*Menguak Misteri Gadjah Mada* Pernahkah anda berpikir bagaimana - TopicsExpress



          

*Menguak Misteri Gadjah Mada* Pernahkah anda berpikir bagaimana Islam dan bahasa Melayu 60% serapan dari bahasa Arab dapat tumbuh subur di Nusantara? Di duga ada peran tak langsung dari politik Gajah Mada di Kerajaan Majapahit yang nota bene bukan kesultanan Islam. Bahkan Gayatri Rajapatni (arsitek politik Majapahit) pun kaget dan kagum atas kemampuaan politik Gajah Mada yang baginya dianggap sudra misterius. Gajah Mada memiliki wawasan yang luas, bahkan di luar nalar pejabat Majapahit saat itu. Ada beberapa politik Gajah Mada yang luar biasa, yang akhirnya membawa kejayaan bagi Majapahit di Nusantara, seperti : 1) Memperluas wilayah Majapahit dengan menundukkan Kerajaan-kerajaan di Nusantara, saat beliau di lantik menjadi Maha Patih, dengan tekad Sumpah Palapa ( Tan ayun amukti Palapa- tidak buka puasa sebelum tercapai cita-cita, itu adalah puasa ala nabi Daud AS.) 2) Menyusun kitab hukum “Kutara Manawa sastra” yang meniru Al Qanun al Azazi (kitab Hukum syariat Islam) 3) Menerapkan Politik Bahasa penduduk, yaitu : Bagi Pribumi Jawa adalah Bahasa Jawa, dan bagi orang luar Jawa (seberang ) adalah Bahasa Melayu Islam (dengan merombak Bahasa Melayu kuno yang bercampur Bahasa Sansekerta). Politik Bahasa ini menyebar di seluruh Nusantara : dari Pattani , Champa, Vietnam, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Sulu (Moro Philipina), Darwin Australia, dan semua negeri-negeri polinesia dan micronesia pasifik. Ketika politik tersebut di terapkan setahap demi setahap, Gayatri Rajapatni kaget dan terheran-heran, karena beliau lah yang mengajari Gajah Mada dalam berpolitik Pada saat Gajah Mada akan mencaplok Bali, Gayatri khawatir atas dominasi peran orang-orang Islam di Majapahit, meskipun muslim adalah penduduk minoritas. Apa lagi setelah di cetaknya Koin dinar emas kerajaan Majapahit yang memuat kalimat syahadat-meski jumlahnya tidak banyak, yang di gunakan untuk alat tukar kepada Aceh, Arab dan India yang muslim. Ada tiga golongan dalam Masyarakat di Tuban, Surabaya, Kotabaru (dusun baru tanpa nama-bisa jadi kini disebut Luk rejo Lamongan ) dan kota raja Majapahit, yaitu: 1. Kaum Muslim yang menguasai pelabuhan dan perdagangan (pribumi, Arab, India dan keturunan campur). 2. Pendatang Cina suku Tang (juga muslim). 3. Pribumi Jawa Hindu-Budha yang tidak pakai baju, rambut terurai acak-acakan atau di gelung, berciri wajah jelek (jarang mandi). Memang pada abad pertengahan tidak aneh apabila dalam kerajaan besar yang bukan kesultanan Islam memiliki jendral atau perdana menteri seorang muslim. Seperti kerajaan Cina, kaisar Yong le yang memiliki Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam. Tetapi dalam kasus Majapahit, Gajah Mada sengaja menyembunyikan identitas diri dan keluarganya demi keselamatan nyawanya dari saingan politiknya. Diduga Gajah Mada menjadi seorang muslim ketika beliau menjadi bhayangkara, atau mungkin beberapa saat sebelum menjadi Maha Patih. Itulah sebabnya, kenapa Gajah Mada memilih bertempat tinggal di luar kompleks kraton. Tentu agar dia bisa bebas melaksanakan ibadahnya tanpa diketahui pihak istana selain juga memudahkan rakyat jelata berhubungan dengan beliau, tanpa mengenal protokoler kasta. Gajah Mada pun memisahkan antara keyakinan pribadi dengan tugas Negara. Beliau menghargai Gayatri Rajapatni yang beragama Budha, dan atas desakan Mayoritas Masyarakat Hindu Jawa, maka Gayatri diizinkan oleh Gajah Mada untuk di-Hindukan melalui pembuatan patung dan candi (baca buku Earl Drake “ Gayatri Rajapatni”). Sejarah diungkap bukan untuk bernostalgia atau menina bobokan bangsa dalam mimpi yang tidak berakhir. Sejarah adalah langkah pendorong terciptanya semangat baru untuk masa depan.
Posted on: Sat, 14 Sep 2013 07:59:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015