KEDUDUKAN SANG KHOLIQ DAN MAKHLUK Sebagaimana yang kita - TopicsExpress



          

KEDUDUKAN SANG KHOLIQ DAN MAKHLUK Sebagaimana yang kita ketahui, begitu banyak kitab-kitab yang memuat syair-syair yang berisi pujian kepada Rasulullah Saw. Salah satunya adalah kitab “Alburdah” yang digubah oleh seorang penyair ulung bernama Muhammad Albushiri ra. Di dalam kitabnya tersebut beliau memuji Rasulullah dengan pujian yang setinggi-tingginya. Dan memang sudah sepantasnyalah Rasulullah Saw diagungkan seperti itu, tapi yang tidak dimengerti adalah adanya sekelompok orang bahkan dari golongan agama islam sendiri yang mengomentari isi burdah beliau. Mereka mengatakan bahwa beliau terlalu berlebihan dalam memuji Rasulullah Saw. Dan seakan-akan beliau lebih mengagungkan Rasulullah Saw daripada Allah Swt. Sungguh pemahaman yang seperti inilah yang harus diluruskan, karena sebab inilah kemudian muncul pertanyaan ‘Bagaimanakan sebenarnya kedudukan Allah Swt sebagai Al-Kholiq dan kedudukan Nabi Muhammad Saw sebagai makhluk Allah?’ Hal itulah yang banyak disalah pahami oleh sekelompok orang, khususnya mereka yang mudah untuk mengkafirkan seseorang apabila ada seorang muslim yang berlebihan dalam memuji Rasulullah Saw. Inilah yang kemudian yang mereka sebarluaskan di kalangan orang awam, sehingga mereka mudah terpengaruh akibat dari minimnya pengetahuan mereka tentang agama. Rasulullah Saw sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran adalah seseorang yang paling mulia di muka bumi dan beliau memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh siapapun. Beliaulah makhluk yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah Swt. Dan Allah jugalah yang mengagungkan beliau dari semua makhluq bahkan semua para nabi dan Rasul. Maka apakah kita sebagai umatnya dilarang untuk memujinya sedangkan Allah Swt Dzat pemilik manusia sangat mengaggungkan beliau Saw. Karena kesalah fahaman inilah, banyak dari kita sebab kurangnya akal dan lemahnya pemikiran serta sempit dan rusaknya pemahaman, yang dengan mudah dan tanpa pikir panjang mengkafirkan seseorang serta mengeluarkannya dari lingkup keislaman karena dianggap memuji Rasulullah itu sama dengan mencampur adukkan antara kedudukan Allah Swt sebagai sang Kholiq dan kedudukan Rasulullah Saw sebagai makhluk. Kita sebagai umat islam dengan rahmat dan karunia dari Allah harus bisa membedakan dan mengetahui secara pasti apa yang menjadi hak Allah sebagai kholiq dan Rasulullah sebagai makhluk. Pujian-pujian yang ditujukan untuk Rasulullah dengan pujian setinggi-tingginya memang pantas untuk beliau akan tetapi pujian itu tidak sampai melebihi batas, yakni sampai mensifatkan Rasulullah Saw dengan sifatnya Allah Swt, sebagaimana yang disangka oleh sekelompok orang. Jika kita cermati kembali dari hadits-hadits Rasulullah Saw, beliau selalu mangarahkan agar umatnya tidak menyakitinya, sebab jika ada seseorang yang menyakiti Rasulullah maka berarti ia telah menyakiti Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: مَنْ أَذَانِيْ فَقَدْ أَذَى اللهَ وَ مَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ عَصَى اللهَ “Barang siapa menyakitiku, berarti telah menyakiti Allah. Dan barang siapa bermaksiat kepadaku, berarti telah bermaksiat kepada Allah”. Begitu agung dan mulianya kedudukan beliau, maka pantaslah kita memuji beliau, bahkan pujian-pujian kita yang banyak tersebut belum cukup untuk mendeskripsikan kesempurnaan beliau. Di dalam hadits disebutkan: لا تطروني كما أطرتْ النصارى ابن مريم “Janganlah kalian memujiku secara berlebihan, sebagaimana memujinya kaum Nasrani akan putra Sayyidah Maryam yakni Nabi Isa As sebagai Tuhan”. Jika kita perhatikan secara dzohir hadits di atas, maka bagi orang yang minim pengetahuan agamanya akan menganggap Rasulullah melarang umatnya untuk memuji beliau. Padahal tidak demikian, secara tidak langsung hadits tersebut berisi perintah sekaligus larangan, yang mana kita diperintahkan untuk memuji Rasulullah dengan berbagai pujian, akan tetapi kita dilarang sampai memuji beliau dengan mensifatkan sifat-sifat Allah pada beliau, yang mana secara tidak langsung menuhankan beliau. Jika dipahami demikian, maka itu adalah kesalahan yang sangat besar. Dikatakan dalam sya’ir: دَعْ مَا ادَّعَتْهُ النَّصَارَى فِيْ نَبِيِّهِمْ وَ احْكُمْ بِمَا شِئْتَ مَدْحًا فِيْهِ وَ احْتَكِم ْ “Jauhkan dari Rasulullah apa yang dikatakan Nasrani dan nabinya, tetapkan bagi Nabi Muhammad pujian apapun yang kamu suka”. Oleh karena itulah, janganlah kita mudah menganggap bahwa golongan yang mengagungkan Rasulullah dengan berbagai pujian selain pujian-pujian yang hanya berhak untuk Allah, termasuk dari golongan orang-orang kafir dan musyrik kepada Allah. Dan demikianlah semua orang yang Allah agungkan mereka seperti para Nabi, para Rasul, para malaikat, para shiddiqin, para syuhada, dan para sholihin, sebagaiman firman Allah Swt. “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”. (Al Hajj: 32) “Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya”. (Al Hajj: 30)
Posted on: Sat, 19 Oct 2013 05:37:29 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015