Membedah asal-usul alquran (01) (Editor Ibn Warraq) Pertanyaan¬- - TopicsExpress



          

Membedah asal-usul alquran (01) (Editor Ibn Warraq) Pertanyaan¬- pertanyaan ttg Quran yg ingin dijawab oleh penyelidikan kritis adalah : 1. Bagaimana Quran sampai ke tangan kita ? -Bagaimana Quran disusun dan disebarkan? 2. Kapan dan siapa yg menulisnya? 3. Apa sumber¬-sumber Quran dan bagaimana itu didapat? Dari mana asal cerita, legenda dan prinsip¬ prinsip yg tertuang dlm Quran? 4. Otentisitas Quran, bisa dibuktikan atau tidak? Menurut tradisi, Quran disampaikan kpd Muhamad oleh malaikat secara bertahap sampai kematian Muhamad pd thn 632M. Tidak jelas seberapa banyak dari Quran yg ditulis sampai saat kematiannya, tapi nampaknya tidak ada satu manuskrip pun yg berisi kesemua wahyu-wahyu yg diturunkan padanya. Namun ada tradisi yg mengatakan bahwa nabi mendikte bagian ¬bagian tertentu kpd sekretaris (juru tulis)¬nya. Koleksi Abu Bakar. Mulai dari sini, kesaksian tradisi menjadi semakin membingungkan; malah, tidak adasatu tradisi yg pasti. Yang ada adalah beberapa versi yg saling bertentangan. Menurut salah satu versi, selama kalifah pendek Abu Bakr (632-634), Umar, yg menggantikannya pd thn 634, menjadi khawatir karena begitu banyak Muslim yg tahu (hapal) Quran telah tewas pada Pertempuran Yamama, di Arab Pusat. Utk menghindari hilangnya bagian-¬bagian Quran itu utk selama-¬lamanya perlu dibuatkan suatu koleksi (mushaf) lengkap. Abu Bakr akhirnya menyetujui proyek itu dan memintaZayd ibn Thnabit, mantan sekretaris nabi, utk melakukan tugas berat ini. Jadi Zayd mulai mengumpulkan bagian-bagian Quran yg tercerai berai yg dicatat pada "papirus, batu ceper, daun palm, tulang dan kulit hewan dan papan kayu, juga dari hati manusia." Zayd lalu meng¬copy¬nya pada lembar¬ lembar daun (bhs Arab: suhuf). Begitu komplet, Quran diserahkan kpd Abu Bakr, dan pada kematiannya diserahkan kpd Umar, dan setelah ia mati diwariskan kpd puteri Umar, Hafsa. Namun ada juga beberapa versi ; ¬Abu Bakr¬ lah yg memiliki ide membuat koleksi itu; ¬ Ali, kalif keempat, dan pendiri aliran Shi’ah yg punya ide; ¬ Malah ada versi-versi lain yg sama sekali tidak menyertakan Abu Bakr. Nah, lalu orang mulai bertanya apakah tugas sulit ini bisa diselesaikan dalam hanya dua tahun. Lagipula, tidak mungkin bahwa mereka yg mati di Yamama, orang-orang yg nota bene baru masuk Islam, mampu menghafal Quran. Tapi yg paling menarik dari versi ini adalah bahwa begitu koleksi pertama dibawah Abu Bakr tersusun, koleksi itu tidak dianggap sbg buku resmi (official codex), ttp hanya sbg milik pribadi Hafsa. Milik pribadi Hafsa? Jadi tidak diberikan kpd otorita Muslim utk kemudian dijadikan acuan? Jadi, mana bukti bahwa ini yang dijadikan panutan Muslim? Bahkan ada yg mengatakan bahwa cerita itu hanya isapan jempol belaka agar dianggap sbg koleksi resmi pertama yang bebas dari unsur Usman, sang kalif ketiga yang sama sekali tidak disukai. Ada yg mengatakan bahwa cerita ini diciptakan utk "membawa kembali koleksi Quran sedekat mungkin kpd saat matinya Muhamad." Koleksi ‘Usman (644¬-656) Menurut versi ini, salah seorang jendral Usman meminta sang kalif agar membuat koleksi macam itu karena pecahnya percekcokan serius ttg isi Quran diantara para anggota pasukannya yg berasal dari berbagai provinsi. ‘Usman memilih Zayd ibn Thnabit utk mempersiapkan teks resminya. Zayd, dgn bantuan tiga aristokrat Mekah, dgn hati¬hati menuliskan kembali Quran dan membandingkan versinya dgn versi lembaran "daun¬ daun" yg dimiliki Hafsa, puteri Umar; dan spt diperintahkan, kalau menghadapi kesulitan ttg cara pembacaannya, Zayd mengikuti dialek suku Quraysh, suku nabi. Quran versi baru itu rampung antara thn 650 dan kematian ‘Usman thn 656, dan dikirim ke Kufa, Basra, Damascus, dan mungkin Mekah, dan salah satunya, tentunya, disimpan di Medinah. Versi- versi lainnya diperintahkan agar dihancurkan. Versi inipun rawan kritik. Bahasa Arab yg ditemukan dlm Quran bukan bahasa dialek. Dlm beberapa versi, jumlah orang yg bekerja dgn Zayd dlm proyek ini juga berbeda, termasuk mereka yg menjadi musuh Usman, dan seseorang yg diketahui telah tewas sebelum proyek ini dilangsungkan! Fase kedua cerita ini tidak menyebutkan keikutsertaan Zayd spt dalam koleksi Quran yg didiskusikan dlm Fase pertama. Terlepas dari ketidakpastian diatas, kebanyakan pakar menerima bahwa teks Quran dirampungkan dibawah Usman, antara thn 650 dan thn 656. Mereka menerima koleksi Usman, tanpa bisa menjelaskan mengapa versi ini lebih bisa diterima ketimbang versinya Abu Bakr. Mereka tidak memberikan argumen apapun. Contoh, Charles Adams setelah menyampaikan kejanggalan versi Uslam menyaitumpulkan dgn kepastian yg sangat tinggi namun tidak logis bahwa, "terlepas dari kesulitan yg ada dgn bermacam¬macam tradisi, pentingnya codex yg dipersiapkan dibawah Usman tidak diragukan." Tetapi ia tidak sedikitpun membuktikan bahwa memang dibawah Usman¬lah, Quran yg kita kenal sekarang, dipersiapkan. Dgn mudah saja para pakar meng¬ASUMSI¬nya. Argumen yg sama utk membatalkan versi Abu Bakr ini bisa saja digunakan utk membatalkan versi Usman. Bisa saja kita mengatakan bahwa cerita Usman ini diciptakan oleh para musuhnya Abu Bakr dan teman¬teman Usman; polemik politik bisa saja berpengaruh dlm penciptaan versi ini. Tapi pertanyaan tetap belum terjawab: apa yg dikandung dalam lembaran "daun" milik Hafsa ini? Dan jika versi Abu Bakr memang palsu, darimana Hafsa mendapatkannya? Dan apa versi ¬versi Quran yg tersebar di berbagai provinsi itu? Apakah kita dapat pilih seenak udel kita dari sekian banyak versi yg saling kontradiktif? Tidak ada alasan kuat mengapa kita harus memilih versi Usman dan bukannya versi Abu Bakr; karena toh mereka berasal dari sumber yang sama yang sudah sangat terlambat, sangat tendensius, dan kesemuanya palsu, spt yg akan kita lihat nanti. Tetapi saya memiliki kesulitan yg jauh lebih rumit dlm menerima versi manapun. Pertama, semua cerita¬cerita ini tergantung pada ingatan para muslim pertama. Memang, para pakar harus menggantungkan diri pada daya ingatan orang Arab jaman dulu. Menurut beberapa tradisi, Muhammad dikatakan tidak dapat membaca ataupun menulis dan oleh karena itu semuanya tergantung dari dirinya setelah ia dgn sempurna menghafal apa yg diwahyukan Allah lewat malaikatnya. Tapi beberapa cerita Quran sangat panjang. Contoh, cerita Yusuf sampai menelan satu bab yg berisi 111 ayat. Apakah kita dapat percaya bahwa Muhamad menghafalnya persis sama titik dan komanya dgn apa yg diwahyukan? Para Sahabat Nabi juga dikatakan telah menghafalkan ocehan dan komat¬kamitnya Nabi. Seberapa kuatkah daya ingatan mereka? Apakah mereka tidak melupakan satu halpun? Tradisi dari mulut ke mulut memang memiliki tendensi utk terus berganti dan tidak bisa dijadikan patokan utk menyusun sejarah yg bisa dijamin kebenarannya. Kedua, kita hanya bisa ber¬ASUMSI bahwa para Sahabat nabi mendengar dan mengerti sang Nabi secara sempurna. Asumsi tidak cukup utk menarik kesimpulan pasti. Bermacam Versi, Versi yg Hilang, Versi yg Ditambahkan ”Tanpa kecuali, SEMUA MUSLIM akan mengatakan bahwa Quran yg kita miliki sekarang persis sama¬baik dlm bentuk, nomor dan urutan bab dgn Quran versi Usman. Malah dikatakan bahwa Qurannya Usman mengandung kesemua wahyu yg disampaikan pada masyarakat dan disimpan tanpa mengalami satu perubahan atau variasi macam apapun dan bahwa Qurannya Usman memang universal dari hari pertama disebarkan. Tapi sikap ortodoks ini dimotivasi oleh faktor dogma dan tidak dapat didukung bukti sejarah.” ¬ Charles Adams. Padahal para pakar Islam dulu jauh lebih flexible dari Muslim sekarang. Mereka sadar bahwa ada bagian Quran yg hilang, dipalsukan dan adanya ribuan variasi. Contoh, As¬Suyuti (wafat 1505), salah seorang pakar Quran yg paling dihormati mengutip Ibn ‘Umar al Khattab : "Janganlah ada diantara kalian yg mengatakan bahwa ia mendapatkan seluruh Quran, karena bgmn ia tahu bahwa itu memang keseluruhannya? Banyak dari Quran telah hilang. Oleh karena itu, kalian harus mengatakan ‘Saya mendapatkan bagian Quran yg ada’" (As¬Suyuti, Itqan, part 3, page 72). A’isha, isteri tersayang nabi mengatakan, juga menurut sebuah tradisi yg diceritakan as¬Suyuti, "Selama masa Nabi, saat dibacakan, bab ttg ‘the Parties’ berisi 200 ayat. Ketika Usman mengedit Quran, tersisa hanya ayat¬ayat sekarang ini (73 ayat) yg tertinggal." Lalu kemana 127 ayat yg lain itu? Dan dng alasan apa 127 ayat itu dibuang? Why oh why? As¬Suyuti juga menceritakan ini ttg Uba ibn Ka’b, salah seorang sahabat Muhamad: Sahabat terkenal ini meminta salah seorang Muslim, "Berapa ayat yang ada dalam surah ‘the Parties’?" Katanya, "73 ayat." Ia (Uba) mengatakan padanya, "Dulunya jumlah ayatnya hampir sama dgn Surah ‘Al Baqarah’ (sekitar 286 ayat) dan termasuk ayat perajaman". Lelaki itu bertanya, "Apa ayat perajaman itu?" Ia (Uba) mengatakan, "Jika lelaki tua atau wanita melakukan zinah, rajam mereka sampai mati." Spt dikatakan sebelumnya, setelah kematian Muhamad di 632M, tidak ada satupun dokumen tunggal yg memuat kesemua wahyu. Banyak pengikutnya mencoba mengumpulkan semua wahyu yg dikenal dan mencatatkan mereka dalam satu bentuk mushaf. Timbullah kemudian mushaf¬mushaf milik sejumlah pakar spt Ibn Masud, Uba ibn Ka’b, ‘Ali, Abu Bakr, al¬ Aswad, dll (Jeffery, bab 6, mencatat 15 mushaf utama dan sejumlah besar mushaf sekunder). Saat Islam menyebar, kita akhirnya memiliki apa yg kemudian dikenal sbg mushaf metropolitan di pusat¬pusat Mekah, Medinah, Damascus, Kufa dan Basra. Spt yg kita lihat sebelumnya, Usman mencoba mengatasi situasi kacau ini dgn kanonisasi codex/mushaf Medinah, yang copy¬copynya dikirim kesemua pusat metropolitan diiringi perintah utk menghancurkan kesemua codex lain. Codex Usman ini dianggap sbg standar teks konsonan, tapi yg kita temukan malah berbagai variasi teks konsonan yg masih hidup juga sampai abad Islam ke 4. Masalah semakin diperuncing karena teks konsonan tidak dibarengi dgn titik, yaitu titik yg membedakan huruf "b" dari "t" atau "thn". Huruf¬huruf lainnya (f dan q; j, h, dan kh; s dan d; r dan z; s dan sh; d dan dh, t dan z) tidak dapat dibedakan. Dgn kata lain, Quran tertulis secara ‘scripta defectiva’/huruf¬huruf defektif alias tidak sempurna. Akibatnya, timbullah berbagai macam arti tergantung dari letak titik. Vowels (huruf hidup/vokal) membuat masalah yg lebih pelik. Tadinya, Arab tidak memiliki tanda¬tanda bagi Vowel pendek: teks Arab adalah konsonantal. Walaupun vowels pendek ini kadang dihindarkan, mereka bisa ditulis dgn tanda¬tanda orthnographical diatas atau dibawah hurufnya —totalnya 3 tanda petunjuk (three signs in all), mengambil bentuk spt komma. Setelah menentukan konsonannya, Muslim masih harus memutuskan vowel mana yg digunakan : menggunakan vowel berbeda tentunya menghasilkan pembacaan yg berbeda. Scripta plena, yg memungkinkan teks yg vowel penuh dan teks dgn titik, belum disempurnakan sampai akhir abad ke 9. Problem yg diakibatkan ‘scripta defectiva’ itu dgn sendirinya mengakibatkan tumbuhnya pusat¬pusat berbeda dgn masing¬masing tradisi ttg bgmn teks itu harus diberi titik atau di¬vowel. Walaupun Usman memerintahkan dihancurkannya semua Quran selain Quran versinya, ternyata masih ada saja mushaf yg lebih tua yg selamat. Spt dikatakan Charles Adams; "Harus ditekankan bahwa dalam ketiga abad pertama Islam, bukannya terdapat satu bentuk teks tunggal yg diturunkan tanpa perubahan dari jaman Usman, melainkan ribuan versi. Variasi¬variasi ini bahkan mempengaruhi Codex Usman, shg mempersulit perkiraan bagaimana sebenarnya bentuk aslinya." Ada juga Muslim yg menginginkan codex selain codexnya Usman. Contoh, milik Ibn Mas’ud, Uba ibn Ka’b, dan Abu Musa. Pada akhirnya, dibawah pengaruh Ibn Mujahid (wafat 935), terdapat kanonisasi satu sistim konsonan dan batasan pada variasi vowel yg bisa digunakan dalam teks yg mengakibatkan diterimanya 7 sistim. Namun pakar¬pakar lainnya menerima 10 cara bacaan, sedang masih ada saja yg menerima 14 cara bacaan. Dan bahkan ketujuh codex versi Ibn Mujahid memberikan 14 kemungkinan karena masing¬masing dari ketujuh codex itu bisa dilacak kpd dua transmitter berbeda, yaitu; 1. Nafi dari Medinah menurut Warsh dan Qalun 2. Ibn Kathnir dari Mekah menurut al¬Bazzi dan Qunbul 3. Ibn Amir dari Damascus menurut Hisham dan Ibn Dakwan 4. Abu Amr dari Basra menurut al¬Duri dan al¬Susi 5. Asim dari Kufa menurut Hafs dan Abu Bakr 6. Hamza dari Kufa menurut Khalaf dan Khallad 7. Al¬Kisai dari Kufa menurut al Duri dan Abul Harithn Pada akhirnya 3 sistem bertahan, sistemnya Warsh (d. 812) milik Nafi dari Medina, Hafs (d. 805) milik Asim dari Kufa, dan al¬Duri (d. 860) milik Abu Amr dari Basra. Jaman sekarang, dua versi nampaknya digunakan versi Asim dari Kufa lewat Hafs, yg diberikan ijin resmi dgn diadopsi sbg Quran edisi Mesir thn 1924; dan milik Nafi lewat Warsh, yg digunakan di bagian=bagian Afrika selain Mesir. Charles Adams mengingatkan kita: Perbedaan antara ketujuh versi ini mencakup perbedaan teks tertulis dan lisan maupun perbedaan ayat¬ayat Quran, yg perbedaannya –walau tidak besar¬ tetap penting. Mengingat versi¬versi berbeda ini berlawanan dgn doktrin (bahwa Quran = sempurna), Muslim sering membelanya dgn mengatakan bahwa perbedaan ketujuh versi ini hanya berarti 7 versi pembacaan. Tapi cara dan teknik pembacaan/pelafalan Quran adalah hal yg sama sekali berbeda. Guillaume juga merujuk pada variasi versi ini sbg "tidak terlalu penting." Contoh, kedua ayat terakhir surah LXXXV, Al Buraj, berisi: (21) hawa qur’anun majidun; (22) fi lawhin mahfuzun atau mahfuzin? Syllable yg terakhir diragukan. Kalimat ini bisa berarti "It is a glorious Koran on a preserved tablet". Tapi bisa juga berarti "It is a glorious Koran preserved on a tablet." Nah, kalau Quran mengandung pemotongan/pengurangan syllable, bukankah ini berarti bahwa bisa saja Quran mengandung tambahan syllable, bukan? Otentisitas ayat¬ayat Quran bahkan diragukan oleh Muslim sendiri. Golongan Kharijit, pengikut Ali dlm sejarah permulaan Islam, menyatakan surah Yusuf bersifat menghina, cerita erotis yg tidak pantas dimuat dlm Quran. Hirschfeld mempertanyakan otentisitas ayat¬ayat ttg nama¬nama Muhamad. Ia khususnya mencurigai kata ‘Praised/Terpuji’, bagi nabi. Kata itu bukan kata yg layak dipakai. Bell dan Watt memeriksa amandemen dan revisi Quran dan mengatakan bahwa ketidaksamaan gaya dlm Quran adalah bukti bahwa Quran mengalami banyak perubahan. Syair¬syair (rhymes) tersembunyaitu, dan anak¬anak kalimat (rhyme phrases) yg tidak dirajut dalam tekstur anak kalimat, syair¬syair yg tiba¬tiba berubah; repetisi kata/anak kalimat dlm ayat¬ayat yg berdekatan (repetition of the same rhyme word or rhyme phrase in adjoining verses); intrusi subyek yg sama sekali terpisah dari tema ayat yg homogen; perbedaan penanganan subyek yg sama dlm ayat yg berdekatan, sering dgn repetisi kata¬kata dan anak¬anak kalimat; pause dlm konstruksi gramatik yg mempersulit penjelasan (exegesis); perubahan tiba¬tiba dlm panjangnya ayat; perubahan tiba¬tiba dlm situasi dramatik, dgn penggantian dari kata benda tunggal ke jamak, dari kata¬ subyek¬kedua ke kata¬subyek¬ketiga; pernyataan¬ pernyataan yg saling bentrok; satu ayat bisa mengandung anak kalimat yg berbeda penanggalannya, ayat baru dicampur dgn ayat lama dsb dsb. Pakar Islam beragama Kristen,al¬Kindi, yg menulis sekitar 830M, menulis kritik terhdp Quran yg mirip dgn diatas : Anda dapat melihat bagaimana dalam Quran, cerita¬cerita sejarah saling campur baur; tanda bahwa banyak tangan telah mengerjakan Quran dan mengakibatkan kejanggalan, menambahkan atau memotong apa yg mereka suka dan tidak suka. Itukah kondisi sebuah wahyu yg diturunkan dari surga? Skeptisisme NaraSumber Sejauh ini, bukti penyusunan Quran didapatkan dari Hadis (biografi Muhamad). Muhamad wafat thn 632M. Material paling dini ttg kehidupannya ditulis oleh Ibn Ishaq pd thn 750M, dgn kata lain, SERATUS DUAPULUH TAHUN setelah kematian Muhamad. Karena karya asli Ibn Ishaq ini hilang dan hanya tersedia sebagian dlm tulisan Ibn Hisham yg wafat 834M, 200 tahun setelah kematian Muhamad, OLEH KARENA ITU OTENTISITAS KARYA IBN ISHAQ ITU TIDAK TERJAMIN. Hadis ini adalah koleksi pernyataan dan perbuatan nabi yg ditulis oleh sahabat¬sahabatnya yg bisa ditelusuri kembali kpd nabi dgn mata rantai yg disebut ‘isnad.’ Hadis ini termasuk cerita penyusunan Quran. Ada 6 koleksi otentik yg diterima Muslim Sunni, yaitu koleksi Bukhari, Muslim, Ibn Maja, Abu Dawud, al¬Tirmidhi dan al¬Nisai. Perlu ditekankan bahwa narasumber ini hidup jauh setelah Muhamad. Bukhari sendiri wafat 238 tahun setelah kematian Muhamad, sementara al¬Nisai wafat 280 tahun sesudahnya!
Posted on: Mon, 05 Aug 2013 08:51:55 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015