Berikut ini adalah deretan daftar aktivis Gerakan Pemurtadan - TopicsExpress



          

Berikut ini adalah deretan daftar aktivis Gerakan Pemurtadan berkedok Islam yang berbahaya: 1. Pendeta Josias L. Lengkong: Al- Qur’an sebagai alat misi Kristen Pada tanggal 15 Agustus dan 19 September 1997 Yayasan Misi Pekabaran Injil (YMPI) Alkitabiah yang dipimpin oleh Pendeta Yusuf Roni mengadakan seminar di hotel Mandarin Jakarta dengan tema “Studi Paralelisasi Kristen dan Islam”. Tujuannya, untuk memberikan wawasan baru kepada umat Kristiani, supaya bisa menjalin dialog agama dengan umat Islam dalam rangka misi pekabaran Injil (penginjilan). Acara tersebut sangat menarik, sehingga disambut dengan antusias oleh jemaat Kristiani. Peserta yang seyogyanya dibatasi hanya untuk 200 orang peserta, ternyata jauh melebihi kapasitas yang direncanakan. Acara dimoderatori oleh Pendeta K.A.M. Yusuf Roni dengan menghadirkan dua orang pembicara, yaitu Bambang Noorsena, SH., dari Gereja Ortodoks Syiria dan Pendeta Josias L. Lengkong, Phd., rektor Institut Teologi Kalimatullah Jakarta. Dalam makalahnya yang berjudul “Otentisitas Alkitab (Bibel) Berdasarkan Kesaksian Al-Qur’an”, Pendeta Josias L. Lengkong menyebutkan bahwa Al-Qur’an perlu dipelajari oleh umat Kristen, bukan untuk diyakini dan diimani, tetapi semata- mata sebagai senjata andalan dalam gerakan pekabaran Injil (baca: Gerakan Kristenisasi). Makalah tersebut sepenuhnya berisi kutipan dan penyalahtafsiran puluhan ayat Al-Qur’an yang dianggap bisa dipakai sebagai alat untuk mendangkalkan akidah umat. Selanjutnya menyeret ke dalam iman Kristiani. Pengertian ayat-ayat Al-Qur’an yang dikutipnya, dibelokkan kepada satu kesimpulan mentah dan sepihak bahwa berdasarkan kesaksian Al-Qur’an, maka Alkitab (Bibel) milik umat Kristen saat ini adalah kitab suci otentik, asli dan bebas dari kerusakan. Maka Alkitab harus diimani dan dijadikan sebagai landasan hukum dalam segala hal oleh kaum muslimin. Pada pendahuluan makalahnya, Pendeta Josias Lengkong menulis: “Makalah ini disusun untuk menunjukkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menyaksikan bahwa Alkitab Firman Allah yang diilhamkan Tuhan kepada hamba- hambaNya, agar supaya manusia dapat diajarkan tentang kehendak dan petunjuk- petunjuk ilahi. Kupasan akan mencakup persamaan antara kesaksian Al-Qur’an dan Alkitab; Konfirmasi Al-Qur’an terhadap Alkitab; perintah untuk menghakimi berdasarkan Alkitab; kewajiban untuk beriman kepada Alkitab; perintah untuk mengupas Al-Qur’an terhadap Alkitab; perlindungan Allah atas Alkitab; Alkitab bebas dari kerusakan; dan reputasi yang baik para pengarang Injil. Tujuan utama menyelidiki referensi- referensi Al-Qur’an yang menyaksikan tentang Alkitab ialah: agar kita dapat mengenal serta mengerti dan memanfaatkan potensi ayat-ayat Al- Qur’an yang berguna bagi kepentingan membagikan berkat Injil kepada kaum Muslim yang kita cintai. Hal menyelidiki Al-Qur’an bukanlah untuk kepentingan pertumbuhan iman kita, tetapi semata- mata hanya untuk menolong kaum Muslim”. Terakhir, dalam bagian penutup makalahnya, Pendeta Josias Lengkong menarik satu kesimpulan: “Kesaksian Al- Qur’an sangat berguna untuk dijadikan jembatan atau sarana misi pekabaran Injil Alkitabiah”. Karena Al-Qur’an sangat berguna untuk dijadikan sebagai sarana misi pekabaran Injil (dan agama Kristen), maka di Institut Teologi Kalimatullah (ITK) Jakarta yang dipimpinnya, Pendeta Josias Lengkong berani menggulirkan gerakan pemurtadan terhadap umat Islam secara terang- terangan dan sistematis. Di sana, aktivitas pemurtadan dijadikan sebagai satu profesi yang disiapkan secara matang melalui program studi S1, S2 maupun Diploma 1. Studi Islamologi dikaji secara serius dan intensif untuk menghantam akidah umat Islam melalui jalur Dialog Pemurtadan Agama kepada umat Islam. Karena dalam sejarah dan visi ITK jelas tertera: “Visi dari institusi ini adalah membagikan kasih Kristus kepada kaum Muslim serta dialog antarpemeluk Islam dan Kristen”. Di bawah naungan Yayasan Misi Global Kalimatullah, ITK mengambil para dosen dari kalangan murtadin (antara lain: Pendeta Yusuf Roni) dan beberapa pendeta tersohor lain di Jakarta. Dalam acara ritual kebaktian yang diadakan tiap bulan, tampak dalam foto para dosen dan mahasiswanya mengenakan pakaian seperti selayaknya umat Islam ketika shalat. Para wanitanya memakai jilbab dan yang pria memakai peci. 2. Pendeta K.A.M. Yusuf “Fujita” Roni: mempersiapkan pelopor gereja yang siap menghadapi dunia Islam
Posted on: Thu, 04 Jul 2013 04:54:04 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015