KUNJUNGAN YANG MENGESANKAN Minggu lalu, saya dan anak-anak - TopicsExpress



          

KUNJUNGAN YANG MENGESANKAN Minggu lalu, saya dan anak-anak diundang ke rumah sahabat lama yang sebenarnya tinggalnya masih satu lingkup satu propinsi. Sebenarnya lebih dari dua kali dia mengundang saya datang ke rumahnya, namun baru kali ini bisa menyematkan diri memenuhi undangannya. Diantara kami memang pernah terjalin keakraban yang bisa dibilang seperti saudara, semenjak kami sama-sama masih bujang. Setelah dia menikah dan bekerja di sebuah instansi pemerintah, dan saya sendiri sibuk sekolah, membuat kami jarang bertemu. Menginjak halaman rumahnya yang rindang dan asri penuh tanaman hias dan buah-buhan, dengan pagar bambu cina yang berjajar rapih, saya bisa membayangkan kecantikan rumah dan isinya. Dan tentu saja suasana bahagia di dalamnya. Benar saja, bangunan rumah megah dengan teras yang luas berlantai batu gregas ini bukanlah selera murahan. “Hai...akhirnya datang juga”, sapanya sambil mendekap tubuh saya, saking kangennya barangkali. “Eh sudah dua ya rupanya. Yang besar sudah kelas berapa nich...”, dia bertanya soal dua bocah anak saya. “yang besar ini sudah kelas dua esde. Yang kecil baru paud”, jawab saya. Lalu kami diajak menuju ruang tamu yang bergandengan dengan sisi teras yang cukup asri dan luas. Sambil menikmati minuman dan makanan kecil kami pun asyik mengobrol kesana kemari. Sementara kedua anak saya asyik bermain di halaman teras yang berumput lebat. Dari dalam ruangan itu terdengar aktivitas orang yang tengan menebang pohon yang ada di samping halaman. Saya melongokkan pandangan, terlihat dua orang sedang memangkas pepohonan. Perhatian saya terusik ketika sebuah pohon belimbing yang tengah berbuah lebat ikut-ikutan dirobohkan. “Lho kenapa itu ikut ditebang? Sayang lho, buahnya kan masih banyak?”, tanya saya padasahabat saya itu. Dan ternyata bukan hanya pohon belimbing saja yang dirobohkan, ternyata ada tiga pohon buah yang sedang akan berbuah ikut ditumbangkan. “Iya. Kalau nggak ditebang, tiap hari untuk main anak-anak tetangga. Mana yang manjat sambil berteriak-teriak. Kadang-kadang mereka berlarian sampai belakang. Jadi berisik”, keluhnya. Kami pun berlanjut dengan obrolan seputar keluarga. Sepanjang perbincangan, saya merasakan ada sesuatu yang kurang. Itu membuat saya tanpa ‘sadar’ bertanya: “sbentar mbak, kok sedari tadi saya tidak belihat anak-anak mbak. Pada ke rumah neneknya apa?”tanyaku. Tiba-tiba saja, wajah ceria sahabat saya itu sedikit meredup. “Kami belum diberi. Nggak tahu apa sebabnya. Padahal saya dan suami saya sudah berulangkali ke dokter spesialis, mengikuti berbagai therapi agar saya bisa hamil. Tapi hasilnya tetap nihil, hingga saat ini”, katanya pelan. Lama kami tercenung. Cukup penasaran dengan apa yang dialami sahabat saya itu. Kalau dihitung sudah hampir 14 tahun usia mereka menikah. Tapi inilah kuasa Ilahi. Tak bisa ditolak dan tak mungkin dipercepat. Dalam pikiran buruk saya terlintas: ‘gimana mau punya anak, lha wong halaman rumahnya diinjak anak-anak saja merasa berisik. Pohon kesukakaan anak-anak saja ditebang. Astagafirullah ! Maafkan pikiran buruk saya Ya Tuhan’. Hampir dua jam kami temu kangen, sampai akhirnya saya berpamitan pulang sembari menyimpan pikiran masing-masing.
Posted on: Mon, 11 Nov 2013 09:49:36 +0000

Trending Topics



ce or Breakup M U S T R E A D
Mal wieder etwas aus der Feder: Es ist alles stumm um mich

Recently Viewed Topics




© 2015