#PeNunduKan diRi terhadap suAmi...# Pengertian Penundukan - TopicsExpress



          

#PeNunduKan diRi terhadap suAmi...# Pengertian Penundukan Diri Menurut kamus Webster’s, arti kata “penundukan diri” berasal dari bahasa Latin “Submittere” dan dalam bahasa Inggris “Submission” yang memiliki beberapa arti sebagai berikut (1a) Suatu persetujuan yang legal untuk mematuhi suatu keputusan para wasit (1b) Suatu tindakan kepatuhan atas sesuatu (untuk pertimbangan atau inspeksi); sesuatu yang dikumpulkan (sebagai suatu manuskrip). 2. Kondisi menjadi patuh, rendah hati atau tunduk. 3. Suatu tindakan dari kepatuhan pada otoritas atau kontrol yang berikutnya. Bila dihubungkan dengan hal rohani, penundukan diri berarti kondisi yang secara sukarela berserah satu sama lain dan menyerahkan rencana-rencana dan tujuan-tujuan seseorang kepada orang lain. Penundukan diri membawa seseorang berada di bawah kepemimpinan orang lain. Sebagai umat Tuhan, penundukan diri kepada Tuhan berarti kesediaan untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya serta mau dipimpin oleh-Nya. Untuk memiliki penundukan diri tidaklah mudah karena membutuhkan kerendahan hati. Alkitab dengan tegas menyatakan, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (1 Petrus 5:5b). Namun di zaman sekarang ini sulit rasanya menemukan orang yang punya kerendahan hati. Kebanyakan orang cenderung menjadi congkak dan suka membanggakan diri sendiri, apalagi kalau ia kaya atau berpangkat. Saat kita tunduk kepada Tuhan berarti kita mengikuti jalan-jalan-Nya dengan setia, serta mau dibentuk dan dikoreksi. Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita sehingga kita pun beroleh kekuatan untuk melewati setiap pencobaan demi pencobaan yang diizinkan terjadi. Arti Penundukan Diri Antara Suami Istri Surat Efesus 5:21 katakan, “Dan rendahkan dirimu seorang akan yang lain di dalam takut akan Kristus.” Sebenarnya dalam ayat yang singkat ini ada 6 (enam) hubungan yang mempraktikkan hal ini yaitu suami, istri, anak, orang tua, pekerja, pimpinan. Dalam artikel ini, kita akan fokus menyoroti penundukan diri dalam hubungan suami istri. Perintah ini berhubungan dengan penundukan diri timbal balik (saling menundukkan). Istri tunduk kepada suami “seperti untuk Tuhan” dan suami mengasihi istrinya “Seperti Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” 3 (tiga) pengertian tentang penundukan diri antara suami dan istri, sebagai berikut: 1. Penundukan Diri Berarti Saling Mendahulukan Adalah lebih mudah untuk menyatakan kalau Saudara menyayangi pasangan Saudara dan berkomitmen mau saling menerima dan mengasihi sebagai suami dan istri dalam sebuah pemberkatan nikah. Namun bagaimana dengan tahun-tahun setelah itu? Apakah Saudara dapat membayangkan beberapa tahun yang terlewati seandainya hubungan Saudara sebagai suami istri menghargai satu dengan yang lain? Hal ini bukanlah dilihat dari fungsi keromantisan namun sebuah fungsi kemauan. Inilah keputusan yang dapat Saudara buat dan menjadi suatu gaya hidup Saudara. Hal ini menuntut Saudara untuk membina hubungan satu dengan yang lain dengan jujur, lebih mudah dan lebih natural dan tidak egois. Pada saat Saudara memasuki pernikahan, harapan indah nampaknya tidak sulit namun dalam kenyataan hidup sehari-hari, hal tersebut tidaklah mudah. Kalau hubungan tersebut masih tetap terjaga dengan baik, itu semua karena ada Yesus yang hidup bersama Saudara. Yesus yang sebenarnya mengubah Saudara dan mengizinkan Saudara untuk saling menghargai satu dengan yang lain setelah cahaya pernikahan tersebut mungkin mulai “pudar” ataupun “hampir hilang.” Dengan menghargai satu dengan yang lain berarti Saudara membutuhkan belajar satu dengan yang lain. Saudara mengenal satu dengan yang lain dengan baik walaupun pasangan Saudara adalah ciptaan Tuhan yang unik dan kompleks. Sebagai penerapannya, Saudara dapat saling belajar seperti sebanyak Saudara membaca majalah favorit Saudara atau menonton pertunjukan TV favorit Saudara. Tanyakan pada diri Saudara sendiri beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang membuat pasangan Saudara benar-benar bahagia? Apa yang menyentuh hati pasangan Saudara? Apakah keinginan terdalam pasangan Saudara? Dengan demikian, tunduk pada suami bukan berarti tunduk dengan perasaan gentar dan ngeri yang disebabkan oleh ketakutan, dan merasa tidak aman, namun dengan sengaja membuang kepentingan diri sendiri yang didasari oleh roh yang penuh kerelaan dan kerjasama. Penundukan diri tidak pernah dipaksakan dari luar karena penundukan diri dipilih secara bebas dan diberikan dengan rela. 2. Penundukan Diri Berarti Saling Bertanggung Jawab Penundukan diri berarti bahwa istri mengakui kepemimpinan suaminya sebagai pemimpin dan penuntun rohani bagi keluarganya. Tunduk berarti mengakui, meneguhkan dan mendukung tanggung jawab yang diberikan Allah kepada suaminya atas seluruh kepemimpinan keluarga. Saling bertanggung jawab bukan sama dengan mencari-cari kesalahan pasangan kita, namun saling bertanggung jawab berarti saling penundukan diri dalam aspek-aspek tertentu dalam hidup Saudara (biasanya bagian yang paling lemah dari kehidupan Saudara). Saudara menundukkan bagian-bagian tersebut agar didorong, dikuatkan, dikoreksi, didoakan oleh pasangan Saudara karena Saudara saling memperhatikan. Penundukan diri satu dengan yang lain melalui tanggung jawab adalah bagian paling penting dalam membuat pertumbuhan dan kedewasaan rohani satu dengan yang lain. Tentu hal ini akan menuntut sejumlah masukan-masukan yang harus diterima dan kepercayaan yang akan didapat. Melalui hubungan pernikahan yang baik, Saudara mendapatkan suatu tempat yang baik untuk mempraktikkan tanggung jawab dengan pasangan Saudara. Suami istri yang serius mau mengikuti teladan Kristus harus bersedia memikul tanggung jawab mereka atas tindakan mereka tanpa menyangkalnya, bersembunyi darinya, atau melemparkan kesalahan kepada pasangannya. Mereka perlu menyadari bahwa karena mereka manusia, mereka bisa saja sekali-sekali akan gagal tetapi tidak perlu menjadi penyebab rasa malu atau bencana. Hubungan yang ditegakkan di atas kasih Kristus akan menciptakan lingkungan yang siap dengan pengampunan dan dukungan. Setiap suami yang dengan jujur berusaha mengasihi istrinya “seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya” akan mendapatkan istrinya di sisinya siap dan antusias menolongnya untuk berhasil. Apakah ada istri yang bijaksana dapat lalai merespons terhadap suaminya yang sungguh mengasihinya, mengayominya, melindunginya, menafkahinya, memberikan dirinya? 3. Penundukan Diri Berarti Saling Menghargai Saling menghargai antara suami istri dapat ditunjukkan dalam cara-cara yang berbeda. Menyediakan waktu untuk mendengar pasangan Saudara dan mengatakan yang ada dalam hati Saudara adalah salah satu cara menunjukkan penghargaan. Contohnya, akan lebih mudah setelah sehari bekerja penat, Saudara dapat membatasi percakapan dan menanyakan hal-hal sederhana seperti, “Makan apa petang ini?” dan “Apa yang ingin kita lakukan sore ini?” Daripada Saudara saling berargumentasi tentang hal-hal tertentu di waktu yang “melelahkan.” Memang akan lebih sulit namun lebih sehat kalau Saudara dapat saling bertanya, mendiskusikan masalah-masalah, dan mendengarkan dengan sungguh satu dengan yang lain pada waktu yang tepat. Kalau Saudara lebih suka membaca atau menonton TV atau pun hiburan, daripada saling bercakap-cakap dengan penuh makna, maka pasangan Saudara akan merasakan kurangnya penghargaan. Bukankah menghargai satu dengan yang lain lebih penting daripada tontonan/hiburan TV? Cara yang lain untuk menunjukkan penghargaan pada pasangan dapat ditemukan pada saat Saudara mengambil keputusan. Tidaklah menghargai jika ada manipulasi di antara pasangan untuk mencapai sasaran yang diinginkan karena dapat menimbulkan perlakuan yang dingin dan mendiamkan, menimbulkan kebohongan dan memberikan bantuan yang tidak sepenuhnya. Adalah lebih baik jika Saudara bisa membuat keputusan dengan pasangan Saudara setelah Saudara dapat menyetujui dengan jujur tanpa manipulasi.
Posted on: Thu, 29 Aug 2013 03:03:02 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015