Nelayan Pantura Hadapi Berbagai - TopicsExpress



          

Nelayan Pantura Hadapi Berbagai Masalah ___________________________________ SEMARANG — Nelayan di Pantura dihantam berbagai masalah di laut. Selain gelombang tinggi yang mengancam, keterbatasan peralatan dan persaingan dengan kapal ikan asing menjadi berkurangnya pasokan ikan. Pemantauan Media Indonesia di Pantura Minggu (8/9), tempat pelelangan ikan (TPI) di beberapa pelabuhan perikanan di sepanjang Pantura Brebes-Rembang, Jawa Tengah, masih sepi. Ribuan kapal dan perahu nelayan juga bersandar di pelabuhan karena gelombang laut Jawa masih tinggi di atas tiga meter. Para nelayan juga memilih menyandarkan kapal dan perahunya di beberapa dermaga dan muara sungai, waktu senggangnya dipergunakan untuk memperbaiki kapal dan jaring, sedangkan sebagian lagi memilih mencari pekerjaan baru dengan menjadi kuli angkut, tukang becak atau tukang batu untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Ya hanya ini yang bisa saya kerjakan saat tidak bisa melaut akibat gelombang tinggi, karena keluarga membutuhkan nafkah," kata Maryono,48, nelayan di Pekalongan yang memilih menjadi tukang becak. Hal senada juga diungkapkan oleh Sujudi,39, nelayan di Wedung, Demak yang memilih menjadi tukang batu di Semarang untuk memenuhi kebutuhan hidup selama tidak dapat melaut. Meskipun hanya beberapa kali ketemu kapal asing, ujar Sujudi, namun para nelayan di Indonesia tidak dapat berbuat banyak, apalagi keberadaannya juga sulit terpantau. "Kalau ketemu kami biasanya hanya diam, apalagi mereka juga pakai bendera Indonesia," tambahnya. Tidak jauh berbeda Muslimin,42, nelayan di Juwana, Pati yang memilih menjadi kuli angkut di Pasar Johar Semarang bahwa mengisi waktu luang dipergunakan untuk mencari nafkah dengan menjadi kuli panggung, karena dalam kondisi gelombang tinggi nelayan tidak dapat mencari ikan sama sekali. Bahkan tidak hanya saat gelombang tinggi, kata Muslimin, nelayan di Pantura juga dihadapkan oleh kondisi sulit karena keterbatasan peralatan penangkap ikan, menjadikan para nelayan kalah bersaing dengan kapal-kapal ikan modern yang biasanya dimiliki oleh kapal asing. "Saya sering bertemu dengan nelayan dari Malaysia atau Jepang ketika di tengah laut, terutama di perbatasan di daerah Kalimantan atau Sulawesi, mereka mempunyai jaring patrol yang besar, sehingga sekali tarik dapat mencapai puluhan ton," kata Muslimin. Wali Kota Pekalongan Basyir Achmad membenarkan kesulitan nelayan di pantura tersebut, bahkan nelayan asal Pekalongan untuk mencari ikan tidak dapat hanya berlayar di perairan Laut Jawa, tetapi sebagian besar memilih di Laut Indoneia bagian timur. Selain harus melawan gelombang tinggi, demikian Basyir Achmad, para nelayan di pantura terutama Pekalongan harus bersaing dengan nelayan asing yang kerap dijumpai di laut, sehingga hal ini mengancam sumber perairan Indonesia jika tidak segera diatasi. "Nelayan kami biasanya baru tiga bulan sekali pulang, hasil tangkapan banyak dijual di laut baik kepada pedagang di beberapa daerah ataupun di kapal asing, karena jauhnya daerah penangkapan," kata Basyir Achmad. Karena semakin sulitnya di laut ini, menurut Basyir Achmad, pemerintahnya harus melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan ikan, yakni melalui budidaya dengan memanfaatkan lahan sawah yang terendam rob. "Bahkan dari budidaya ini dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor," ujarnya. Courtesy©Media Indonesia(akhmad Safuan)
Posted on: Sun, 08 Sep 2013 12:12:05 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015