MENIKMATI PUISI BERSUA DI NEGERI KABUT KARYA MAHBUB JUNAEDI - - TopicsExpress



          

MENIKMATI PUISI BERSUA DI NEGERI KABUT KARYA MAHBUB JUNAEDI - Bagian 1 I Mahbub Junaedi Penyair yang satu ini menyenangi puisi sejak duduk di SMP diawali dengan suka menulis di buku harian. Dan mulai menekuni dunia tulis menulis di dunia maya sebelum ada facebook. Dan mulai dikenal sebagai penulis puisi setelah mengaktualisasikan diri di jejaring sosial facebook. Begitu juga di kota Bumiayu ia mulai dikenal lewat jejaring sosial ini. Kemudian secara bertahap Mahbub Junaedi mulai mengembangkan diri dengan mengikuti grup-grup sastra. Dia juga dikenal sebagai PETIS kependekan dari Penyair Romantis. Di samping itu ia juga rajin menulis dan memposting puisi-puisinya di dunia maya. Selain itu ia juga aktif berdiskusi dan berkolaborasi menerbitkan karya-karya dalam bentuk buku. Karya-karyanya banyak dimuat dalam beberapa antologi bersama antara lain Antologi Deru Awang-awang (Grup Persahabatan Menulis), Antologi Puisi Indonesia di Titik 13, Antologi Puisi Jejak Sajak - Sehimpun Puisi Generasi Kini (grup BPSM), Antologi Puisi Lentera Sastra. Selain menulis ia juga aktif sebagai salah satu dewan Juri Puisi Pada Lomba Menulis Puisi dalam rangka antologi Puisi Lentera Sastra, (admin grup PBKS), Antologi Puisi buat Gus Dur Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel (Dewan Kesenian Kudus). Ia juga adalah Pengisi Kata Pengantar pada Novel Kebelet Rindu Karya Kepompong Pijar, menulis Endorsment di Novel Nggak Kapok Jatuh Cinta karya Kepompong pijar, pembuat/pendesain cover buku Antologi Puisi Kidung Rembulan (Kamboja 12 Purnama) (grup Kamboja). Mahbub Junaedi juga aktif mengikuti Pembacaan puisi di Festival Ruang Publik Tegal, Pembacaan Puisi di Festival Kesenian Bumiayu, Pembacaan Puisi di launching Antologi Puisi Buat Gus Dur di Kudus. Dia juga aktif dalam organisasi antara lain aktif sebagai Anggota Dewan Kesenian Bumiayu, Sekretaris Organisasi kemasyarakatan FOR YOU dan Ketua Lomba Menulis Puisi PEMEKARAN, Di sini kita akan menikmati puisinya yang berjudul BERSUA DI NEGERI KABUT yang ditulisnya pada tanggal 15 Mei 2013 dan dipostingnya di dunia maya pada tanggal 16 Mei 2013 pukul 04.50 II BERSUA DI NEGERI KABUT bersua pula dalam duka jika tak jadi jumpa biduk rapuh sendiri, tenggelam perlahan dermaga tinggal puing, tak ditopang penyangga mengemis, ke sana ke mari tengadah senandung surga bersua pula ingin, kusutkan benang rasa, gamang rindu, tergantung lusuh di pojok dipan, tempatku semai angan usik tenang, bawa kenang ketika malam nyalang puisi luntur satu-satu, huruf-huruf kembali premature mimpi tutup layar, penonton bubar tinggalkan bias ingat sesak saat kembali nyata, geluti rutinitas tanpa batas berkutat kemelut, kalut dan sendu, ah melankolis purba hanya dongeng manja, toh luka tetap dongeng peristiwa bodoh jika sesal telikung di ujung jalan, ikhlas kemana? jika sua tak bersapa, rindu terus, jumpai ruh : aku tak bisa bohong ada silet sayati jantung lalu, kubaca puisi sunyi, sambil kuliti pagi hey mawar, pinjam durimu untuk lukis mimpi di dadaku yang tintanya muncul dari kanvas, selalu kumpulan duka dinda... kulambai dalam senyum sungsang, air mata dan kesang angin kaburkan pandang, singgah di negeri kabut Bumiayu, 160513, 04:50 Puisi BERSUA DI NEGERI KABUT karya Mahbub Junaedi ini tampil dengan tipografi konvensional yang terdiri dari 5 bait. Setiap baitnya terdiri dari 4 larik. Jadi seluruh lariknya berjumlah 20 larik. Puisi ini nampaknya bernuansa kegamangan dan kegalauan seseorang tehadap sesuatu yang sangat mengecewakannya. Hal ini sangat jelas tergambar di dalam judulnya pada frasa Negeri Kabut. Kata kabut bersinonim dengan kata kelabu. Kata kelabu mengingatkan kita pada ungkapan awan kelabu atau langit mendung yang menggambarkan kesedihan dan kepedihan. Untuk lebih jelasnya marilah kita cermati puisi ini bait per bait. Berikut marilah kita cermati bait pertama di bawah ini. 1.- bersua pula dalam duka jika tak jadi jumpa 2.- biduk rapuh sendiri, tenggelam perlahan 3.- dermaga tinggal puing, tak ditopang penyangga 4.- mengemis, ke sana ke mari tengadah senandung surga Dari larik-larik di bait pertama di atas kita ketahui bahwa: /1/ Bait pertama ini dibangun dengan diksi dan ungkapan bernuansa duka, kecewa bahkan mendekati keputus asaan. Hal ini ditandai dengan ungkapan dalam duka, biduk rapuh sendiri, tenggelam perlahan, dermaga tinggal puing, tak ditopang penyangga, dan ungkapan mengemis, ke sana ke mari. /2/ Bait pertama ini juga dibangun dan diperindah dengan rima akhir yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [a] pada kata jumpa di larik 1 yang bersajak dengan kata penyangga di larik 3 dan kata surga di larik, 4. Dan bersajak tidak sempurna dengan kata perlahan di larik 2. Di sini juga ada rima asonansi yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [a/ka] pada kata duka dan kata jika di larik 1. Di larik 3 juga ada rima asonansi yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [a/ga] pada kata dermaga yang bersajak dengan kata penyangga di larik 3. Di sini juga ada pengulangan bunyi sengau [ng] pada kata puing yang bersajak dengan kata ditopang. Di larik 4 ada pengulangan bunyi vokal [e/ke] pada kata ke sana yang bersajak dengan kata ke mari. /3/ Bait pertama ini juga dibangun dan diperindah dengan ritme atau irama yang terbentuk dari pengulangam bunyi vokal [e] pada kata bersua, sendiri, tenggelam perlahan, dermaga, penyangga, mengemis, ke sana, ke mari, tengadah dan pada kata senandung. /4/ Bait pertama ini juga dibangun dengan citraan penglihatan di mana pembaca seakan-akan benar-benar melihat sebuah biduk rapuh yang tenggelam perlahan. Pembaca juga seakan benar-benar melihat dermaga tanpa penyangga yang telah runtuh menjadi puing-puing berserakan. Di sini juga ada citraan penglihatan di mana pembaca seakan benar-benar melihat pengemis yang menadahkan tangan ke sana ke mari. /5/ Bait ini juga diperkuat dan diperindah dengan majas ellipsis di larik 1 dalam untaian kata bersua pula dalam duka jika tak jadi jumpa yang ditandai dengan sengaja penulis menghilangkan subjeknya. Demikian pula di larik 4 dalam untaian mengemis, ke sana ke mari tengadah senandung surga. Bait 1 ini juga diperkuat dengan majas perumpamaan langsung di larik 2 dan 3 dalam untaian kata biduk rapuh sendiri, tenggelam perlahan dan dermaga tinggal puing, tak ditopang penyangga. ========================BERSAMBUNG =================
Posted on: Thu, 21 Nov 2013 01:20:41 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015