Antara Kenakalan dan Doa - TopicsExpress



          

Antara Kenakalan dan Doa Ibu ----------------------------------- “Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian…”(HR. Abu Dawud) ----------------------------------- Kisah Ibunda Syaikh Abdurrahman as Sudais. Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah di luar rumah. Sementara didalam sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan oleh Suami tercintanya. Dengan susah payah sang ibu berusaha seorang diri menghidangkan makanan yang terbaik, ia sama sekali tidak ingin mengecewakan suami terlebih tamu kerabatnya yang sebentar lagi hampir tiba. Siapa sangka tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu, ia masuk ke dalam rumah mendekati hidangan lalu dengan riang menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji. Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, ia begitu terkejut dan panik sontak beliau marah dan berkata, “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,” Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di Haramain…!” Hari yang berat itu pun telah berlalu masih tergambar jelas peristiwa itu di dalam kepala beliau namun, amarahnya telah lenyap sama sekali. Kalimat yang ia ucapkan tatkala ia marah mengkristal di dalam dada ibu ini, hampir setiap hari dalam kesendirian bersama bocah kecil tercintanya dengan penuh kelembutan ia mengatakan “Wahai ‘Anaku, hafalkanlah qur’an...Wahai ‘Anaku, hafalkanlah qur’an....Wahai ‘Anaku, hafalkanlah qur’an... Insya Allah engkau akan menjadi imam masjidil Harom.” Bersama dengan ibunda setiap bocah kecil itu datang ke Masjidil Harom, mereka melihat lebih dekat bagaimanakah tingkah laku imam di sana. Kadangkala di pikirannya terbayang, apakah mungkin dia akan seperti itu (menjadi imam Masjidil Harom) ?. Namun disaat itu pulalah Sang Ibu selalu berada di sampingnya memelihara semangat saat ia jenuh, meyakinkannya saat ia ragu dan sesekali mendekap bocah itu lalu mengusap kepalanya sembari mendoakannya agar menjadi imam Masjidil Harom suatu saat nanti. Tanpa kenal lelah Sang ibu senantiasa memuliakan bocah yang bandel ini dengan satu harapan agar kelak anaknya bermetamorfosis menjadi manusia yang mulia. Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram…! Tahukah kalian, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu…? Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit dan contoh bagi kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia. = Ini adalah teladan bagi para ibu , calon ibu, ataupun orang tua hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun. “Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian…”(HR. Abu Dawud) --------------------- Syeikh Abdurrahman as-Sudais bernama lengkap Abdurrahman bin Abdul Aziz Al Sudais Al Najdi. Lahir tahun 1382 H (1961). Beliau berasal dari Kabilah Anza. Silsilah beliau adalah Abu Abdul Aziz bin Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah. Sebagai seorang Qori beliau mengambil jalur periwayatan Imam Hafs (ada beberapa jalur periwayatan dalam membaca Al Qur’an—Andi Kata). Beliau memang terkenal dengan suara tingginya dan sikap emosional (terutama keharuannya) saat membaca Al Qur’an, dengan pelafalan tajwid sempurna. Beliau berhasil menghafal 30 Juz Al Qur’an pada umur 12 tahun. Masa kecil beliau dihabiskan di Riyadh tempat beliau menamatkan pendidikan sekolah dasar beliau di Madrasah Diniyah Al Mathna bin Hartha. Beliau menyelesaikan studi setingkat SMU (Aliyah) pada tahun 1399 H (1979 M) dengan nilai sangat baik di Akademi Ilmu Pengetahuan Riyadh. Al Sudais lalu menempuh pendidikan lebih tinggi di Universitas Riyadh hingga mendapat gelar pada Jurusan Syari’ah pada tahun 1983 M, dan gelar master pada Jurusan Syari’ah di Universitas Ibnu Saud tahun 1987 M. Pada tahun 1995, beliau meraih gelar PH.D dalam Ilmu Syari’at Islam di Universitas Umm Al Qura, sembari beliau bekerja sebagai Asisten Profesor setelah bertugas di Universitas Riyadh. Beliau juga mempelajari Kitab Suci Al Qur’an dari Syaikh Muhammad Abdul Majid Zakir, Syaikh Muhammad Ali Hassan, dan lain-lain. Tidak lama setelah itu beliau menjadi imam masjid dan khatib di Masjid di Riyadh di Masjid bernama Masjid Syaikh Al Alamah Abdurrazak Al Afifi. Selanjutnya beliau mengajar di Akademi Imam Al Dawa Al Ilmi pada tahun 1404 H. Pada saat ini pula beliau ditunjuk sebagai imam di Masjidil Haram, Mekah Al Mukaramah. Beliau mulai menjadi imam pada 12-08-1404 H. Saat itu beliau memimpin Shalat Ashar. Kuthbah pertamanya kepada orang-orang pada 14-09-1404 H pada Bulan Ramadhan. Beliau memimpin pula Shalat Tarawih bersama imam lainnya, di antaranya Syaikh As Shuraim. sumber: Kmi isi jogja [facebook/photo.php?fbid=586903404687079&set=a.104153962962028.2807.100001022744162&type=1] #crew_8
Posted on: Mon, 24 Jun 2013 16:11:31 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015