GENERASI EMAS BATAK: TANGIANG NI DAINANG I (bagian 8….) Lagu - TopicsExpress



          

GENERASI EMAS BATAK: TANGIANG NI DAINANG I (bagian 8….) Lagu Batak dipopulerkan oleh Victor Hutabarat Diapresiasi oleh Milton Napitupulu, STh, SAg. Tangiang ni dainang i naparorot tondikki manang didia pe au manang didia pe au tongtong do diramoti nang sipata salah au tartuktuk au dilakkakki diboan ho ditangiangmu diboan ho ditangiangmu inangku naburju hudai na tonggi diparngoluonon upani lojami humokkop gellengmon mauliate ma inang disasude pambaenanmi penggeng saur matua penggeng saur matua paihut-ihut hamii... Menjadi lumrah jikalau ada pandangan “lebih” kepada seorang ibu dibandingkan dengan pandangan kepada seorang bapa. Dari sisi pandangan / konsep Allah yaitu Allah menyediakan waktu bagi setiap anak selama 9 bulan di dalam rahim seorang ibu. Waktu tersebut dinilai cukup bagi seorang ibu untuk berbincang-bincang dengan Allah yang tentunya sebagai latihan transformasi Allah bagi dirinya dan bagi bayi di dalam rahimnya. Di situasi inilah seorang ibu dengan didampingi suaminya bersama-sama berada dalam harapan, doa, penyerahan penuh kepada Allah. Sembilan bulan adalah masa yang paling efektik melakukan investasi spiritual bagi Kepentingan Terbaik Allah dalam diri si ibu, si ayah dan bayi yang dinantikannya. Seorang ibu menjelaskan kepada saya bahwa ketika dia mengandung anaknya yang kelima (perempuan) dia bermimpi mendapat gaun putih kemilau. Usai mimpi itu si ibu selalu berdoa kepada Tuhan supaya bayinya kelak menjadi orang terpandang. Bayi itu bertumbuh dewasa. Dia mendapat prestasi yang sangat luar biasa di setiap jenjang pendidikan yang dilaluinya. Setelah menyelesaikan studi dia bekerja. Berikutnya dia menikah dengan laki-laki warga Amerika. Di keluarga, dialah menopang biaya hidup keluarga mereka termasuk menanggung biaya kuliah saudara-saudaranya. Prestasi dan kebaikannya menutupi tubuhnya yang hitam gemuk dan menjadi kelihatan ceria dan disenangi semua pihak keluarga pada hal dimasa kecilnya dia sering diejek temannya karena tubuhnya yang gemuk dan kulitnya hitam dan juga tingkahnya yang pantang kalah. Tapi saya selalu berdoa, “Tuhan …jadikanlah boruku menjadi orang terpandang sebagaimana aku mendapat gaun putih kemilau disaat mengandungnya”. Itulah doa yang selalu diucapkan ibu itu di proses tumbuh kembangnya. Si ibu menjelaskan bahwa dialah yang membangun rumah, membelikan mobil buat keluarganya dan sangat rutin melakukan kunjungan menghormati orang tua. Para tetangga memuji dia dan turut senang setiap kedatangannya. Saya di Milton Ministry mencatat cerita ibu ini sebagai sebuah kekuatan spiritual yang dimotivasi oleh mimpi dan digerakkan oleh doa. Di lapangan, orang Batak yang saya perhatikan belakangan ini lebih mengutamakan investasi uang, property, pendidikan formal. Anak-anak didorong untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya di lembaga pendidikan yang dinilai bergengsi (baca: mahal). Orang tua memberikan porsi tenaga-pikiran dan waktu untuk menyisihkan uangnya untuk warisan kepada anak-anaknya dengan membelikan property, uang dan anak perusahaan. Orang tua lebih menguat kepada pendekatan material-kedagingan-duniawi. Keadaan ini didorong oleh ragam faktor misalnya a) faktor keberadaan orang tua itu sendiri:misalnya keadaan orang tua yang sangat sibuk mencari nafkah, ada yang sibuk mencari kesenangan diri meliputi pesta musik, pergaulan bebas orang tua; b) Faktor “konsep” membesarkan anak yaitu salah satunya anak harus serba oke di masa mudanya misalnya oke dalam hal pendidikan, pekerjaan / status, lifestyle, dan mendapat calon pasangan hidup yang dinilai sekelas dengan keadaannya. Dalam kasus tertentu, anak-anak yang dibesarkan dalam situasi demikian menemukan masalah dalam dirinya hingga dia menemukan pasangan hidupnya (berkeluarga)…….oke…. khusus hal ini saya mencatat keluhan seorang anak dari keluarga kaya yang mengatakan, “Pak Milton saya tak paham orang tua saya..apakah mereka terlalu takut atau gengsi-gengsian mengenai pasangan hidup saya???? Usia 26 tahun aku sudah minta menikah dengan pacar aku tapi orang tuaku melarang dengan alasan pendidikan…masih muda…tidak sesuku….masih kurang matang….aku pikir orang tua dan keluargaku terlalu banyak ikut campur…masa sih saya ndak bertanggung jawab kepada istri saya? Sebagai orang Batak apa lagi Kristen saya malu mendengar alasan orang tuaku itu. Sekarang? Usiaku memasuki 41 tahun…biarlah mereka yang menikah lagi….emangnya gampang menemukan pasangan hidup yang “pas”??”. Di beberapa kasus yang pernah dilayani Milton Ministry, ada keluarga yang sangat kaya tetapi suami sangat menderita sebagai ekses dari tingkah laku istri yang doyan judi, alkhol dan seks bebas. Ada juga pihak istri sangat menderita akibat ulah suami yang doyan judi, alkohol, narkoba dan seks serta pergaulan bebas. Keadaan keluarga menjadi sangat sulit karena masing-masing anggota keluarga saling menikmati acara dan kesenangan masing-masing. Anak di sebuah keluarga demikian akan rentan membobol “konsep-konsep suci” oleh kebebasan informasi seperti televisi, internet, bacaan-bacaan cetakan, narkoba, kekerasan, pergaulan bebas dsb. Anak di situasi demikian mengalami erosi kasih, kesepian dan kehilangan rasa percaya diri dan kelak cendrung frustrasi. Satu-satunya harapan anak adalah Allah yang peduli, Allah yang membelai, Allah yang menuntun, Allah yang memberikan kehangatan dan kasih sayang. Sebagai orang kristen saya mengakui bahwa ada kepedulian Allah kepada setiap insan tanpa memandang latar belakang keluarga dan sikap orang tua…...tapi apa jadinya kalau anak dililit masalah-masalah? Si anak sangat membutuhkan doa dari ibu dan ayahnya. Berbahagialah setiap orang tua yang kelakuannya jauh dari ajaran Kristen tetapi anaknya mendapat sukses sebagai anak yang baik, sopan, takut akan Tuhan dan berhasil dalam bidang studi dan hidup berkeluarga. Bukan maksud berlebihan mengatakan bahwa spiritual berurusan dengan tindakan menjauhkan diri dari yang jahat, jinah, selingkuh, seks bebas, narkoba, alkohol, tindakan melawan hukum, mencuri, membunuh, menyembah berhala, dsb. Seorang perempuan yang berhasil menjaga kesucian “bejana”nya adalah pengalaman spiritual yang sangat luar biasa,….demikian juga seorang laki-laki yang berhasil menjaga “benih”nya. Sukses Generasi Emas Batak bertumpu kepada sukses menjaga “bejana” dan “benih” baik ketika sebelum menjadi “manusia” terlebih setelah menjadi “manusia”--masuk dalam sebuah keluarga. “Tangiang ni dainang i” adalah bahagian dari benih spiritual yang diharapkan tumbuh sehat dan menjadi berbuah. Benih ini menjadi prioritas dibandingkan dengan penyediaan harta benda, uang, properti, pendidikan tinggi / perolehan gelar dan warisan lainnya. Memandang anak adalah memandang benih-benih spiritual dirinya. Hubungannya dengan Allah sangat ditentukan sikap spritualnya menyerahkan roh, nafas dan darah ke dalam pemeliharaan supaya seturut dengan kehendak Allah. Sampai di sini dulu … …tulisan ini sifatnya sharing dan terbuka untuk mendapat pikiran-pikiran yang sifatnya memajukan generasi emas Batak…… besok aku sambung ke bagian 9. Catatan: tulisan yang sama sudah kuposting sebelumnya dimana di sana tertulis bagian ke-9...yang benar adalah bagian ke-8.
Posted on: Wed, 07 Aug 2013 02:38:45 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015