Indonesia Mustahil Punya Timnas yang Kuat? Sepak bola Indonesia - TopicsExpress



          

Indonesia Mustahil Punya Timnas yang Kuat? Sepak bola Indonesia hingga tahun 2013 ini dianggap lemah, karena sering kalah. Menurut FIFA dari 207 timnas di dunia, Indonesia berada pada urutan ke-170. Namun minat masyarakat terhadap sepak bola tinggi; mungkin sepak bola tetap sebagai olah raga nomor satu bagi masyarakat. Peristiwa terakhir adalah kekalahan Timnas dari Timnas Belanda yang diperkuat RvP 0-3 dalam pertandingan persahabatan di stadion Gelora Bung Karno tanggal 7 Juni 2013. Kekalahan Timnas yang memalukan dari Bahrain 10-0 tanggal 29 Februari 2013 dalam penyisihan Pra Piala Dunia mungkin juga menunjukkan kemampuan Timnas itu. Mantan pelatih Timnas Indonesia yang kemudian ditunjuk sebagai direktur teknik, Wim Rijsbergen, mengatakan kekalahan Indonesia itu lumrah karena dicoretnya pemain-pemain bagus Indonesia Super League (ISL), karena bermain di liga yang dinilai PSSI sebagai liga illegal. Prestasi Timnas Walaupun saat ini lemah, namun Timnas Indonesia pernah sebagai juara Piala Asia Yunior 1961 dan 1962, juara Pelajar Asia 1984, 1985, 1986, juara Coca Cola Cup Group VII Zone Asia 1986. Indonesia juga pernah juara Turnamen Merdeka Games 1960, 1961, 1962 Kuala Lumpur, juara Turnamen Aga Khan Gold Cup 1961, 1967, 1968, 1979 Dhaka, Bangladesh, juara King’s Cup 1969 di Bangkok, juara Turnamen Queen’s Cup Bangkok 1971, Juara Turnamen Jakarta Anniversary Cup 1972, Jakarta: Indonesia, juara Turnamen Quoc Khanh (Piala Kemerdekaan) 1973, Saigon, juara Sea Games 1981 Manila, juara Pesta Sukan Brunei Darussalam 1986, juara Turnamen Piala Kemerdekaan 1987, Jakarta, dan juara Sepakbola SEA Games 1987, Jakarta. Tim Olimpiade 1956 Sejarah yang selalu dibangga-banggakan yakni penampilan Timnas pada Olimpiade Melbourne tahun 1956, ketika Timnas berhasil menahan tim Uni Soviet 0-0. Tim merah putih diperkuat Maulwi Saelan, Ramang, Djamiat Dalhar, LH Tanoto, Kiat Sek, Ramlan dkk. Indonesia berhasil menahan Uni Soviet dalam 2 X 45 menit bahkan sampai perpanjangan 2 X 15 menit. Menurut peraturan ketika itu, apabila pertandingan berakhir seri maka harus dilakukan pertandingan ulang, yang dilakukan 3 hari kemudian dan PSSI kalah terhormat 0-4. Uni Soviet akhirnya meraih medali emas Olimpiade Melboune 1956. Tahun 1958 Indonesia juga hampir masuk Piala Dunia di Swedia tapi karena alasan politis, yakni tidak mau bertanding melawan Israel, maka harapan itu sirna. Indonesia saat itu maju ke babak berikut setelah menyingkirkan RRC, dan Israel maju karena menyisihkan Turki. Namun Indonesia memutuskan tidak mau bertanding dengan Israel. Tahun 1976: 120 ribu penonton PSSI-Korea Utara di Stadion Gelora Bung Karno Tapi stadion Gelora Bung Karno Senayan pernah dibanjiri lebih dari 120 ribu penonton ketika Timnas melawan tim nasional KoreaUtara tahun 1976 untuk merebut tempat di Olimpiade Montreal, Kanada. Tim merah putih saat itu dilatih Wiel Coerver dari Belanda dan Timnas antara lain diperkuat kiper legendaris Ronny Pasla, libero terkenal Ronny Pattinasarany, Iswadi Idris, Risdianto, Suaeb Rizal, Junaedi Abdillah, Nobon dan Anjas Asmara. Pada pertandingan waktu normal dan perpanjangan waktu PSSI berhasil menahan Korea Utara kaca mata alias 0-0. Terpaksan dilakukan adu pinalti, di mana Anjas Asmara dan Suaeb Rizal gagal. Maka hilanglah kesempatan untuk ikut Olimpiade Montreal yang tinggal selangkah lagi itu. PSSI Garuda 1980an Tahun 1980an terdapat harapan ketika PSSI Garuda dipimpin oleh Sigit Harjojudanto yang mengirim para pemain untuk berlatih ke Brazil. Hasilnya antara lain PSSI Garuda menjadi Runner-up Kings Cup di Thailand. Pemain jebolan PSSI Garuda antara lain Patar Tambunan, Marzuki Nyak Mad, Azhari Rangkuti mereka bersama sama dengan pemain Galatama seperti Ricky Jacob, Bambang Nurdiansyah, Herry Kiswanto, Zulkarnen Lubis (dijuluki Maradonanya Indonesia), Elly Idris, Rully Nere, Jaya Hartono dan pemain perserikatan seperi Robby Darwis, Ribut Waidi dan Ponirin Mekka menjadi tulang punggung PSSI. PSSI menjadi juara subgrub 3 B Pra Piala Dunia Mexico, namun sayangnya langkah PSSI kemudian dihentikan oleh Korea Selatan. PSSI kemudian berhasil tampil sebagai semi finalis Asian Games 1986, di Korea. PSSI Garuda itu berhasil menorehkan prestasi legendaris yaitu Juara SEA Games untuk pertama kalinya, pada tahun 1987 di Jakarta, saat Ribut Waidi menciptakan gol emas pada pertandingan final. Timnas Tahun 1991: Juara Sea Games Manila Era kejayaan PSSI juga sempat berlangsung hingga tahun 1991 ketika kembali PSSI meraih medali emas SEA Games, kali ini di luar negeri, Manila, Philippines. Latihan keras ala militer yang diterapkan oleh pelatih asal Rusia Anatoly Polosin dan Vladimir Urin berbuah emas untuk dipersembahkan kepada rakyat Indonesia. Kedua medali emas SEA Games Indonesia terjadi pada era kepemimpinan Kardono (mantan Sekmil Presiden Soeharto). Sepak Bola Indonesia dan Masa Depannya Kalau melihat sejarah, maka negeri yang mempunyai 240 juta penduduk ini bisa mempunyai tim nasional yang kuat. Namun ketika kecurangan dilakukan, seperti diminta untuk menjebol gawang sendiri, atau “dijudikan” secara terselubung, maka timnas yang kuat itu tidak akan terwujud walaupun Indonesia memiliki anak-anak muda berbakat yang bagus. Masih segar dalam ingatan kita ketika tahun 1998 oTimnas berupaya menghindari tuan rumah sekaligus favorit Vietnam di semi-final, Indonesia dan Thailand tidak mau menang pada pertandingan terakhir babak penyisihan Grup A. Kedua tim sudah dipastikan lolos ke semi-final, tetapi hasil imbang saja sudah cukup bagi Thailand untuk menempati posisi runner-up dan terhindar dari laga melawan Vietnam. Indonesia memimpin dua kali sebelum selalu disamakan Thailand. Puncaknya, pada menit ke-90 Mursyid Effendi melesakkan bola ke dalam gawang sendiri! Thailand menang 3-2 dan berhadapan dengan Vietnam di semi-final. Ketua Umum PSSI Azwar Anas menyambut kepulangan timnas di bandara dan sambil berlinang air mata menyatakan pengunduran diri karena insiden memalukan itu. Setelahnya, Mursyid yang tidak punya integritas itu juga mendapat sanksi larangan bermain untuk timnas seumur hidup oleh FIFA. Kalau begitu kuncinya adalah meninggalkan pola-pola curang dan kembali menyiapkan pemain secara jujur (tidak masalah dari mana pun dan beragama apa pun) sehingga muncul timnas yang kuat. (hk)
Posted on: Sun, 23 Jun 2013 05:45:57 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015