Hakikat dan Pembuktian Adanya Tuhan serta Konsep Tauhid A. - TopicsExpress



          

Hakikat dan Pembuktian Adanya Tuhan serta Konsep Tauhid A. Hakikat Tuhan Kata ilah, yang selalu diterjemahkan ‘Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS. al-Jatsiyah : 23 : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya… Dalam QS. al-Qashash : 38, kata ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: “Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku”. Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda konkret (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilahun), ganda (mutsanna: ilahaini), dan banyak (jama’: alihatun). Berdasarkan logika al-Qur’an, dapat dipahami bahwa Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Oleh karena itu, bertuhan nol (tidak bertuhan) atau etheisme adalah tidak mungkin. Perkataan “dipentingkan” harus difahami dalam arti luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Menurut Ibnu Taimiyah, al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989). Berdasarkan definisi ini dapat dipahami bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang- orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka. Sementara itu, dalam pemikiran Barat tentang Tuhan dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh E.B. Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut: 1. Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun Mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya. 2. Animisme Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh. 3. Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya. 4. Henoteisme Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional). 5. Monoteisme Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya diakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme, panteisme dan teisme. Teori evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan E.B. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan revelasi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993). B. Pembuktian Adanya Tuhan Rasa manis bisa diketahui dengan perantaraan pengecap, akan tetapi pengecap tidak mampu mengetahui sesuatu yang mengeluarkan bau harum dan yang menampilkan warna. Dengan perantaran alat peraba diketahui material yang dingin dan yang panas, tetapi alat peraba tidak mampu mengetahui adanya suara- suara yang jauh. Daya tangkap manusia yang lebih jauh dan itu adalah pendengaran, tetapi apa yang mampu ditangkap dan diketahui hanyalah suara- suara yang memasuki liang telinganya. Pendengaran tidak dapat menangkap dan mengetahui selain dari itu. Demikian pula penglihatan ada bidang tugas yang terbatas yakni dapat melihat sesuatu dengan perantaraan mata. Penglihatan yang jelas bisa membedakan mana yang putih dan mana yang hitam, mana yang jelek dan mana yang bagus. Penglihatan tidak bisa mengerti bunyi suara, walaupun suara tersebut sangat jelas, karena bukan bidang tugasnya. Demikian juga zat Allah SWT. tidak dapat dijangkau dengan panca indera karena Dia tidak bisa diraba dan diketahui dengan panca indera. Tuhan dapat diketahui dan dilihat melalui akal pikiran yang sehat. Imam Abu Hanifah membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya bermacam-macam ragam kehendak manusia, tetapi kadang-kadang kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini membuktikan adanya kekuasaan yang Maha Tinggi, yang menguasai diri kita. Imam Malik membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya manusia yang beragam-ragam bentuk, rupa, kulit, suara, kemauan dan lain-lain. Namun tidak ada yang serupa. Kalau dipikirkan tentu ada yang mengaturnya di luar batas kemampuan manusia, yaitu Zat Yang Maha Kuasa, yakni Allah SWT. Imam Syafi’i membuktikan kekuasaan Allah dengan memperhatikan dari sebuah jenis daun tumbuh-tumbuhan yang dapat berubah menjadi bermacam- macam benda, umpamanya: apabila daun dimakan oleh ulat sutera, maka akan menjadi bahan kain yang halus (sutera) yang indah dipakai. Kalau daun tadi dimakan oleh seekor lembu, maka ia akan menjadi susu yang enak diminum dan besar manfaatnya untuk kesehatan kita. Imam Hambali membuktikan ada Zat Yang Maha Kuasa itu dengan kejadian makhluk-makhluk terutama manusia, yang asalnya dari setitik sperma, akhirnya setelah mengalami proses yang ditentukan, maka jadilah manusia yang sempurna (M. Noor Matdawam, 1984). Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil ikhtira”. Disamping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “dalil ‘inayah”. Dalil ‘inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996). Beberapa argumen/dalil yang dapat membuktikan eksistensi Tuhan antara lain: 1. Keberadaan alam membuktikan adanya Tuhan Manusia telah ada dalam dunia, namun manusia mengakui bahwasanya dia terjadi bukan atas kehendaknya. Bukan dia yang menjadikan dirinya sendiri. Bukan dia yang membuat anak. Bumi tempat hidupnya pun bukan dia yang membuatnya. Semenjak dia lahir sudah mendapati keberadaan bumi. Langit pun telah menjadi atap tempat berlindung, dan tangannya tidak pernah ikut membinanya Ada beberapa orang manusia berusaha menyombongkan diri lalu menyatakan dirinya sebagai Tuhan, meskipun menjadikan seekor nyamuk pun dia tidak sanggup. Jelas sudah bahwa mengadakan dan menimbulkan sesuatu dari yang dahulunya tidak ada bukanlah ada campur tangan manusia. Jelas pula bahwa segala sesuatu tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut akal sehat, terlepas tinggi atau rendahnya kualitas akal manusia, akan terlintas dalam pikiran manusia bahwa segala yang ada di dunia ini ada yang menjadikan, ada yang Maha Kuasa, ada Tuhan, ada Allah. Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak, memberikan penjelasan bahwa ada suatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan. Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq” adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya. pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan dipercaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta? Bangsa Arab yang mula-mula menerima Al-Qur’an dalam masyarakat yang masih sederhana, dianjurkan melihat unta, bagaimana ia diciptakan; melihat langit, bagaimana ia ditinggikan; melihat gunung-gunung, bagaimana ia dipancangkan; dan melihat bumi, bagaimana ia dihamparkan (Q.S. Al-Ghasyiyah : 17-20). Oleh karena itu, dengan melihat kejadian alam sekelilingnya, setiap orang atau setiap bangsa yang berakal akan bertanya: siapa yang menjadikan semua ini? Dan jawabannya adalah Dialah Allah Tuhan Sang Maha Pencipta. 2. Adanya keteraturan dan keserasian di alam Ketika seseorang masuk ke dalam rumah, dilihatnya meja teratur, kamar tersusun, makanan terhidang, tempat tidur yang bersih, dan ada pula ruang makan dan ruang menerima tamu. Ada kamar mandi dan sebagainya. Apalagi kalau dilihat teraturnya pekarangan dan tertatanya bunga. Maka terlintaslah dalam pikiran orang itu bahwa ada yang membuat rumah itu dan penyusunnya adalah seorang arsitek yang ahli. Bukan kerja asal-asalan. Segala sesuatu diukur dan dipelajari dengan penuh pertimbangan. Lihatlah pula alam di sekeliling kita, sampai ke segala penjuru arah. Lihat benda dengan masing-masing karakteristiknya. Lihatlah pohon mangga, buahnya akan tetap terasa mangga walaupun dia tumbuh dalam setumpuk tanah yang sama dengan pohon durian. Matahari yang terbit setiap pagi dan terbenam setiap petang. Bulan sejak bulan sehari, lalu purnama, lalu susut lagi. Bintang di langit bergilir datang, kesemua itu berselang-seling menurut aturan yang tertentu. Renungkan lebih dalam lagi tentang gerak alam ini. Mengapa matahari tidak pernah terjatuh, mengapa bintang-bintang tidak pernah berbenturan? Bola yang ditendang oleh seorang anak melambung tinggi ke udara, akhirnya kembali lagi ke bawah. Karena ringan dia melambung ke atas, karena berat dia jatuh ke bawah. Lalu mengapa matahari dan bulan tidak pernah jatuh ke bawah? Sebanyak bintang di langit yang tak terhitung jumlahnya, tidak sekali pun berbenturan antara satu sama lainnya. Lalu siapa yang menciptakan keajaiban gerak ini? Dialah Penguasa alam ini. Dialah Allah (Hamka, 1983). Akhirnya, ke sudut mana pun manusia melihat dan menghadapkan mukanya, tampaklah bahwa segala sesuatu ada yang mengaturnya dan ada yang memeliharanya. Sudah pasti yang mengatur dan memelihara itu sangat pintar, sangat teliti, tidak lalai dan tidak tidur. Adanya aturan, pasti ada yang menjadi pengatur, penjaga, dan pemelihara. Dialah Tuhan, Dialah Allah. 3. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan fisika Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua termo dinamika” (second law of thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak. Hukum tersebut, yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas, membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan tidak panas menjadi panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”. Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan, terbukti secara pasti bahwa alam tidak bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu, pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan. 4. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan astronomi Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa. Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy di mana terletak sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya. Dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti ini, logika manusia akan berkesimpulan bahwa mustahil semua ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semua itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut. Kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan. C. Konsep Tauhid Tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (faith in the unity of God). Suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan, memberi hukum-hukum, mengatur dan mendidik alam semesta ini (Tauhid Rububiyah). Sebagai konsekuensinya, maka hanya Tuhan itulah satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolongannya, serta yang harus ditakuti (Tauhid Uluhiyah). Bahwa Tuhan itu Zat yang luhur dan segala-galanya, Hakim Yang Maha Tinggi, Yang tiada terbatas, Yang Kekal, Yang tiada berubah-ubah, Yang tiada kesamaannya sedikit pun di alam ini, sumber segala kebaikan dan kebenaran, Yang Maha Adil dan Suci, Tuhan itu bernama Allah SWT. Lawan dari tauhid ialah syirik, yaitu mempersekutukan Tuhan. Suatu kepercayaan tentang adanya lagi tuhan selain Allah SWT. Kepercayaan syirik ini adalah dosa besar di sisi Allah : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni perbuatan syirik, Dan akan mengampuni selain dari itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa menyekutukan Allah (syirik), maka sesungguhnya dia telah membuat dosa besar”. (Al-Nisa’ : 48). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang besar”. (Luqman : 13). Lawan Tauhid selain syirik ialah paham yang meniadakan samasekali adanya Tuhan, yaitu atheisme. Menurut Islam, aliran atheisme suatu kekafiran paling besar, musuh manusia yang terang-terangan. Tuhan mengancamnya dengan hukuman yang paling dahsyat pula. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh kamu yang paling nyata”. (Al-Nisa’ : 101). Konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa menurut aqidah Islam ialah Tauhid. Tauhid itu adalah ajaran sepanjang sejarah manusia, ajaran dari tiap-tiap Nabi dan Rasul. Sejak dari Nabi Adam AS, Idris AS, Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Daud AS, Isa AS sampai pada zaman Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu sembahlah Aku”. (Al-Anbiya’ : 25). Pengetahuan tentang Tuhan hanya mungkin diperoleh secara pasti apabila melalui pemberitaan wahyu (revelation). Pengetahuan itu mustahil didapat dengan pemikiran akal semata.Mengapa? Karena pikiran manusia lemah (dhaif) untuk mengajuk masalah Ketuhanan kalau ia hanya berjalan sendirian. Pikiran manusia sifatnya nisbi, sedang Tuhan sifatnya mutlak (absolut). Mungkin saja pikiran manusia dapat mengenal Tuhan dengan jalan pemikiran filsafat dengan menelaah dan merenungkan terhadap alam semesta yang melingkungi hidupnya atau terhadap dirinya sendiri, seperti hasil yang didapat oleh Socrates (470-399 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Dengan pemikiran filsafat mereka menemukan Tuhan, yang diistilahkan oleh Aristoteles sebagai “Sebab Pertama”. Akan tetapi Tuhan yang mereka temukan itu dengan jalan filsafat semata, berakhir dengan lumpuhnya Tuhan itu, karena Tuhan yang ia temukan itu selanjutnya tidak berfungsi. Dia menemukan lalu meyakini adanya Tuhan, tetapi keyakinan itu kemudian menjadi mati, karena dia tidak bisa membuktikan imannya di dalam keseluruhan hidupnya, padahal iman itu harus dibuktikan. Pembuktiannya ialah dengan jalan menyembah dan mengabdi kepadaNya. Tuhan memiliki undang-undang yang harus dipatuhi, perintah- perintah yang wajib dilaksanakan, tapi juga ada larangan-laranganNya yang harus dijauhi. Dapatkah manusia dengan akalnya semata mengenal semua ini lengkap dengan sistem iman dan ibadah yang benar. Mustahil, jawab akal itu sendiri! Semua itu hanya dapat dikenal dengan pasti melalui wahyu. Begitu juga kelumpuhan Tuhannya kaum Deisme. Tuhan aliran ini hanya sekedar Tuhan, bukan faktor yang aktif dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak perlu disembah dan ditaati perintahNya. Dapatkah seorang hanya dengan percaya saja, tidak dengan patuh dan tunduk? Adalah sama halnya dengan seorang yang mengaku warga negara Indonesia, dia menyatakan percaya kepada Pemerintah (Presiden) dan percaya pula kepada UUD 1945, akan tetapi kenyataan hidupnya tidak mematuhi pemerintah dan tidak melaksanakan UUD 1945. Tentu orang tersebut dianggap berbahaya dan bisa disebut memberontak kepada UUD dan Pemerintah. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Dasar Negara Republik Indonesia, dan merupakan sila pertama dari Pancasila. UUD 1945 pasal 29 ayat 1 berbunyi: “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi jelas bahwa keyakinan bangsa Indonesia adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya, segala paham yang bertentangan dengan kepercayaan tersebut, lebih- lebih atheisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, tentu tidak punya hak hidup dalam Negara Republik Indonesia. Yang terpenting dari Pancasila ialah pelaksanaannya dan realisasi dari tiap- tiap sila itu. Kemudian pemahaman yang benar bahwa inti dan sumber dari semua sila-sila dalam Pancasila ialah Sila yang pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Islam dan Pancasila tidak bertentangan, bahkan semua sila-sila itu terdapat dalam ajaran Islam. Karena itu setiap muslim dapat menerima dan mudah pula melaksanakannya. Melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi maupun secara kolektif, dapat dikatakan telah menunaikan sebagian dari ajaran-ajaran Islam. Maka mudah dimengerti bahwa Pancasila akan terjamin pelaksanaan dan realisasinya apabila ia dalam pangkuan dan asuhan Islam. Islam mengajarkan bahwa kepercayaan atau iman seseorang haruslah dibuktikan dengan jalan melaksanakan penyembahan (ibadah) dan mentaati segala hukum-hukum Tuhan (syari’ah) yang telah digariskan lewat wahyu- wahyuNya yang diturunkannya kepada Rasulullah SAW. Maka pelaksanaan ibadah dan syari’ah adalah manifestasi dari iman seseorang. Kemudian konsep kepercayaan dengan segala perintah dan larangan Tuhan hanya mungkin ditemukan dalam agama. Sebab itu realisasi yang benar dari Ketuhanan Yang Maha Esa ialah melakukan ibadah sesuai dengan yang dikehendaki oleh Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri. Logika itulah yang memberi keyakinan bahwa realisasi Pancasila ialah dengan adanya kewajiban beragama dan beribadah di Indonesia. Doktrin Tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jiwa manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah dan harapan yang dikejarnya ialah keredhaan Allah (mardhatillah). Hal ini membawa konsekuensi pada pembinaan karakter yang agung, menjadi manusia yang suci, jujur dan teguh memegang amanah. Maka Tauhid merupakan kekuatan yang besar yang mampu mengatur secara tertib manusia yang berjuta-juta yang hidup tersebar di laut dan di darat, dan tepi-tepi pantai hingga ke bukit-bukit. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar bahwa pada suatu hari dia berjalan dengan Khalifah Umar bin Khattab r.a. dari Madinah menuju Mekah, di tengah jalan mereka berjumpa dengan seorang anak gembala, yang sedang turun dari tempat pengembalaan dengan kambing-kambingnya yang banyak. Khalifah ingin menguji sampai di mana anak gembala itu bersifat amanah. Antara keduanya terjadi percakapan sebagai berikut: Khalifah : “Wahai gembala, Juallah kepadaku seekor anak kambing dan ternakmu itu!”. Gembala : “Aku ini hanya seorang budak”. Khalifah : “Katakan saja nanti kepada tuanmu, anak kambing itu telah dimakan serigala”. Gembala : “Kalau begitu di mana Allah?” Amat singkat jawaban anak gembala itu “Di mana Allah?” Bagi Khalifah Umar dan bagi kaum muslimin di kala itu umumnya, pertanyaan yang sesingkat itu sudah cukup untuk menggugah dhamir, meremangkan bulu kuduk. Seakan-akan anak gembala itu berkata: “Memang, tuan saya yang memiliki ternak ini bisa saja saya tipu, dia tidak melihat apa yang saya lakukan di sini, tetapi bagaimana saya akan menipu Allah! Bukankah Allah melihat apa-apa yang saya perbuat, karena Ia mengetahui apa yang terbersit dalam hati seseorang dimanapun ia berada.” Tidaklah heran, apabila waktu itu Khalifah Umar bercucuran air mata karena terharu. Lalu beliau pergi bersama anak gembala itu menjumpai yang empunya ternak itu. Ditebusnya kemerdekaan anak gembala dan lalu beliau berkata: “Kalimat fa ainallah inilah yang memerdekakan kamu di dunia ini, semoga dengan kalimat itu pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak”. Demikianlah contoh pengaruh tauhid yang membentuk pribadi para kaum muslimin dahulu mulai dari golongan elit sampai lapisan kaum awam. Tauhid juga akan membebaskan manusia dari seribu satu macam belenggu kejahatan duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan dan perhambaan, baik oleh sesama manusia, maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena dengan tauhid, manusia hanya akan menghambakan diri kepada Allah semata. Dengan jiwa tauhid yang tinggi, seseorang akan bebas dari belenggu- belenggu ketakutan dan duka-cita dalam kemiskinan harta benda, karena yakin bahwa tiap binatang melata di bumi ini dari Tuhan jualah rezekinya. Kewajiban bagi manusia ialah bekerja dan berusaha sambil berdo’a, hasilnya di tangan Tuhan sendiri. Tauhid juga membebaskan manusia dari ikatan-ikatan kursi, kedudukan dan jabatan. Sebab tauhid menyadarkan manusia bahwa hanya Tuhanlah yang dapat menaik-turunkan seseorang dari kursi dan jabatannya. Dan Tuhan berkuasa memuliakan atau menghina-kan seseorang. Allah SWT adalah sumber segala kemuliaan: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah segala kemuliaan itu”. (Fathir : 10) Tauhid juga akan membebaskan manusia dari perasaan takut mati. Tauhid menyadarkan manusia bahwa persoalan mati adalah di tangan Tuhan, dan setiap yang berjiwa pasti mengalami mati. Mati adalah pintu gerbang yang setiap makhluk akan lewat di pintu gerbang itu. Konsekuensinya menumbuhkan semangat jihad seseorang untuk menegakkan yang hak dan menghancurkan yang batil, sekalipun ia harus menyabung nyawa dan mempertaruhkan jiwa raga. Jadi, seorang muslim harus memiliki keberanian: berani berpihak kepada kebenaran dan keadilan, berani hidup juga berani mati demi keagungan Allah SWT. Akhirnya, tauhid akan membebaskan manusia dari perasaan keluh-kesah, bingung menghadapi persoalan hidup dan keputus-asaan. Dengan tauhid, seorang muslim memiliki jiwa besar, tidak berjiwa kerdil, memiliki jiwa yang agung dan tenang (tuma’ninah). Jadi, tauhid memberikan kebahagiaan hakiki kepada manusia di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Karena itu pendidikan tauhid sangat penting bagi manusia, yang merupakan cermin dan harapan masa datang.
Posted on: Sat, 16 Nov 2013 14:01:48 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015