LEADERING DAN BELAYING I. Leadering dan Belaying adalah istilah - TopicsExpress



          

LEADERING DAN BELAYING I. Leadering dan Belaying adalah istilah panjat tebing yang biasa dipakai dalam pemanjatan beregu (kelompok), berhubungan dengan aktifitas membuka jalur dan mengamankan pemanjatan. Hampir semua metode pemanjatan pada tebing mengenal istilah ini dan harus dipahami sebagai fungsi yang sama pentingnya meskipun berbeda tugas. Untuk menjamin keberhasilan pemanjatan mutlak diperlukan kerja sama yang baik serta tanggung jawab Leader dan Belayer dalam aktivitas pemanjatan sebuah tebing. Kapasitas seorang Leader dan Belayer tidak cukup hanya dinilai dari kemampuan skill semata akan tetapi secara spisikologis dibutuhkan mental dan tanggung jawab serta jiwa kepemimpinan yang memadai. Sebagian pemanjat tidak mau diamankan (dibelay) oleh orang yang belum ia kenal atau tidak pernah manjat bersama sebelumnya, meskipun ia tahu bahwa yang bersangkutan punya kemampuan yang cukup, mengindikasikan bahwa ada pengaruh psikologis antara Leader dan Belayer dalam aktivitas pemanjatan. Belayer kadang diidentiikkan sebagai tugas/posisi yang mudah dalam sebuah pemanjatan beregu, akan tetapi dalam kenyataannya dalam pemanjatan yang membutuhkan waktu lama jarang belayer yang mampu bertahan menjadi belaying sepanjang pemanjatan berlangsung Fungsi Leader dan Belayer harus ditanamkan sebagai posisi yang sama penting untuk menciptakan kerja sama tim dalam pencapaian tujuan sebuah pemanjatan, sebab Leader tidak akan merasa aman memanjat tanpa kepercayaan penuh pada patner manjatnya (Belayer). II. LEADERING A. Pengertian Leadering berasal dari Bahasa Inggris dengan kata dasar Lead, leader yang berarti “pemimpin”. Dalam aktivitas panjat tebing Leadering berarti proses aktivitas merintis jalur atau membuka jalur oleh orang pertama/pemanjat pertama (baik yang sudah ada sebelumnya atau membuka jalur baru pada tebing) dapat pula diartikan sebagai orang pertama yang melakukan pemanjatan pada setiap tahapan pemanjatan dalam satu regu panjat. Orang yang berperan merintis jalur pertama ini disebut Leader (Pemimpin saat pemanjatan berlangsung) B. Leader (Pemanjat Pertama) Seorang Leader secara teknis harus memiliki skill panjat tebing yang memadai disertai pengalaman yang cukup dalam aflikasi praktek, sebab ia sebagai orang pertama bertanggung jawab untuk membuka rute pemanjatan yang aman bagi semua anggota tim lainnya. Dalam menjalankan tugasnya seorang leader bukan tidak mungkin akan membuat kesalahan tidak disengaja yang mungkin saja mengakibatkan ia jatuh, sehingga dukungan penuh dari orang kedua (Belayer) sangat dibutuhkan untuk menghindari resiko akibat jatuh tadi. Kemampuan skill yang mutlak harus dimiliki seorang Leader dalam pemanjatan, utamanya dalam pemanjatan big wall adalah pengetahuan teknik, sistim penambatan (Angkor Sistem) dan perlatan yang digunakan seperti: 1. Tali Dalam proses pemanjatan tali yang menghubungkan pemanjat dengan belayer diistilakan sebagai Tali Utama (Main Rope). Biasanya menggunakan tali Cernmantle dinamik yang mempunyai daya redam (alongasi) yang tinggi. Ketentuan-ketentuan tali yang digunakan dalam pemanjatan adalah : - Tali diameter 10 – 12 mm single Rope - Tali diameter 8 – 9 mm Doble Rope Ketentuan ini tidak berlaku secara umum, karena biasanya setiap pemanjat punya gaya dan kebiasaan sendiri-sendiri. Untuk mengamankan pemanjatan dengan bertambahnya ketinggian pemanjat, Leader memasang pengaman jalan Runner/running belay guna menghindari resiko yang mungkin muncul akibat jatuh. Pengaman jalan ini dipasang pada setiap ketinggian 2 - 3 meter. Ketentuan ini tidak berlaku untuk semua pemanjat, akan tetapi untuk amannya hendaknya interval pemasangan runner tidak terlalu jauh. 2. Harness Harness yang baik untuk pemanjat adalah Seat Harness yang sifatnya lebih memudahkan pergerakan pemanjat dibanding beberapa jenis Harness yang lain. Penggunaan harness bertujuan untuk membagi efek beban yang bekerja pada pinggang dan paha pada saat terjadi falling. 3. Alat-Alat Penambatan Leader dalam melakukan pemanjatan harus mengerti teknik pemasangan angkor jenis angkor baik artificial Ancord seperti Piton, Bolt, Nuts Friend dll) maupun yang disediakan oleh alam/natural ancord seperti ( Batu Tanduk, Lubang Tembus, Pohon ). Pengetahuan tentang Sistim Angkor dibahas dalam materi tersendiri. 4. Peralatan Direct Aid Climbing (Pemanjatan Artificial) Menjadi Leader dalam pemanjatan artificial membutuhkan pengetahuan dan pengalaman penggunaan alat-alat untuk membantu menambah ketinggian seperti Stair Up, Sky Hook dll. 5. Peralatan Pendukung Peralatan yang dimaksud adalah peralatan yang tidak mutlak harus digunakan dalam pemanjatan seperti : 1. Helmet Helmet berpungsi sebagai pelindung kepala dari benturan benda keras biasanya bersumber dari runtuhan batu, benturan dengan tebing saat jatuh atau alat-alat yang jatuh utamanya alat logam. Beberapa kejadian dimedan vertikal diakibatkan oleh faktor tadi, meski demikian beberapa pemanjat tidak suka menggunakan helmet karena alasan-alasan seperti memberatkan, menghalangi pandangan atau mengurangi gaya. Pada latihan-latihan biasa, atau pemanjatan dengan jalur dan tambatan sudah ada, helmet hampir tidak pernah digunakan. Akan tetapi dalam pemanjatan dalam skala besar (ekspedisi) pada tebing-tebing tinggi dengan jalur baru, maka helmet mutlak harus digunakan (leader dan belayer). 2. Sepatu Panjat Penggunaan sepatu khusus pemanjatan juga berpengaruh terhadap pemanjatan akan tetapi sebagian pemanjat justru tidak suka menggunakan sepatu karena kebiasaannya memanjat dengan kaki telanjang. 3. Kantong Kapur (Chalk Bag) Kantung kapar berfungsi sebagai tempat bahan penyerap air, biasanya diisi dengan kapur magnesium (MgCO3) yang sewaktu-waktu dibutuhkan pemanjat untuk mengeringkan jari-jari atau telapak tangan yang berkeringat. III. BELAYING A. Pengertian Belaying Berasal dari kata Bahasa Inggris dengan kata dasar Belay yang berarti berhenti dalam aktivitas panjat tebing istilah belaying berarti Aktifitas pengamanan, mengamankan (pemanjat) baik yang dilakukan dari bawah untuk mengamankan leader (Lower Belay) ataupun untuk mengamankan pemanjat kedua dari atas ( Upper Belay). Dalam berbagai bentuk aktivitas alam terbuka, pengertian belay diartikan banyak macam, belay biasa berarti Point Angkor (biasanya digunakan oleh penelusur gua vertical) dan beberapa istilah yang kurang lebih merujuk pada kegiatan mengamankan baik yang dioperasikan terpisah (Independen Belay) maupun yang sifatnya mengamankan diri sendiri (Self Belay) Dalam dunia panjat tebing sering dijumpai istilah yang juga merujuk pada aktifitas pengamanan pada saat pemanjatan berlangsung seperti : Soft Belay/Body Belay, Mengamankan dengan memampaatkan friksi pada badan Belayer (tanpa alat Bantu) Belay Stance/Belay Ledge, daerah/ tempat membilai Hanging Belay/Belay on Sling, mengamankan dengan posisi belayer menggantung pada permukaan tebing atau membilay dengan menggantung pada sling. Dinamik Bilay Mengamankan dengan membiarkan tali terulur berlahan sebelum berhenti total saat terjadi peristiwa jatuh. Running Belay/Pengaman Jalan/Runner adalah pengaman jalan yang menjadi point-point penahan leader ketika jatuh. B. Belayer Belayer adalah pemanjat yang secara fungsional berfungsi mengoperasikan sistim pengamatan pemanjatan (belaying). Pemanjatan dengan menggunakan peralatan baik untuk pengaman maupun hanya untuk menambah ketinggian tidak terlepas dari resiko kecelakaan, terutama akibat jatuhnya pemanjat. Keberadaan Belayer diharapkan meminimalkan resiko akibat jatuh tersebut, karena itu diperlukan tanggung jawab dan kesabaran untuk menjaga segala kemungkinan terjadinya insiden yang tidak diinginkan. Dalam kondisi tertentu Belayer harus memposisikan diri sebagai pemandu bagi Leader untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan pemanjatan bahkan bagi anggota tim yang lain dalam satu regu pemanjatan. Dalam mengoperasikan sistim belay dikenal 3 prinsip utama membelay yaitu : 1. Priksi Pengamanan yang dilakukan oleh seorang Belayer adalah pengamanan pada pemanjat (Pertama atau Ke dua dan seterusnya) melalui tali utama yang saling berhubungan dan senatiasa bergerak dinamis. Dalam kondisi ini sewaktu-waktu Belayer harus dengan sigap menahan pergerakan tali untuk menghentikan laju jatuh pemanjat. Pada jarak jatuh yang tinggi hampir dipastikan bahwa tangan Belayer tidak mampu menahan pergerakan tali, oleh karena itu diperlukan bantuan untuk menghasilkan priksi/gaya gesek yang cukup tanpa mengakibatkan cedera/celaka belayer. Gaya gesek seperti ini bisa dihasilkan dari badan belayer (bodi Belay) atau dengan alat Bantu seperti Stich Plate, Gri-gri, Descender Figur Of Eight Carabiner Brake Bar dll. 2. Posisi Posisi Belayer berpengaruh terhadap amannya sistim pengamanan yang dioperasikan baik terhadap pemanjat maupun Belayer sendiri. Terutama dalam sistim body belay, posisisi badan akan berpengaruh besar terhadap friksi yang dihasilkan dan kemampuan bada menahan beban jatuh. Posisi yang dimaksud adalah posisi badan terhadap penambat dan posisi badan saat membilay (sitting hip Belay dan Standing Hip Belay) Posisi Belayer terhadap penambat dan climber dikenal istilah ABC, Angkor, Belayer, Climber, akan tetapi dalam beberapa kondisi prinsip ini tidak mutlak harus dilakukan. 3. Angkor (Tambatan) Mengamankan pemanjat kadang tidak cukup dengan hanya mengandalkan friksi dan kemampuan badan menahan beban dari pemanjat yang jatuh. Dalam setiap pemanjatan sering terjadi kasus seperti Belayer terangkat, tertarik bahkan terbentur ke permukaan tebing dan tidak jarang mengakibatkan celakanya pemanjat (Belayer). Untuk mengantisifasi kasus-kasus seperti ini maka penggunaan beberapa Angkor tambatan pada Stasiun Belay sangat diperlukan apalagi pada posisi yang menggantung. Beberapa jenis belay menurut urutan beban yang bekerja pada Angkor : 1. Direct Belay (Belay langsung) Beban yang muncul akibat jatuh langsung bekerja pada Angkor biasanya terjadi ketika posisi ankor berada antara pemanjat dan Belayer 2. Semi derect Belay Biasanya digunakan harness atau alat belay khusus, tali dan Angkor dihubungkan dengan harness sehingga beban jatuh bekerja pada harness dan Angkor 3. Indirect Belay Pada cara ini posisi Belayer berada pada angkor dan Climber sehingga beban jatuh pertama akan diserap badan Belayer dan melindungi Angkor, cara ini biasanya dilakukan jika angkor yang digunakan kurang dipercaya atau tidak dapat ditaksir kekuatannya. Biasanya angkor dihubungkan dengan badan belayer melalui harness bagian belakang. C. Alat Alat Belay Perkembangan panjat tebing didunia boleh dikatakan cukup pesat meskipun tidak merata untuk setiap wilayah atau Negara seiring dengan itu berkembang pula peralatan pemanjatan yang sifatnya makin memudahkan dan menambah keamanan (Safety). Jaman sekarang hampir tidak pernah dijumpai lagi pemanjatan dengan menggunakan Body Belay Sistem, karena posisi ini telah diambil alih oleh peralatan mekanik yang lebih mudah dan aman. Beberapa Alat yang bias digunakan untuk membilay antara lain : 1. Descender Figure Of Eight 2. Tube Lower 3. Petzl Gri-gri 4. ATC (Air Traffic Controller) 6. Stich Plate 7. Brake bar 8. alat alat lain yang dapat dimodifikasi jadi alat belay seperti carabiner brake bar, Munter hitch, Garta Hart (Simpul Hati), alat descender dan ascender seperti Rak, Gibbs, Shun, dll. IV. FALL FAKTOR DAN DAYA REDAM A. Fall Faktor (FF) Fall Faktor (FF) adalah konsep yang berguna untuk memprediksi beban yang muncul pada sebuah peristiwa jatuh. Tenaga yang muncul akibat jatuh berhubungan erat dengan jarak jatuh sedangkan kemampuan tali untuk meredam gaya jatuh berhubungan dengan panjang tali yang terpakai Fall Faktor adalah jarak jatuh dibanding dengan panjang tali yang terpakai. nilai FF bervariasi dari 0 – 2 pada keadaan normal. Pada peristiwa jatuh diawal pemanjatan dari dasar tebing dengan nilai FF diatas satu dipastikan pemanjat cedera atau malah celaka (Go The Hell … Carly) . FF memberikan indikasi besarnya sentakan yang diterima oleh pemanjat dan sistim belay B. Daya Redam Daya redam adalah daya yang harus ditahan oleh tubuh melalui harness dalam peristiwa jatuh, besarnya daya yang diterima oleh tubuh dipengaruhi oleh jarak jatuh, panjang tali terpakai, elastisitas tali dan berat tubuh sendiri. 1. Daya Redam Maksimum Adalah tenaga maksimum yang dapat diterima oleh tubuh atau tali ketika mengalami sentakan (jatuh) 2. Daya Redam Terhadap Tubuh Manusia Dalam beberapa literature, pinggang manusia hanya mampu menahan sentakan 1000 - 1200 kg sehingga dengan demikian mubazir rasanya membuat tali manjat dengan kekuatan diatas 1200 kg karena sentakan diatas 1200 kg bisa dipastikan akan mematahkan pinggang pemanjat. Sama dengan (Good Bye Carly). Fakktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya daya redam terhadap tubuh. - Semakin besar elatisitas semakin kecil daya redam - Semakin Besar sentakan jatuh makin besar daya redam - Semakin besar berat badan semakin tinggi daya redam 3. Daya Redam Terhadap Tali Tali yang digunakan dalam pemanjatan biasanya memiliki kemampuan menahan beban diatas 2000 kg bahkan sampai 5000 kg akan tetapi dalam prakteknya, kekuatan tali tidak bisa dihindari akan berkurang akibat umur, kondisi, intensitas pemakaian, penggunaan simpul, peralatan dll. 4. Daya Redam Terhadap Titik Tambat (Angkor) Dalam sebuah peristiwa jatuh, beban yang dihasilkan akan bekerja pada titik tambat yang terlibat. Di bawah ini disajikan ilustrasi dan pendekatan matematis sederhana besarnya beban yang bekerja pada titik tambat 1.R = Daya Redam P = Beban Jatuh R = P, Titik Tambat harus lebih besar sam dengan R 2.R = P Daya Redam Titik Tambat = 2R Jika titik tambat kecil dari 2R dipastikan Angkor jebol. V. PARADE JATUH Parade Jatuh adalah latihan peragaan cara jatuh yang aman dan benar pada saat melakukan pemanjatan. Tujuan latihan jatuh adalah : 1. Melatih cara jatuh yang benar sehingga resiko akibat peristiwa jatuh dapat dihidari/diminimalkan 2. Melatih pemanjat, utamanya pemula untuk mempercayai pengaman yang digunakan dalam pemanjatan 3. Menguji nyali dan menghilangkan rasa takut ketinggian yang berlebihan 4. Melatih cara membilay Beberapa kasus cedera akibat jatuh justru diakibatkan karena rasa takut yang berlebihan sehingga pada saat jatuh badan terseret dipermukaan tebing atau menghantam batu tajam. VI. PROSEDUR TETAP (STANDAR OPERATING PROCEDURE) PEMANJATAN A. Sebelum Pemanjatan 1. Chek simpul-simpul yang digunakan pada: - Tubuh - Sabuk Pengaman - Alat Pengaman - Pita (Webbing) 2. Cek semua perlengkapan yang menggunakan jahitan 3. Jika menggunakan sabuk pengaman/Harness perhatikan penguncian pada Buckle 4. Urai tali pemanjatan agar tidak kusut 5. Atur urutan pengaman pada Harness atau Racking berdasarkan prioritas penggunaan sesuai kondisi medan 6. Pilih jalur pemanjatan yang bebas dari longsoran batu 7. Pemanjatan baru dimulai setelah terjadi kesepakatan antara Leader (Pemanjat Utama/Pertama) dan penambat (Belayer) 8. Penambat wajib menggunakan Helmet 9. Jangan menginjak tali CILAKA……! B. Selama Pemanjatan Berlangsung 1. Usahakan Penambat/Belayer selalu dapat melihat proses Pemanjatan 2. Pasang sedini mungkin pengaman kunci (running belay) pertama dari penambat 3. usahakan jarak antara pengaman jalan tidak lebih dari 2,5 meter 4. Hindari posisi tegak lurus antara Leader dan Penambat (Belayer) 5. Dalam upaya mencari pegangan/pijakan usahakan posisi tubuh dalam keadaan seimbang 6. Untuk penambatan diteras, tubuh penambat selalu dihubungkan dengan minimal 2 buah pengaman yang bernilai emas 7. Gunakan cincin kait berulir (Carabiner Screw Gate) pada penambatan (Angkor belay) 8. Penambat (Belayer) tidak boleh menghentikan aktifitas pengamanan sebelum leader betul-betul tidak membutuhkan pengamanan lagi dari orang ke dua (Belayer) 9. Hindari putusnya komunikasi antara Leader dan Belayer 10. Pemanjat ke ke dua boleh naik setelah terjadi kesepakatan dengan Pemanjat pertama 11. Setelah pemanjat “kedua” berhasil mencapai teras penambatan, segera kaitkan jerat tambat (Clove Hitch) disalah satu pengaman emas pertama yang ada. Kemudian sebagai pengaman cadangan, kaitkan simpul jerat tambat/delapan tunggal, pada pengaman emas kedua lainnya. Jika terbalik urutannya, segera perbaiki. 12. Jangan melepas tali utama (tali pemanjatan) selama pemanjatan masih berlangsung atau selama masih ada di daerah ketinggian. 13. Setiap pemanjat selalu membawa 2(dua) buah Prusik 14. Pemanjat pertama (Leader) senantiasa memeriksa kekuatan pegangan dan pijakan sebelum digunakan. 15. Untuk mengurangi gesekan (friksi) tali utama/pemanjatan, panjangkan setiap pengaman yang terpasang dengan “sling” panjang (terutama jalur pemanjatan yang berbelok-belok/zigzag. 16. Jika menemukan perlengkapan pengaman yang ditinggal oleh pemanjat lain, harus diperiksa atau jika meragukan ganti yang baru dan pasang ulang. 17. Jangan berada ditempat yang tinggi/puncak diwaktu hujan atau akan turun hujan. C. “Sesudah” Pemanjatan 1. Atur/susun kembali perlengkapan yang dibawa selama pemanjatan 2. Jika terdapat “cacat” pada perlengkapan pengaman, segera beri tanda atau ganti dengan yang baru. 3. Cuci alatmu … Bangsat……. ! 4. Jangan menyimpan perlengkapan pemanjatan bersama dengan bahan kimia keras (air accu, bensin, HCL dan lain sebagainya), Baca ko Materi P4 Kalo Nulupai……… ! VII. ISTILAH - ISTILAH PEMANJATAN A. Istilah Cara/Gaya menuntaskan Jalur dan Pemanjatan : 1. Clip Stick : Batang yang panjang dimana karabiner melekat digunakan untuk mencantolkan Quick Draw pada bolt (Hanger) dari bawah 2. Working Route : Melatih gerakan pada sebuah jalur untuk mempelajari cara paling efisien dan paling bagus melakukan gerakan dan bagaimana meng hubungkannya 3. Retro Bolting : Menambah lebih banyak jalur pengaman bolt pada jalur yang sudah ada. Cara ini tidak dapat diterima kecuali dilakukan dengan kesepakatan tertentu dari pemanjat pertama (Pembuat Jalur) dan komunitas pemanjat 4. Flash : Memanjat bebas pada sebuah jalur dengan alat sebagai pengaman. Flash sebuah rute biasanya mengidikasikan bahwa sebelumnya telah ada pengetahuan mengenai pemanjatan pada jalur tersebut , baik melihat pemanjatan yang dilakukan orang lain maupun mendapat informasi cerita mengenai aspek pemanjatan misalnya tempat-tempat pegangan pada jalur dan sebagainya 5. French Style : Cara untuk melakukan pemanjatan pada medan yang sulit dimana pemanjatan dilakukan pertama kali dengan melakukan Bolt to Bolt kemudian berlatih dengan Red Poit sebelum melakukan pemanjatan yang sesungguhnya. 6. On Sigh Flash : Cara memanjat yang paling ideal dari bawah ke atas tanpa membebani tali atau peralatan dan sebelumnya tidak ada informasi mengenai route tersebut 7. Red Poit : Memanjat bebas dari bawah ke atas tanpa membebani tali dan peralatan namun route tersebut telah dipanjati yang bersangkutan sebelumnya. Red Poit merupakan hasil akhir dari Gaya memanjat Prancis, Quick Draw sudah terpasang pada jalur. Dengan pengaman yang memadai (Bolt) Nama ini berasal dari jerman Rotepunkt dimana lingkaran merah menandai star jalur yang ditunjukkan untuk membebani peralatan. 8. Lower Off: Pengaman terakhir yang digunakan untuk menuruni tebing pada saat aktifitas pemanjatan berakhir biasanya terdiri dari dua pengaman artificial (Bolt) dan dihubungkan dengan rantai baja. 9. Project Route: Route yang sedang dalam pemanjatan tapi sudah tersedia pengaman sebelumnya (Bolt sudah tersedia pada jalur) 10. Hang Dogging (Dogging) : Gaya pemanjatan dengan menggantung pada peralatan dan tali untuk melatih gerakan terutama untuk memimpin (Leader) dalam pemanjatan. Istilah ini sekarang cenderung digantikan dengan istilah Bolt to Bolt. B. Istilah/Komunikasi Dalam Pemanjatan (Climber Comunication) Belay On Belayer ke climber : Ia siap mengamankan (membilay) Climb Belayer ke Climber : Ia benar-benar sudah siap mengamankan Climbing Climber ke Belayer : Ia memulai pemanjatan Belay Off Belayer ke Climber atau sebaliknya : Belayer mungkin sedang beristirahat atau terganggu, tetapi tetap dalam posisi mengamankan, Climber mengucapkan ini pada saat tidak membutuhkan pengamanan lagi dari Belayer. Rope Climber ke Belayer : Pendekkan tali yang ke atas (Tarik tali terpakai yang berlebihan) Slack Climber ke Belayer : Longgarkan tali/ulur tali yang terpakai Tension Climber ke Belayer : Tarik tali kuat-kuat (sekuat tenaga) full like hell Rock Istilah untuk mengisaratkan sesuatu yang jatuh ( Batu, peralatan, dll) SEKIAN DAN TERIMAH KASIH.. TIM DEVISI PANJAT TEBING MADIPALA FIP UNM
Posted on: Thu, 11 Jul 2013 13:23:32 +0000

Trending Topics



tbody" style="min-height:30px;">
REGULICE. Opel roztrzaskał toyotę. Kobieta w szpitalu Trzy

Recently Viewed Topics




© 2015