MENGURAI PROGRAM UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK Oleh : H. - TopicsExpress



          

MENGURAI PROGRAM UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK Oleh : H. Mahyledi, SP Pendeknya masa kampanye yang tersedia, serta keterbatasan kami dalam mensosialisasikan rencana perubahan dalam membangun Kota Padang yang kita cintai ini, barangkali membuat sebagian kita meragukan bahkan mungkin setengah tidak percaya. Apakah apa yang kami tuliskan dan sosialisasikan hanya mimpi dan iming-iming untuk meraup suara, atau hanya sekedar ingin tampil beda dari kandidat lain. Maka lewat tulisan ini ingin kami pertegas dan jelaskan bahwa sepuluh program unggulan untuk perubahan Kota Padang yang lebih baik adalah sesuatu yang realistis dan sangat mungkin untuk direalisasikan. Dari kerendahan hati yang paling dalam izinkanlah kami menjelaskannya, yang dimulai dari landasan berfikirnya serta rasionalisasi aplikasinya. Kami maju menjadi calon Walikota bersama bapak Emzalmi sebagai wakilnya adalah karena amanah dari Partai, sebagaimana dulu kami dimajukan menjadi Wakil Walikota adalah karena tuntutan dakwah. Bagi sebagian orang yang anti dengan partai, atau apatis dengan prilaku oknum pengurus partai, maka bisa jadi hal ini dianggap naïf. Sehingga muncul statmen bahwa orang partai kotor dan korup. Kotor dan korup tidak melekat pada kelompok partai semata. Karena sunnahtullahnya baik dan jahat, serta korup/kotor dan bersih adalah sifat manusiawi, maka tidak heran ketua Hakim MKpun juga terpeleset. Tentu orang yang tidak masuk partai atau mengusung grup independen dan LSM juga akan mengalami hal yang sama. Ketatnya regulasi tidaklah jaminan untuk memberantas pelanggaran, korupsi dan kemaksiatan lainya. Tetapi nilai-nilai integtritas diri dan agama akan menopang regulasi yang dibangun. Bukan untuk mengankat citra diri, tetapi masyarakat sudah dapat menilai kami. Laporan kekayaan yang kami berikan kepada pihak terkait telah dipublish secara terbuka, dan bisa dibaca oleh semua pihak yang berkepentingan, bahwa kami menjadi Wakilwalikota dan sekarang jadi calon Walikota serta sebelumnya menjadi Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat bukan untuk memperkaya diri dan partai. Maka tuduhan atau blac campain kami menyelewengkan wewenang dan “memakan dana gempa” adalah tuduhan yang tidak berdasar dari orang yang tidak bertanggung jawab. Karena kami dimajukan oleh dua Partai yang berbasis Islam, maka sangat wajar jika kami membuat dan merancang program perubahan Kota Padang yang kami rangkum kedalam sepuluh program unggulan adalah sesuatu yang realistis dan mungkin terealisasi, serta bisa dipahami oleh segenap warga Kota. Sengaja kami tidak memakai istilah-istilah yang tinggi dan selangit, karena kami sedang berbicara dengan masyarakat yang latar belakang dan pemahannya beragam. Bahwa semua warga Kota Padang menginginkan kotanya menjadi kota yang maju, metropolitan, sejajar dengan kota-kota lainnya seperti Medan,. Batam, Palembang dan bahkan seperti Bandung serta Jakarta. Tetapi itu hanya mimpi disiang bolong, jika hanya ada dalam untaian kata-kata. Sejatinya perubahan dan pembangunan harus mengikuti regulasi yang berlaku, mengukur kemampuan, potensi serta daya dukung eksternal lainnya. Semua itu baru akan bisa terlaksanna secara bertahap jika telah masuk ke RPJM Kota yang sudah diketok palu oleh legislative. Terlepas dari semua itu, maka ada satu hal yang sangat prinsip, yaitu mentalitas dari masyarakat serta SDM pelaksananya. Jujur harus kita akui bahwa sejatinya kita warga Padang dan Minang secara umum adalah masyarakat yang siap dengan perubahan bahkan mampu untuk berinovasi dan memanfaat setiap peluang (walaupun kecil). Tetapi faktor gempa tahun 2009, cara kepemimpinan Walikota sebelumnya yang kurang akomodatif dalam memahami keinginan masyarakat, terutama tokoh-tokoh Pasar, serta masih rendahnya semangat kebersamaan dalam mengurai permasalahan kota dan mencari solusinya, telah membuat sedikit banyaknya kemandegan pembangunan dan perubahan Kota Padang. Kami secara pribadi dan juga partai yang mengusung kami - insyaa Allah – tidak punya kepentingan apa-apa, kecuali untuk kebaikan dan kesejahteraan kita bersama. Maka sejak dari sekarang kita bisa berdialog dari hati-kehati. Dengan kepala dingin kita selesaikan satu persatu permasalahan Kota Padang, dan kita kejar ketertinggalan kita dengan kebersamaan, semangat gotong royong, saling bahu membahu. Kabukik kito samo mandaki, kalurah kito samo manurun, tatungkur samo makan tanah, tajilantang samo mimun aie, tabujue lalu tabulintang patah, bulek aie dek pambuluah bulek kato dek mufakat. Jika sudah ada yang kita sepakati, maka yang menjadi tuntutan berikutnya adalah integritas diri dari semua pihak untuk merealiasikannya, sehingga kesepkatan diatas kertas itu menjadi kenyataan. Diantara integritas diri itu adalah SDM yang jujur dan berani bertanggun jawab, tidak mengggunting dalam lipatan, menusuk kawan seiring, musuh dalam selimut atau tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatan. Saudara pembaca yang budiman. Program yang kami usung dimulai dari survey, kajian dan analisa yang mendalam oleh orang-orang yang kompenten dalam bidangnya, serta kami dapat meyakini bahwa semua mereka yang ikut dalam perumusan visi, misi serta program unggulan perubahan itu jauh dari kepentingan-kepentingan serta intrik pribadi. Jika para pakar diundang untuk diskusi setidaknya harus ditanggung biaya transportasi dan akomodasi minimalnya. Tetapi dalam rapa-rapat perumusan program yang kami usung ternyata tidak demikian adanya. Mereka rela berlama-lama dalam diskusi dan bahkan sampai begadang diruangan sederhana, dan tidak mendapat apa-apa, kecuali hanya sekedar snek atau makan siang. Maka lewat tulisan ini kami atas nama pribadi memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya, dan semoga keikhlasan kita semua tetap terjaga dalam rakangka meraih cinta dan ridhaNya. Inti dari visi kami adalah bagaimana menjadikan padang sebagai pusat Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata yang menguntungkan bagi masyarkat banyak. Oleh karenanya kami bingkai visi itu dengan target agar masyarakat menjadi sejahtera, religius dan berbudaya. Secara zahir target sejahtera, religus dan berbudaya adalah hasil dari tiga pilar pembangunan, tetapi dari sisi lain juga harus kita pahami bahwa standar sejahtera sangat relative, tergantung sudut pandang dan dari mana kita berpijak. Sementara orang bisa hidup semakin religius dan berbudaya tidak semata-mata tergantung pada sudah sejahtera atau belumnya seseorang dari sisi ekonomi. Disamping kami mengikuti alur berfikir linear para pakar, bahwa orang akan semakin religius, haus dengan nilai-nilai agama dan berbudaya ketika mereka sudah mapan secara ekonomi, tetapi kami juga punya sudut padang yang lain. Yaitu nilai-nilai agama dan budaya tidak boleh terguras oleh pembangunan fisik dan kemajuan teknologi. Maka pada masa transisi ini harus ada pilihan (jika tidak bisa dikompromikan). Idealnya pembangunan fisik harus kita genjot, sehingga kita bisa bangkit dan mampu mengejar ketertinggalan, kemudian pada saat yang bersamaan nilai-nilai agama dan budaya minang serta kearifan local kita tidak memudar. Tetapi karena pembangunan yang kita rencanakan adalah untuk masa depan anak cucu kita, maka ketika pembangunan belum bisa kita realisasikan karena kendala-kendala teknis dilapangan maka tidak berarti kita membiarkan anak-anak remaja dan keponakan kita semakin jauh dari jatidiri dan nilai-nilai agama. Hampir semua kita mengakui kehebatan dan kemajuan Kota Medan, Batam, Pekanbaru dan bahkan Bandung serta Jakarta. Tetapi kita barangkali lupa bahwa orang tua yang ada dikota-kota itu tidak merasa nyaman dengan pergaulan anak-anaknya, serta permisifnya budaya yang berkembang dikota-kota dimaksud. Jangan kita sampai silau dengan glamour kemajuan kota, tetapi lupa dengan dampak negative kemajuan yang kita lihat. Kota-kota dimaksud telah menjadi pusat industry besar, tetapi apa yang tidak terkira sebagai konsekwensi pilihan menjadi kota industry telah menghantui mereka, tidak ada Universitas dan Perguruan Tinggi\i yang berkualitas di Kota-kota yang kita sebutkan. Bahkan untuk Sekolah Dasar dan SMP/SMA sebagai pendidikan dasar bagi anak-anak, mereka harus mengantarkanya ke Kota Padang. Ini artinya jika kita ingin mengembangkan Kota Padang menjadi pusat industry maka yang paling mungkin dan realistis (setidaknya) untuk lima tahun kedepan adalah kita perkuat peluang Padang secara khusus dan Sumbar secara umum menjadi pusat industry otak alias memajukan dan memberdayakan Perguruan Tinggi Negri ataupun Swasta. Sehingga mampu menghasilkan SDM yang berdaya saing dan berkualitas tinggi dimasa yang akan datang. Menginginkan Padang sebagai pusat industry selain industry otak atau menaikkan gretnya sejajar dengan Medan, Batam, Pekanbaru dan Palembang atau sejenisnya dalam pembangunan fisik kita khawatirkan hanya jadi mimpi. Karena perusahaan-perusahaan tua yang sudah ada saja sudah pada gulung tikar, bahkan kita belum lupa tentang Semen Padang yang sejatinya sudah dalam kondisi kritis sejak sepuluh tahun yang lalu. Tetapi syukur diselamatkan oleh PT Cemen Gresik dan grupnya (dan kita juga masih memperdebatkannya untuk Spin Off dan sejenisnya), sehingga masih bisa bertahan dan itupun juga disupport oleh kerelaan masyarakat Indarung dan sekitarnya untuk penyediaan bahan bakunya. Kami yakin bahwa semua kita menginginkan perubahan, Padang bangkit dari keterpurukan. Bahkan karena panggilan itu jualah kami mau dicalonkan oleh partai dan tokoh-tokoh masyarakat. Tetapi kami yakin bahwa perubahan yang kita inginkan adalah perubahan yang terukur dan terencana secara matang, minim dari dampak social yang negative dari setiap pembangunan yang kita kerjakan. Maka mari kita mulai dari “hal kecil” yang realistis, secara bertahap kita kejar ketertinggalan dengan modal dan potensi yang kita miliki tanpa harus mengemis dan merendahkan diri kepada investor yang hanya berfikir keuntungan bisnis orientid. Jika rencana untuk mengembalikan saham Semen Padang bisa kita “persamakan” dulunya, bahkan dengan Gerakan Seribu oleh kawan –kawan Gebu Minang telah memacu dan memicu pembangunan dan perekonomian masyarakat. Maka dengan semangat kebersamaan kita juga menyelesaikan persoalan pasar raya yang menjadi icon dan sentral ekonomi kita. Mengambil contoh kepada yang sudah, maambiak tuah ka nan manang, maka belajar dari pembangunan Pasar Raya Bukit Tinggi, maka untuk modal pembangunannya bisa dari investor local, kebijakan teknisnya bisa kita dudukkan bersama. Beberapa poin kesepakatan telah kita rintis, maka tinggal mengawal dan mengeksekusinya secara bersama-sama. Selama kita se ia sekata, maka tidak ada yang tidak bisa. Tetapi jika ada yang bermain api, memanfaatkan peluang untuk kepentingan diri atau kelompok tertentu, maka sangat mungkin akan terjadi, bahkan kami telah menangkap sinyal itu, masyarakat di Pasar Raya akan menjadi budak di negrinya sendiri, karena pemilik modal bukan bagian dari kita dan bahkan tidak berpihak kepada kita. Secara teknis terhadap pembangunan Pasar raya, maka lewat tulisan ini bisa kami sampaikan bahwa perbaikan pasar Inpres sudah hampir selesai, bahkan untuk tahun ini juga sudah dianggarkan dalam APBD kita sebesar 8 M untuk ketuntasan pembangunanya. Konsep yang kami tawarkan, semua warga yang memiliki kartu kuning tidak perlu membayar ulang kembali untuk mendapatkan tokonya. Andaipun membayar maka dengan harga yang wajar yang disepakati dengan masyarakat dan pihak terkait. Untuk pembiayaannya juga bisa kita kerjasamakan dengan pihak Bank. Karena yang terpenting adalah adanya kesepakatan bersama yang kita realisasikan secara bersama-sama, sesuai dengan kewenangan kita masing-masing. Adapun untuk pembangunan terminal serta pasar-pasar sekitarnya seperti SPR bisa kita bicarakan ulang. Namun sebagai wacana jangka pendek, karena pusat pemerintahan sudah kita pindahkan ke Air Pacah, maka bekas kantor Balaikota bagian belakang sangat mungkin kita jadikan sebagai terminal sementara, sehingga mampu mengurangi kesembrautan pasar untuk satu tahun pertama ini. Adapun terminal defenitif atau sekedar pemberhentian angkot secara sementara untuk sekitar pasar raya bisa kita diskusikan dengan pihak- pihak terkait seperti tokoh-tokoh pasar, Dandim dan pengelola pasar yang lainnya. Karena yang terpenting untuk tahap pertama ini adalah adanya kesepakatan kita bersama bahwa pasar dan terminal harus kita selesaikan sesuai dengan kesepakatan kita bersama. Semoga. mahyeldi-emzalmi/read/228/mengurai-program--untuk-perubahan-yang-lebih-baik-.html
Posted on: Tue, 05 Nov 2013 21:29:40 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015