Perang Vietnam: Perang yang Tidak Diinginkan oleh Amerika - TopicsExpress



          

Perang Vietnam: Perang yang Tidak Diinginkan oleh Amerika Serikat Latar Belakang Perang Vietnam adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yaitu Komunis dan Liberal. Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan USSR dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis.1 Kehebatan perang Vietnam juga ditunjukan oleh beragam persenjataan yang digunakan kedua belah pihak. Dari persenjataan primitif hingga bom udara canggih digunakan untuk menjebak, membunuh dan mengalahkan musuh. Sangat tidak seimbang bila dilihat dari persenjataan antara Utara dan Selatan namun dari semangat justru faktor ini yang menentukan. Terbukti Amerika Serikat meninggalkan Vietnam dan tentara Utara dapat melenggang masuk ke Selatan.2 Setidaknya Amerika “terpaksa” terlibat lebih dalam di Perang Vietnam ini, manakala kekuatan udara yang bermarkas di Jepang dilibatkan untuk bergerak maju dan menyerang sasaran di Utara. Diawali pengerahan kekuatan udara dan pangkalan di Okinawa, Jepang untuk bergerak maju ke Danang, Vietnam Selatan pada 31 Januari 1965, Amerika mulai melibatkan jet tempur jenis F-105. Pengerahan kekuatan udara dari Tactical Fighter Wing ke 18 ini menunjukan kekhawatiran Amerika dalam menghadapi Vietnam Utara yang bersemangat bergerak ke Selatan.3 Pada akhir 1963, Amerika Serikat mengirimkan 16.300 orang tentara, serta bantuan senilai $ 500 juta. Namun demikian, tentara Amerika tidak masuk ke wilayah Vietnam Utara, mereka hanya memerangi tentara Vietnam utara yang masuk ke perbatasan. Pertengahan 1964, 56.000 orang tentara Vietnam utara menyerang perbatasan Vietnam selatan. termasuk menyerang kapal- kapal perang Amerika Serikat di teluk tonkin. Amerika menanggapi perang ini lebih serius lagi. Secara total, Amerika Serikat mengirimkan lebih dari 500.000 orang prajuritnya untuk membantu Vietnam Selatan. Sejumlah Negara kawan-kawan Amerika Serikat juga terlibat. Secara moral, Amerika dan Vietnam Selatan sudah kalah pada tahun 1968. Pada januari 1968 vietnam utara menyerang saigon dengan tet offensive nya. Penyerangan ini sangat mengguncang kepercayaan diri amerika karena ternyata musuh yang diremehkan itu bisa melakukan penyerangan yang sedemikian hebatnya. Perang berakhir pada tahun 1975, saat tentara Vietnam Utara memasuki ibukota Vietnam Selatan, Saigon. Pukul 8.35 pagi, warga Amerika terakhir, beserta 10 orang marinir Amerika terakhir meninggalkan Kedutaan Amerika di Saigon. Pukul 11 siang, bendera Vietnam Utara dikibarkan di Istana Presiden Vietnam Selatan. Banyak para pejabat Vietnam Selatan yang tidak sempat melarikan diri dieksekusi di jalanan.4 Perang Vietnam sendiri sebenarnya bisa dibilang Unwanted War, Perang yang Tidak Diinginkan. Kongres yang merasa perlu membendung pengaruh komunis di Asia. Pihak militer sendiri sebenarnya enggan berperang di Vietnam. Berkaca pada hasil Perang Korea tentunya. Mereka harus berperang di ”rumah” musuh dengan taktik yang belum pernah dicoba. Bisa dibilang, perang Vietnam merupakan pertama kalinya Amerika merasakan ganasnya perang Gerilya.5 Kita akan mengakaji lebih jauh mengenai perang Vietnam yang telah dijelaskan secara umum diatas. Mengenai apa yang sebenarnya melatar belakangi perang Vietnam? Siapa aktor yang memerangi dan diperangi? Dan apa solusinya agar perang seperti itu tidak terulang? Sejarah perang selalu bercerita tentang kehancuran, kerusakan, juga tentang penderitaan warga sipil yang tidak berdosa yang terjebak didalamnya. Tapi tidak jarang pula bercerita tentang keberanian-keberanian para tokoh yang berjuang untuk mendapatkan keadilan tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih jauh mengenai perang Vietnam, pemicu perang, aktor yang bermain di dalam perang Vietnam, dengan harapan dapat memberikan solusi agar perang yang selalu memnghadirkan kekacauan dan kesedihan tidak lagi terulang kembali. Masa Kolonialisasi: Latar Belakang Terjadinya Perang Vietnam Pada saat Perang Dunia II baru berakhir, terdapat gejala bahwa Negara-negara yang masih terjajah dikuasai semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Keinginan ini juga dimiliki oleh Ho Chi Minh, pemimpin Viet Minh, yang merupakan gerakan populer yang beranggotakan orang-orang katolik, budha, pengusaha kecil, orang-orang Komunis dan para petani untuk memerdekakan diri dari kolonialisme Perancis. Sebelum masa penjajahan Perancis, Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan pada tahun 938. Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam tidak berhenti menentang serangan pihak asing. Pada abad ke-19, Vietnam menjadi wilayah jajahan Perancis. Perancis menguasai Vietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di IndoChina mulai dari tahun 1840an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi penguasaan industri Inggris. Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangat nasionalisme dan ingin kemerdekaan dari Perancis. Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok- kelompok nasionalis, tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka. Permintaannya ditolak dan Vietnam dan seluruh IndoChina terus menjadi jajahan Perancis. Semasa Perang Dunia II, Office of Strategic Services atau OSS (kini CIA) memberikan bantuan ketentaraan kepada Ho Chi Minh. Selepas Perang Dunia II, Amerika Serikat melihat Viet Minh dengan kesangsian, karena pegangan Komunisme Viet Minh. Walaupun demikian, pegawai-pegawai OSS masih ditugaskan untuk tujuan penyelarasan dengan Viet Minh. OSS memberikan bantuan kepada Viet Minh untuk mengurus pengiriman pulang anggota tentara Amerika yang telah menjadi tawanan perang Jepang dan ditahan di Vietnam. Pada 26 September 1945, Lt. Col. A. Peter Dewey seorang pegawai OSS ditembak mati oleh Viet Minh, menjadikan beliau anggota tentara pertama terbunuh di Vietnam. Dengan tercetusnya Perang Korea, Presiden Harry S. Truman meningkatkan bantuan ketentaraan kepada kerajaan Perancis untuk memungkinkan kemenangan Perancis mengatasi pemberontakan oleh Viet Minh. Harry S. Truman mengumumkan “acceleration in the furnishing of military assistance to the forces of France and the Associated States in Indochina…” dan mengirim 123 orang pegawai tentara ke Vietnam untuk membantu Perancis dalam perang. Pada tahun 1951, Presiden Harry S. Truman membuat sumbangan $150 juta untuk membantu membiayai perang Perancis di Vietnam. Presiden Dwight D. Eisenhower menggunakan kuasa Tentara Amerika Serikat untuk membantu pertumbuhan sebuah Negara bukan Komunis di Vietnam Selatan. Eisenhower sangat risau akan kejayaan pihak Komunis dalam perluasan pengaruhnya di Asia Tenggara. 142,000 orang anggota tentara Amerika Serikat terbunuh di Korea dalam usaha penghadangan Komunisme di Semenanjung Korea. Di Malaya, Eisenhower melihat Tentara Inggris dan anak-anak Malaya bergelut menentang pemberontakan oleh Partai Komunis Malaya. Amerika Serikat melihat ini sebagai bagian dari raencana besar Komunisme untuk berpijak dan menularkan pahamnya ke seluruh pelosok dunia. Eisenhower tidak ingin pengorbanan besar di Korea akan menjadi sia-sia sekiranya Komunisme berhasil menguasai Asia Tenggara. Tetapi Eisenhower menghadapi kesukaran mendapatkan dukungan publik untuk melibatkan diri dalam satu lagi peperangan selepas Perang Korea. Dwight D. Eisenhower menggunakan pasukan-pasukan kecil “penasihat tentara” yang disebut Kumpulan Bantuan Penasihat Tentara (Military Assistance Advisory Group) ataupun MAAG ke Vietnam Selatan untuk membantu Vietnam Selatan menentang Komunisme. Pada 1 November 1955, Dwight D. Eisenhower mengirim rombongan pertama MAAG ke Vietnam Selatan untuk memberikan latihan kepada Tentara Vietnam Selatan (ARVN). Ini merupakan permulaan campur tangan resmi Amerika Serikat di dalam perang Vietnam. Pada 8 Julai, 1958, Charles Ovnand and Dale R. Buis menjadi anggota MAAG pertama terbunuh semasa bertugas di Vietnam. Pada akhirnya, Kelompok Viet Minh berhasil mendapat dukungan dan mengusir Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang. Pemerintah Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengirim tentara ke IndoChina sebagai pasukan yang berkuasa secara de facto di kawasan tersebut. Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu menaklukan Perancis dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis. Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan pergerakan nasionalis di kalangan rakyat Vietnam. Pada akhir Perang Dunia II, Vietnam diberikan kemerdekaan oleh pihak Jepang. Ho Chí Minh kembali ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh kekuasaan asing. Ho Chi Minh mengharapkan bantuan Amerika untuk bisa lepas dari Perancis dan menegaskan bahwa dirinya bukan Komunis. Ho Chi Minh mengharapkan negara Amerika Serikat akan menyokong negara baru di Vietnam, walaupun negara baru itu sebuah negara di bawah pengaruh Komunis. Harapan beliau Amerika Serikat akan mengkotakan ucapan-ucapan Franklin D. Roosevelt yang menentang kolonialisme Eropa selepas Perang Dunia II. Franklin D. Roosevelt ingin agar rakyat negara-negara Dunia Ketiga menentukan nasib mereka sendiri. Ho Chi Minh pun mengirimkan surat terpisah kepada dua belas petinggi gedung putih dan juga ke komisi luar negeri senat AS agar mereka memahami atau memberi dukungan moral untuk menyuarakan perjuangannya lepas dari kolonialisme Perancis. Namun AS tidak membaca suratnya dan menolak permintaan bantuannya dan justru melibatkan diri di Vietnam dengan membantu Perancis. Di bawah pimpinan Harry S. Truman, Amerika Serikat tidak membantah Perancis menduduki semula tanah-tanah jajahannya, termasuk Vietnam, selepas tamat perang. Amerika bahkan menawarkan ke pihak prancis dua bom atom, yang dengan penuh maaf ditolak oleh Perancis. Setelah gagal mendapatkan bantuan dari Amerika, akhirnya Ho Chi Minh berpaling mencari bantuan ke pihak Komunis (Uni Soviet dan Cina).1 Terpecahnya Vietnam Ho Chi Minh berhasil mengalahkan lawannya dalam pertempuran di Dien Bien Phu, 7 Mei 1954 dengan kemenangan telak. Setelah kemenangan tersebut, diadakan perundingan di Jenewa antara pihak Viet Minh dan Perancis, dan mereka menandatangani beberapa kesepakatan. Kesepakatan penting dalam perjanjian tersebut membagi Vietnam untuk sementara waktu menjadi 2 dengan garis lintang 17 derajat sebagai batas. Orang-orang Komunis di bawah Ho Chi Minh mendapatkan mendapatkan bagian utara, sedangakan rezim Bao Dai diberi wilayah selatan. Dalam perundingan tersebut juga disepakati tentang penyelenggaraan pemilu akan diselenggarakan dua tahun lagi untuk menyatukan kembali Negara tersebut. Amerika serikat menentang penyelenggaraan pemilu nasional karena khawatir Ho Chi Minh akan keluar sebagai pemenang. Oleh karena itu, AS menolak untuk menandatangani persetujuan Jenewa. Bagi Amerika, jika pemilu nasional diadakan bulan 1956 dan jika Viet Minh tidak berkeberatan hampir bisa akan menang. Itulah mengapa AS berusaha membekengi Vietnam selatan untuk menolak pemilu tersebut. Semua orang yang memahami masalah indocina selalu mengatakan bahwa jika pemilu diselenggarakan di masa perjuangan, kemungkinan 80 persen penduduk akan lebih memilih Ho Chi Minh sebagai pemimpin mereka. Dalam usahanya mengalahkan Ho Chi Minh, CIA menempatkan Ngo Dhin Diem yang fasistik untuk menguasai bagian selatan. CIA pun menyebarkan propaganda buruk tentang Ho Chi Minh. Menakut-nakuti orang selatan bahwa Ho sedang mengerahkan orang-orang utara untuk menyerbu ke selatan. Informasi seperti ini diharapkan dapat turut memunculkan dorongan dari warga Amerika agar Amerika secepatnya melakukan tindakan terhadap Ho. Pihak Komunis memang bersiap sedia untuk menyerang Vietnam Selatan, sejak sebelum Perjanjian Geneva ditandatangani. Persiapan ini dibuat sekiranya penyatuan tidak dapat dicapai melalui kemenangan dalam pilihanraya. Ho Chi Minh memerintahkan beribu-ribu orang agen Komunis untuk menyusup masuk ke Vietnam Selatan, dan menyediakan tempat tersembunyi untuk simpanan senjata. Taktik CIA selanjutnya, yakni pada tahun 1954, CIA memanaskan situasi dengan menjalankan Operasi Phoenix sehingga pemilu nasional yang direncanakan berlangsung pada tahun 1956, sesuai dengan persetujuan Jenewa, gagal dilaksanakan. Terdapat 2 pelanggaran terhadap persetujuan Jenewa yang dilakukan oleh pihak selatan. Yang pertama, Ngo Dhin Diem, dibawah perlindungan AS melakukan pelanggaran terhadap persetujuan jenewa dengan menolak berpartisipasi pada pemilu nasional itu. Uni Soviet mengusulkan pemisahan permanen antara Vietnam utara dan Vietnam selatan, menjadi dua Negara yang diakui oleh PBB. Usul ini ditolak oleh AS yang tidak mau mengakui Vietnam yang Komunis. Pada akhirnya diadakan pemilu, namun hanya diadakan di Selatan dan peristiwa ini menandai terbentuknya Republik Vietnam (dikenal luas dengan nama Vietnam Selatan) dengan Ngo Dhin Diem sebagai presiden pertamanya. Pelanggaran yang ke dua terhadap persetujuan Jenewa dilakukan secara langsung oleh AS dengan mengirimkan penasehat-penasehat militernya untuk melatih tentara Republik Vietnam.2 Aksi pertama Diem sebagai presiden adalah mengembalikan lagi tanah yang dibagi-bagikan kepada petani oleh Viet Minh kepada tuan-tuan tanah. Ini tentu sangat menyebabkan penderitaan bagi petani-petani Vietnam. Ditambah pula atas saran Amerika, Diem juga memaksa para petani meninggalkan rumah-rumah mereka dan memindahkan mereka ke pemukiman yang diawasi ketat demi membendung dan menahan aktivitas kaum Komunis. Tindakan Diem ini tentu tidak diterima begitu saja oleh rakyat Vietnam selatan. Rakyat Vietnam selatan melakukan perlawanan mendalam terhadap pemerintahan Diem. Benih-benih kekecewaan inilah yang memicu pembentukan front pembebasan nasional (NLF), pada tahun 1960. NLF adalah sebuah kelompok yang bertekad menjatuhkan Diem dan menyatukan kembali Vietnam. Ho Chi Minh menjadi nadi penting bagi NLF di Vietnam Selatan dan menjadi sasaran serangan udara oleh Tentara Udara Amerika Serikat. NLF dibekali senjata oleh tentara Vietnam selatan melalui terusan Ho Chi Minh. Ho Chi Minh menerima senjata dan peralatan lain dari Uni Soviet dan China melalui Pelabuhan Haiphong. Peralatan dan senjata ini kemudiannya diantar melalui terusan Truong Son (dipanggil terusan Ho Chi Minh oleh pihak Amerika Serikat) kepada NLF dan Viet Cong di Vietnam Selatan. terusan Truong Son ini melalui negara jiran Laos dan Kamboja, dan berakhir kira-kira 50 km di luar Saigon. Hal ini merumitkan keadaan, dan Amerika Serikat tertekan karena tidak dapat menyerang terusan ini tanpa memasuki ataupun menaklukkan kawasan negara-negara tersebut. Dalam masa yang sama, Laos dan Kemboja sendiri menghadapi pemberontakan oleh kumpulan- kumpulan Komunis di negara mereka. Di Laos, kumpulan Pathet Lao dipengaruhi dan dilengkapkan oleh Vietnam Utara. Kamboja secara rahasia membenarkan kawasannya digunakan oleh Vietnam Utara untuk pengiriman senjata kepada pemberontak di Vietnam Selatan. Penentangan terhadap pemerintahan Ngo Dinh Diem semakin kuat dan terbuka, Vietnam Utara mencetuskan satu insurgensi di Vetnam Selatan. Barisan Pembebasan Kebangsaan (National Liberation Front) diurus, dibiayai dan diberikan perbekalan oleh Vietnam Utara. Amerika Serikat, Kesatuan Soviet dan Republik Rakyat China semakin terlibat.3 Satu tahun sebelum Amerika mengangkut pasukan militernya untuk mengibarkan perang, situasi Vietnam makin memanas. Pada tahun 1963, dibawah presiden Kennedy, AS menempatkan penasihat-penasihat militer di Vietnam selatan. Aktor-aktor di Balik Perang Vietnam Pada tahun 1961, presiden AS yang baru dipilih, Kennedy, mengirimkan 100 penasihat militernya yang pertama bersama dengan satu unit khusus dengan 400 tentara ke Vietnam. Pada tahun berikutnya, AS menambah jumlah pasukannya di Vietnam menjadi 11.000 tentara.4 Pada bulan Maret 1965, pesawat tempur AS memulai Operation Rolling Thunder, pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sekitar tiga setengah tahun kemudian, bom-bom dijatuhkan di sekitar Vietnam Utara yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan pada Perang Dunia II.5 Pergantian Presiden dari Kennedy ke Johnson Presiden Kennedy digantikan wakilnya, Lyndon B. Johnson (LBJ), yang dari awal menyadari bahwa konflik di Vietnam akan menyita perhatian politik luar negerinya. Berbeda dengan JFK, maka LBJ lebih tegas dalam masalah Vietnam. Kepada para pembantunya, dia menggariskan harus memenangkan perang di Vietnam ini. Dia mengirim Menhan McNamara ke Saigon karena rejim baru di sana tampaknya semakin lemah dalam menghadapi VC maupun infiltrasi Utara. Akhirnya Jenderal Duong Van Minh (Big Minh) yang mengkudeta Presiden Ngo, digusur dalam kudeta tak berdarah pada awal 1964. Dia digantikan oleh Jenderal Nguyen Khanh. Dapat diduga bahwa AS berada di belakang peralihan rejim Saigon ini. Tetapi Nguyen Khanh pun terbukti tidak mampu mengalahkan VC dan infiltran Utara. Karena itu Washington membuat rencana operasi yang dinamakan Oplan 34-A, yang intinya antara lain meningkatkan upaya menekan musuh, termasuk `memberi pelajaran’ terhadap Vietnam Utara agar menghentikan politik agresinya ke Selatan. Rencana operasi ini berarti apabila perlu, maka AS akan meluaskan peperangan hingga wilayah Vietnam Utara. AS kemudian menyiapkan din untuk melaksanakan Oplan 34-A, seraya menyerukan para sekutunya untuk membantu dengan mengirim pasukan ke Vietnam. Hanya sedikit yang bersedia, yakni Australia dan Korea Selatan. Sedangkan lainnya sekadar simbolik atau menolak. Thailand dan Filipina menyediakan pangkalan udara seperti di Utapao dan Clark. Rencana LBJ untuk membawa perang ke wilayah Vietnam Utara, didukung sepenuhnya oleh Saigon. Pada akhir Juli 1964, pemerintahan Nguyen Khanh mencetuskan dua alternatif: berunding dengan Front Pembebasan Nasional yang merupakan induk politik Viet Cong (VC), atau menyerang Vietnam Utara untuk menghentikan dukungan Hanoi terhadap VC. Sesuai dengan niat Johnson meluaskan perang hingga wilayah Vietnam Utara, maka alternatif yang dipilih adalah yang kedua. Pilihan ini berarti diam-diam mulai melaksanakan Oplan 34-A. Dubes AS di Saigon Jenderal Taylor walau ketika itu belum punya bukti menyusupnya tentara reguler Vietnam Utara ke Vietsel, namun dia mengusulkan kemungkinan pengeboman atau bombing raids terhadap sasaran-sasaran tertentu di Utara.6 Insiden Teluk Tonkin Pada tahap awal, satuan komando Vietsel dengan penasihat militernya melakukan serangan terhadap sasaran-sasaran di pantai Vietnam Utara, yang dicurigai menjadi basis infiltrasi ke Selatan. Kapal perang AS juga mulai aktif berpatroli di Teluk Tonkin, dalam jarak yang dianggap cukup aman dari pantai Vietnam Utara. Operasi laut yang diberi kode De Soto ini, bertujuan untuk mencegah infiltrasi Utara lewat laut, sekaligus melakukan pengintaian elektronik. Sedangkan pesawat terbang AS juga mulai banyak melakukan pengintaian hingga wilayah Laos yang diduga dilalui Ho Chi Minh trail, jalan tikus infiltrasi ke Vietsel. Para pilot dibekali instruksi, jika terancam mereka harus membalas menyerang. Semakin banyaknya kapal perang AS di Teluk Tonkin memang semakin membuka kemungkinan timbulnya insiden dengan kapal Vietnam Utara. Akhirnya hal itu terjadi juga pada 2 Agustus 1964, tatkala kapal perusak Amerika USS Maddox yang berlayar di lepas pantai diserang oleh kapal patroli torpedo Vietnam Utara. Diduga kapal patroli tersebut mengira Maddox tengah membantu suatu serangan komando di pantai. Dua hari kemudian kapal perusak USS Turner Joy juga melaporkan diserang kapal patroli Vietnam Utara, walau laporan ini sebenarnya dinilai meragukan. Tetapi seperti kata pepatah pucuk dicinta ulam tiba, maka kejadian ini pun dibesar- besarkan menjadi apa yang terkenal sebagai “Insiden Teluk Tonkin”. Presiden Johnson dengan dukungan Pentagon, langsung memanfaatkan momentum ini dengan memerintahkan serangan udara balasan terhadap Vietnam Utara. Dua kapal induk yang juga berada di Teluk Tonkin, USS Constellation dan USS Ticonderoga, mengerahkan pesawat pengebom- tempur mereka untuk menghancurkan berbagai sasaran di Vietnam Utara, seperti pangkalan laut, kapal-kapal serta instalasi vital lainnya. Dua pesawat AS ditembak jatuh dari darat, dua lainnya rusak. Tetapi serangan udara hebat ini ternyata tidak membuat Ho Chi Minh takut dan menghentikan infiltrasi bantuan ke Selatan. Bahkan bulan Oktober pasukan VC membalaskan serangan udara tadi dengan menyusup ke pangkalan udara Bien Hoa di dekat Saigon, menghancurkan enam pesawat pengebom B-57 Canbera dan menewaskan sejumlah personel Amerika. Sebaliknya AS juga mengirim pasukan khususnya untuk melakukan supervisi di medan Vietnam, sehingga akhir tahun 1964 jumlah personel militer AS telah mencapai 23.300 orang, sedangkan Vietsel juga meningkatkan jumlah tentaranya hingga dari 500.000 orang. Memasuki tahun 1965, maka situasi perang semakin menghebat. USAF melancarkan berbagai operasi dengan nama sandi Barrel Roll, Flaming Dart, Rolling Thunder dan sebagainya untuk menggempur sasaran-sasaran khusus di Utara, Selatan, maupun Laos. Presiden Johnson yang baru terpilih kembali pada pilpres November 1964 memerintahkan penambahan terus pasukan AS, dan 8 Maret pasukan tempur pertamanya didaratkan, termasuk marinir. LBJ menyatakan tidak yakin bahwa kekuatan udara saja akan mampu memenangkan perang di Vietnam, sehingga dia siap mengirim lebih banyak pasukan darat lagi. Dia juga memberi izin bagi panglimanya di Vietnam, Jenderal William Westmoreland untuk meninggalkan sikap bertahan, dan mulai melancarkan ofensif search and destroy terhadap musuh. Dengan demikian cepat atau lambat, konflik di Vietnam telah menjadi perangnya Amerika, dan hal ini tampak dan terus meningkatnya jumlah kekuatan militer Amerika yang bertugas di Vietnam. Pada akhir 1969 jumlahnya mencapai 475.200 orang, dan sampai saat itu prajurit Amerika yang tewas telah mencapai 40.024 orang. Jumlah pasukan negara-negara sekutu AS mencapai puncaknya, 70.300 orang. Sedangkan dari angkatan bersenjata Vietsel sendiri 897.000, dengan korban tewas sampai saat itu telah mencapai 110.176 orang.7 The Ending: Perang Vietnam yang Semakin “Tidak Populer” Perang Vietnam semakin tidak populer di kalangan rakyat Amerika sendiri serta di dunia internasional, sehingga memaksa Presiden Richard Nixon yang menggantikan LBJ tahun 1969, secara diam-diam memulai perundingan perdamaian di Paris. Namun di lapangan, perang terus berlangsung. Korban tewas di pihak AS sampai akhir 1970 telah mencapai angka 44.245, sementara Vietsel kehilangan 133.522 pasukannya yang tewas. Akhir 1971 jumlah korban tewas Amerika tercatat 45.626, sementara Vietsel 156.260. Nixon juga memerintahkan pengurangan pasukan AS di Vietnam sejalan dengan kemajuan perundingan di Paris. Sehingga pada akhir 1972 jumlahnya tinggal 24.200, sementara yang tewas sampai saat itu tercatat 45.926 personel. Sedangkan Vietsel terus melakukan mobilisasi kekuatan sehingga mencapai lebih dari sate juta orang. Pada akhir 1972 Vietsel telah kehilangan 195.847 pasukannya tewas. Resolusi Konflik Pada 27 Januari 1973 perjanjian perdamaian ditandatangani di Paris oleh AS, Vietsel, Vietnam Utara, dan Viet Cong, dan sebulan kemudian perjanjian perdamaian juga tercapai di Laos. Bulan Maret 1973 penarikan pasukan Amerika dinyatakan telah selesai, dan semua markas MACV (US Military Assistance Command Vietnam) ditutup. Pada waktu bersamaan pihak komunis membebaskan 590 tawanan Amerika. Akhir tahun itu jumlah kontingen militer AS di Vietnam dibatasi hanya 50 orang. Tercatat pada saat itu 46.163 personel AS killed in action di Vietnam, sedangkan Vietsel sudah mencapai lima kali lipatnya atau 223.748 yang tewas. Tahun itu semua pasukan asing lainnya juga telah ditarik dari Vietnam. Sekalipun Perjanjian Paris sudah diteken, namun di lapangan pasukan Vietnam Utara/VC tetap bertempur dengan pasukan Vietsel. Awal Januari 1975 Hanoi memerintahkan ofensif besarbesaran untuk `membebaskan’ Vietsel. Pasukan Vietnam Utara terang-terangan menyerbu lewat perbatasan. Bulan Maret Presiden Vietsel Nguyen Van Thieu yang berkuasa sejak 1967 memerintahkan pengunduran din pasukannya dan kawasan dataran tinggi di Vietnam Tengah. Maksudnya untuk memusatkan pertahanan Vietsel di wilayah sekitar Saigon. Namun ternyata pengunduran diri itu menjatuhkan moril tentara Vietsel, sehingga satu persatu wilayah kekuasaan Vietsel dengan cepat jatuh ke tangan Vietnam Utara, seperti Quang Tri, Hue, Da Nang, Qui Nhon, Nha Trang, dan lain-lainnya. Pada 12 April Nguyen Van Thieu mengundurkan diri, digantikan oleh Jenderal Duong Van Minh sebagai presiden sementara. “Big Minh” didampingi Marsekal Nguyen Cao Ky yang tetap menjadi wapres. Keadaan bertambah kacau. Pesawat AS mengungsikan anak dan bayi yatimpiatu dalam operasi kemanusiaan. Pengungsian juga dilakukan oleh Kedubes AS serta keluarganya dengan helikopter dari Saigon ke kapal-kapal induk AS yang menunggu di Laut China Selatan. Semula akan dilakukan dengan pesawat C-130 Hercules yang disiapkan di pangkalan udara Tan Son Nhut dekat Saigon. Tetapi karena pangkalan ini mulai terjangkau tembakan meriam Vietnam Utara yang sempat mengenai sebuah Hercules, maka Dubes Graham Martin terpaksa memerintahkan semua Hercules terbang dan sebagai gantinya dipakai helikopter. Pada 29 April tentara Vietnam Utara mencapai Saigon. Dua kopral marinir yang menjadi anggota kontingen AS di Saigon terkena pecahan roket pasukan Utara. Mereka adalah anggota militer AS terakhir yang tewas di bumi Vietnam. Pertempuran dan pertumpahan darah hebat memperebutkan kota ini praktis tidak terjadi sebagaimana ditakutkan. Tentara Vietsel sudah jatuh semangat dan morilnya. Tanggal 30 April pasukan Vietnam Utara dengan tank-tanknya mendobrak gerbang istana kepresidenan, dan tragedi perang Vietnam pun berakhir.8 Kesimpulan Perang Vietnam merupakan salah satu dari beberapa konflik semasa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan sekutunya menentang Uni Soviet dan sekutunya. Perang seperti ini disebut sebagai Perang Proksi karena Amerika Serikat dan Uni Soviet sendiri tidak pernah bersemuka secara terang-terangan di medan pertempuran karena khawatir akan meletuskan perang nuklir. Kebijakan AS untuk terlibat dalam Perang Vietnam, dipicu oleh sikap paranoid Amerika terhadap orang-orang Komunis, sebuah keganasan yang konon hanya dimaksudkan untuk mencegah efek domino persebaran Komunisme di Asia Tenggara. Kebijakan ini terus mewarnai pemerintahan AS dari masa Dwight D. EisenHower (1953-1961), John F. Kennedy (1961-1963), Lyndon B. Johnson (1963-1969), hingga Richard M. Nixon (1969-1974), dan baru berakhir di era Gerald R. Ford (1974-1977).1 Pada hakikatnya, perang ini merupakan sebuah penyerbuan terhadap rakyat vietnam, Komunis dan non-Komunis, oleh angkatan perang Amerika. Sebuah invasi terhadap tanah air orang-orang Vietnam dan kehidupan mereka. Dengan kebohongannya, AS menghancurkan Vietnam dalam perang yang panjang dan penuh kekejian dan intervensi yang dilakukannya menjadi sangat massif dalam dua hal, yakni berbohong terus- menerus dan dalam melakukan pembunuhan.2 Sejarah perang selalu bercerita tentang kehancuran, kerusakan, juga tentang penderitaan warga sipil yang tidak berdosa yang terjebak didalamnya. Terlepas dari niatan tulus yang berusaha dipakai sebagai alibi, perang selalu membawa penderitaan. Dunia membutuhkan kedamaian, ketiadaan sekat- sekat yang justru menjadi pemicu konflik yang menyebabkan Negara-negara dengan kelengkapan militer yang maha canggih mengarahkan rudal- rudal penjelajahnya ke arah Negara-negara yang dianggap mereka sebagai musuh. Dunia membutuhkan suatu kebangkitan baru tanpa peperangan. Suatu kebangkitan dengan perdamaian yang menjadikan keselarasan diantara semua Negara. Semua Negara berjalan dalam keselarasan tanpa saling mencurigai. Terlalu idealis kah? Mungkin ya, atau mungkin tidak sampai kita menemukan suatu kemerdekaan yang hakiki. REKHA KERSANA Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pasun
Posted on: Sat, 07 Sep 2013 14:33:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015