : $ 6.67 per kapita Dalam waktu 20 tahun sejak 1866, 2/3 suplai uang Amerika ditarik oleh bankir dan menyebabkan kehilangan daya beli sebesar 760% bagi rakyat Amerika. Uang sulit didapat karena pinjaman bank ditarik dan pinjaman baru tidak diberikan. 1872 : Ernest Seyd dikirim ke Amerika oleh Rothschild, pemilik Bank of England. Dia diberikan $100.000 yang dipakai untuk menyuap sebanyak anggota Konggres yang dia bisa. Misinya adalah mendemoneterisasi perak, yang ditemukan secara berlimpah di sisi Barat Amerika dan mengancam keuntungan Rothschild. 1873 : Ernest Seyd tampaknya menggunakan uangnya dengan “bijak”, Konggres meluluskan sebuah peraturan baru “Coinage Act,” yang menyebabkan pembuatan koin perak dihentikan sama sekali. 1874 : Koin emas adalah bentuk mata uang satu-satunya di Amerika. 1876 : Atas manipulasi suplai uang di Amerika, 1/3 angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan keresahan sosial mulai timbul. Sebagian orang mulai menuntut untuk kembali ke Greenbacks ataupun ke uang perak. Hasilnya, Konggres membentuk “Komisi Perak Amerika Serikat” untuk menginvestigasi masalah tersebut. Tampaknya komisi ini mengetahui para bankirlah yang ada di balik masalah ini. Dalam salah satu laporannya, mereka menulis: Zaman kegelapan dalam sejarah disebabkan oleh berkurangnya uang dan jatuhnya harga… Tanpa uang, peradaban tidak bisa dimulai, dan ketika suplai uang terus berkurang, akhirnya peradaban akan berakhir. Di era awal Kerajaan Romawi, jumlah uang metal adalah 1.800.000.000,- di akhir abad ke-15 suplai uang tinggal 200.000.000,- Dalam sejarah kita tidak bisa menemukan masa yang lebih gelap daripada masa dari Kerajaan Romawi ke Zaman Kegelapan. Sekalipun mendapatkan laporan dari komisi ini, Konggres tidak bertindak. 1877 : Kerusuhan mulai terjadi dari Pittsburgh sampai Chicago. Para bankir berkumpul dan memutuskan bahwa mereka akan tetap dengan kebijakan mereka. Mereka tahu bahwa walaupun keadaan memang kacau, tetapi mereka tetap orang yang sedang memegang kendali. Dalam rapat Asosiasi Bankir Amerika, mereka menekankan kepada semua anggotanya untuk menolak semua gagasan untuk kembali ke Greenbacks. 1878 : Tanggal 28 Febuari Konggres mengesahkan “Sherman Law.” Hukum ini memperbolehkan pembuatan terbatas koin perak. Namun tidak berarti semua orang yang membawa perak ke Amerika bisa menjadikannya dolar perak. Uang Amerika masih tetap dibacking oleh emas paska Ernest Seyd. Beredarnya uang tambahan dalam perekonomian, yang diikuti oleh mulai diberikannya pinjaman oleh bankir, karena mereka sudah yakin atas kendali mereka, mengakhiri masa depresi paska perang sipil. 1881 : Wakil partai Repulik, James Garfiel terpilih sebagai Presiden Amerika. Bankir tidak menyukainya, dia adalah mantan Ketua Komite Pengawas dan juga anggota departemen Banking and Currency. Garfield mengetahui dengan pasti penipuan para bankir terhadap orang Amerika. Pada hari pelantikannya, dia berkata, “Siapa yang mengendalikan volume uang di sebuah negara adalah tuan sebenarnya dari industri dan perdagangan… dan ketika Anda sadar bahwa keseluruhan sistem ini sebenarnya mudah untuk dikendalikan, oleh sekelompok kecil orang di atas, Anda tak perlu diberitahu lagi dari mana datangnya periode deflasi dan depresi.” Tanggal 2 Juli Presiden Garfiels mati ditembak. 1891 : Para bankir menciptakan booming perekonomian selama satu dekade dan kemudian memprakarsai sebuah masa depresi supaya mereka bisa membeli ribuan rumah dan lahan pertanian dengan harga beberapa sen per dolar. Mereka juga menyiapkan sebuah rencana untuk menjatuhkan perekonomian dalam waktu dekat. Dalam salah satu memo kepada Asosiasi Bankir Amerika, yang ditemukan dalam catatan Konggres duapuluh tahun kemudian, terbaca : “Pada tanggal 1 September 1894, kami tidak akan memperpanjang masa pinjaman kami atas pertimbangan apapun. Pada 1 September, kami akan meminta kembali uang kami. Kami akan menyita jaminan yang gagal bayar. Kami akan mengambil alih 2/3 lahan pertanian di sebelah Barat Missisipi, dan ribuan kavling lainnya di Timur Missisipi, dengan harga yang kami buka… Para petani akan menjadi penyewa, sama seperti di Inggris…” 1896 : Isu sentral dari pemilihan Presiden kali ini adalah seputar penerbitan lebih banyak perak sebagai uang. Wakil Partai Demokrat William Bryan maju sebagai anti standar emas dan menginginkan perak sebagai uang. Bankir mendukung wakil Partai Republik, William Mckinley yang membela standar emas. Mckinley menyuruh para manufaktur dan industrialis mengancam kepada pegawai mereka bahwa bila Bryan yang terpilih, semua pabrik akan tutup dan tidak akan ada pekerjaan. Taktik ini berhasil, Mckinley mengalahkan Bryan. 1898 : Paus Leo XIII mengatakan hal ini tentang bunga pinjaman, “Di satu sisi ada sekelompok orang yang memegang kekuasaan karena mereka memiliki kekayaan besar, yang mengendalikan semua pekerja dan perdagangan, yang memanipulasi untuk kepentingan pribadi semua suplai uang, yang bahkan lebih berpengaruh daripada pemerintah sendiri, di sisi yang lain ada sekelompok besar lainnya yang tidak berdaya dan hidup menderita. Bunga pinjaman (riba), yang sudah berkali-kali dilarang oleh Gereja, masih dipraktekkan hari ini walaupun dengan bentuk yang berbeda, supaya sekelompok kecil orang kaya bisa mendapatkan keuntungan dari orang miskin yang hidup hanya sedikit lebih baik dibanding seorang budak.” 1907 : Di awal tahun 1900-an, para bankir mulai tidak sabar untuk mendirikan sebuah bank sentral pribadi di Amerika. Rothschild, Jacob Schiff, dalam sebuah pidatonya kepada Departemen Perdagangan New York, berkata, atau lebih tepatnya, mengancam: “Kecuali kami mendapatkan hak pendirian Bank Sentral dengan kendali kredit yang kuat, bila tidak negara ini akan menjalani penderitaan dan kepanikan finansial terbesar dalam sejarahnya.” Agen dari Rothschild, J.P. Morgan yang akan melaksanakan misi ini. Bapak dari J.P. Morgan, Julius Morgan, adalah agen finansial Amerika untuk Inggris, dan setelah kematiannya, J.P. Morgan mulai bermitra dengan Edward Grenville, mantan Direktur Bank of England. Inilah tahun saat para bankir mulai melancarkan serangan. J.P. Morgan dan beberapa temannya memprakarsai kejatuhan bursa saham. Mereka mengetahui ada banyak bank-bank kecil yang meminjamkan terlalu banyak, sebagian bahkan cuma memiliki cadangan 1% berkat sistem penipuan fractional reserve banking. Dalam beberapa hari, orang-orang yang antri menarik simpanan mereka dari bank menjadi pemandangan biasa. Morgan kemudian maju ke publik dan mengumumkan bahwa dia akan menalangi bank-bank ini. Namun apa yang tidak dia katakan adalah uang untuk melakukannya adalah datang dengan cara mencetak uang baru. Ajaibnya, Konggres mengizinkannya! Morgan mencetak $200.000.000 uang kertas nyaris tanpa modal, yang tidak dibacking oleh emas sama sekali, yang bisa digunakan orang-orang untuk membeli barang-barang dan jasa, dan sebagian masuk ke bank cabangnya untuk dipinjamkan ke orang lain dengan mengenakan bunga! Hasilnya, masyarakat umum mulai kembali percaya kepada uang kertas. Tapi yang terpenting adalah mulai saat itu kekuasaan perbankan mulai terkonsolidasi ke tangan sekelompok kecil bank skala besar. 1908 : Dengan berakhirnya kepanikan finansial, J.P. Morgan dipuji sebagai pahlawan oleh Presiden Woodrow Wilson, yang dengan sombongnya berkata, “Semua kekacauan akan bisa dihindari bila kita mengangkat 6 atau 7 orang seperti J.P. Morgan sebagai komite untuk mengatasi masalah keuangan negara kita. Roosevelt juga menandatangani peraturan pembentukan “Komisi Moneter Nasional”, yang bertujuan mempelajari masalah perbankan dan memberikan rekomendasi kepada Konggres. Tak perlu ditanya, anggota komisi ini dipenuhi oleh J.P. Morgan dan kroni-kroninya. Ketua komisi ini adalah Senator Nelson Aldrich dari Rhode Island, salah satu keluarga bankir terkaya di Amerika. Putrinya kemudian menikah dengan John D. Rockefeller Jr., yang kemudian melahirkan 5 anak laki-laki (termasuk Nelson Rockefeller yang menjadi Wakil Presiden tahun 1974 dan David Rockefeller yang menjadi Ketua Council of Foreign Relations) Senator Aldrich kemudian menghabiskan waktu 2 tahun untuk belajar ke Eropa, yang mana dia berkonsultasi dengan Bank Sentral Inggris, Perancis, dan Jerman, atau lebih tepatnya berkonsultasi kepada Rothschild, Rothschild, dan Rothschild. 1910 : Senator Aldrich kembali ke Amerika. Tak lama kemudian dia mengadakan sebuah pertemuan rahasia dengan beberapa keluarga terkaya di Amerika ke Pulau Jekyll, dekat Georgia. Di grup ini, hadir juga Paul Warburg, yang digaji $500.000 pertahun oleh perusahaan milik Rothschild : Kuhn, Loeb & Company. Uang ini akan digunakan untuk melobi Konggres untuk mendirikan sebuah bank sentral di Amerika. Hadir juga di pertemuan itu Jacob Schiff. Rothschild, Warburg, dan Schiff, yang keturunannya sudah saling dikawinkan pada dasarnya telah menjadi keluarga yang sama. Pertemuan itu sedemikian rahasia sehingga pada saat itu hanya nama depan yang boleh digunakan para partisipan untuk mencegah para pelayan mengetahui identitas mereka. Belasan tahun kemudian, salah seorang partisipan, Frank Vanderlip, Presiden dari National Citibank dan representatif dari keluarga Rockefeller, mengkonfirmasi pertemuan itu. Dia berkata, “Pertemuan itu harus dirahasiakan, karena bila diketahui orang-orang bahwa kami berkumpul dan merancang sebuah Undang-Undang perbankan, maka Undang-Undang itu dipastikan tidak akan diluluskan oleh Konggres.” Pada masa itu masalah dari bankir elit tersebut adalah ada terlalu banyak bank di Amerika (mendekati 20.000). Pada tahun 1913 hanya 29% bank yang merupakan bank Nasional dan total deposit yang mereka kumpulkan hanya 57% dari pangsa pasar. Seperti yang dikatakan oleh John Rockefeller, “Kompetisi itu Dosa!” Senator Aldrich bertahun-tahun kemudian mengakui di sebuah majalah, “Sebelum Undang-Undang ini disahkan, para Bankir New York cuma bisa mendominasi di kota New York. Sekarang kami mendominasi cadangan uang di seluruh Amerika.” Jadi salah satu tujuan dari para konspirator itu adalah mengontrol bank-bank kecil menengah. Hal kedua yang perlu diketahui adalah saat itu perekonomian sedemikian kuat sehingga kebanyakan ekspansi korporasi dibiayai oleh keuntungan usaha mereka, bukan lewat pinjaman bank. Sepuluh tahun pertama di abad itu, 70% sumber pendanaan korporat datang dari keuntungan usaha mereka. Dan para bankir tidak suka dengan hal itu. Setelah pertemuan selama 9 hari di Pulau Jekyll, akhirnya mereka berhasil merancang sebuah paket Undang-Undang yang mereka sebut “Aldrich Bill”. Mereka segera mengumpulkan 5 juta dolar untuk mendirikan sebuah yayasan pendidikan dan membiayai para professor Universitas untuk mendukung Undang-Undang itu. Bank Sentral baru ini pada dasarnya sama saja dengan Bank of the United States, yang akan mendapatkan hak monopoli atas mata uang Amerika dan bisa menciptakan kredit tanpa modal. Dan untuk memberikan kesan ke publik bahwa dia seolah-olah dikendalikan oleh pemerintah, para Dewan Gubernur di Bank Sentral akan ditunjuk oleh Presiden dan disetujui oleh Senat. Hal ini tidak masalah buat para bankir karena mereka tahu mereka selalu bisa membeli suara para politisi, hanya orang-orang yang mereka inginkan yang akan duduk di Dewan Gubernur (BAGIAN 1)
Posted on: Wed, 17 Jul 2013 10:04:11 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015