Calon Pemimpin Perempuan dan Kaum Muda Kuat Dalam Pesta - TopicsExpress



          

Calon Pemimpin Perempuan dan Kaum Muda Kuat Dalam Pesta Politik Catatan.Freni Lutruntuhluy Sadar atau tidak, Globalisasi telah membuka mata semua orang untuk menatap kehidupan mereka kedepan. Globalisasi terjadi di setiap dimensi kehidupan, termasuk dunia politik. Globalisasi adalah satu ruang dimana, setiap manusia dapat melakukan apa saja tanpa mengenal batas laut, daerah, atau antar Negara. Dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, media cetak dan elektronik, telekomunikasi dan lainnya ternyata telah membuka ruang public dan mata setiap insan untuk lebih arif dan bijaksana menentukan sikap mereka untuk bagaimana bisa tetap hidup dengan baik dalam dinamika kehidupan dan kompleksitas persoalan. Judul tulisan diatas, tentu menjadi pertanyaan anda, lalu apa hubungannya dengan calon pemimpin perempuan dan kaum muda yang semakin kuat dalam pesta politik. Nah, Disinilah sebetulnya ingin dijelaskan bahwa, ruang gerak public termasuk dinamika politik merupakan bagian dari gerakan Globalisasi, sebab era globalisasi ini benar-benar menghendaki adanya keterbukaan untuk berkompetisi dalam berbagai bidang kehidupan. Itu sebabnya mengapa tulisan ini muncul sebagai bukti bahwa kaum muda dalam perjuangan, termasuk perempuan selama ini dinilai masih “tersimpan rapih dalam tempurung”, padahal fakta historis menceritrakan gerakan pemuda dan partisipasi perempuan dalam pembangunan sudah dilakukan jauh sebelum bangsa ini mendapat kemerdekaan resmi pada tahun 1945 itu. Pertanyaannya adalah, apakah pemuda dan kaum perempuan harus tetap seperti itu dalam semangat dan idealisme mereka yang terus terpendam? Ini merupakan sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan. Ketika media masa, baik cetak dan elektronik yang akhir-akhir ini cepat sekali menjamah masyarakat kelas menengah dan bawah termasuk kalangan perempuan dan pemuda, saat itu pula masyarakat mulai sadar dan angkat bicara terhadap hak hidup dan persamaan di dalam hukum maupun praktek bernegara. Disinilah titik pusat mengapa kaum perempuan begitu cepat mengambil hati masyarakat, karena memang selama ini perempuan dinilai hanya sebagai orang nomor dua, termasuk kehidupan berumah tangga, padahal fakta historis menceritrakan lain. Sementara kaum muda, dinilai kaki tangan mereka masih terus memegang posisi kekuasaan, hanya saja didonimasi oleh ketokohan golongan tua. Saat ini baru mereka dengan kesadaran dan gigih memperjuangkan posisi itu untuk harus diganti karena dinilai selama ini rezim orde lama masih tersisa ditangan golongan tua, dan dinilai sulit untuk merubah suatu tatanan bernegara yang demokratis dan pro terhadap kepentingan masyarakat. Yang terjadi justru kepentingan kelompok-kelompok yang lebih menonjol. Kanca perpolitikan aras nasional maupun pada tingkat local saat ini benar-benar makin hangat. Proses menyongsong pemilihan presiden, pemilihan gubernur, termasuk kabupaten kota se tanah air. Dinamika politik ini setidaknya secara garis besar, ada proses yang dinilai baru, katakan saja munculnya srikadi-srikandi yang dinilai mempunyai kapasitas atau kemampuan yang selama ini tersembunyi atau selama ini mereka hanya dipakai dalam bidang-bidang tertentu, namun mereka dengan begitu cepat menembus ke permukaan katakan saja untuk menjadi calon seorang pemimpin. Demikian sebaliknya untuk calon pemimpin dari kalangan muda, khsusnya kaum laki-laki. Ini merupakan suatu terobosan yang luar biasa dalam gaya berpolitik era 200an. Mencermati kondisi seperti ini, jangan heran jika banyak calon dari golongan tua (sisa-sisa masa orde lama dan orde baru) akhirnya kebakaran jenggot dan akhirnya melakukan banyak hal untuk mengganjal calon yang datang dari kalangan muda dan kaum perempuan. Mereka dengan berabagai cara, termasuk “membeli” hampir semua lintas partai, hingga yang lain tidak mendapat pintu untuk masuk dalam bursa pencalonan itu. Fenomena ini membuat setidaknya ada dua hal yang menjadi catatan bagi kita sekalian, termasuk pemilih yang dinilai cerdas. Pertama; Ada kerinduan dari kalangan pemuda untuk memutuskan mata rantai golongan tua yang selama ini dinilai masih banyak meninggalkan bekas atau rezim lama (Masa Orde Lama dan Baru). Kalangan pemuda dengan keyakinan dan semangat yang tinggi inginkan ada perubahan dan menginginkan cita-cita mereka yakni reformasi di berbagai bidang kehidupan tercapai. Jika apa yang diinginkan tidak terpenuhi (terpilih menjadi pemimpin), maka tentu sulit untuk adanya sinergitas pemuda dengan pemerintah dan elemen lain untuk membangun. Banyak fakta yang terbukti ketika berdiskusi dengan beberapa organisasi nasional. Harus jujur bahwa memang, sampai sekarang, kalangan muda dan calon pemimpin perempuan masih mengalami kesulitan dalam “merombak” rezim itu. Hal ini disebabkan karena rezim tua atau golongan tua sangat pandai memanjakan kelompok-kelompok masyarakat dengan uang dan barang sehingga militansi masyarakat terhadap golongan tua itu masih ada. Karena itulah mereka dengan gigih menginginkan ada perubahan dan itu harus di tangan generasi muda. Kedua; Posisi perempuan dinilai sangat kuat dalam kanca politik era sekarang, disebabkan ada banyak factor yang mempengaruhi emosional masyarakat untuk bersimpatik ke mereka, termasuk egoisme perempuan untuk mengambil alih tongkat estafet itu. Perempuan, tentu memiliki aroma politik sendiri dan gaya kepemimpinannya yang tentu sangat beda dengan kaum laki-laki. Posisi mereka sama kuatnya dengan posisi calom pemimpin dari golongan muda. Apalagi mereka juga masih tergolong muda dan enerjik, maka bukan tidak mungkin estafet itu aka nada pada tangan mereka. Kepemimpinan kaum lelaki, sebetulnya mendapat citra yang dinilai kurang baik. Coba anda lihat baik dalam skala nasional, mayoritas kaum laki-laki mengambil alih kekuasaan di republic ini, namun apa jadinya ketika mereka dipercayakan untuk itu. Yang terjadi justru korupsi, kolusi, dan nepotisme, makelar kasus-kasus besar, perselingkuhan dan lain-lainnya makin merajalela di seantero nusantara. Ketimpangan terus terjadi pada segala sector pembangunan. Nah, ini realitas atas mayoritas kaum lelaki ketika dipercayakan untuk mengaambil tempat itu. Tulisan ini bukan sekedar untuk menarik simpatik masyarakat untuk memili kaum muda atau kalangan perempuan, namun ini adalah sikap peduli terhadap realitas kebangsaan yang kian memburuk. Lebih dari itu, mengajak semua komponen untuk lebih arif dan bijaksana melihat sosok pemuda dan kaum perempuan dalam menyongsong memonetum politik yang makin mengganaskan. Salah satu contoh, Bakal calon presiden Sri Mulyani Indrawati yang adalah mantan menteri keuangan, kemudian diminta untuk bergabung dalam bank dunia, kini dirinya justru mendapat banyak simpatisan ketika dirinya menyatakan siap menjadi salah satu calon presiden pasca SBY dan Budiono. Mengapa Sri Mulyani meskipun diterpa dengan kasus bank Sianturi, namun fakta hokum belum jelas atas keterlibatan dirinya, bahkan dukungan untuk dia maju dalam bursa capres makin meluas. Bukannya, ini adalah sebuah gerakan dukungan terhadap Sri Mulyani yang adalah sosok perempuan yang dinilai handal dalam mengatur bidang perekonomian di Indonesia? Di kota kupang sendiri, dalam kanca politik pemilihan mendatang, figure yang datang daari lakangan ini bisa diprediksi mendapat tempat di hati rakyat, jika memang mereka dapat bekerja maksimal dan diterima oleh warga kota kupang. Penulis. Alumni UKAW Kupang Tinggal di Kupang.
Posted on: Fri, 26 Jul 2013 08:21:12 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015