Populasi Berkurang, Petani Anggur Mengganggur Selasa, 08/10/2013 | - TopicsExpress



          

Populasi Berkurang, Petani Anggur Mengganggur Selasa, 08/10/2013 | 11:07 WIB Boleh saja anggur menjadi salah satu ikon Probolinggo, disamping mangga dan Angin Gending. Fakta menunjukkan, populasi tanaman anggur terus berkurang. OLEH: IKHSAN MAHMUDI MASA kejayaan tanaman anggur di Probolinggo sudah lewat. Para petani yang menekuni budidaya tanaman anggur terus berkurang. Mereka sempat “mengganggur” kemudian beralih menanam komoditas pertanian lain yang lebih menguntungkan. Nasib tanaman yang menjadi ikon Kota Probolinggo, juga Kabupaten Probolinggo itu semakin memprihatinkan. Dibandingkan anggur, kedua daerah bertetangga itu masih bisa bangga terhadap mangga. Warga Probolinggo juga masih setia disapa Angin Gending, mulai pertengahan hingga akhir tahun. “Populasi tanaman anggur di Kabupaten Probolinggo terus menurun setiap tahun,” ujar Kepala Seksi Budidaya di Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Probolinggo, Bandot Prawoto, Senin (7/10). Dikatakan tren penurunan populasi tanaman anggur terlihat mencolok sejak 2009 silam. Populasi tanaman anggur yang awalnya puluhan ribu batang itu pada 2009 silam tinggal 7.818 batang. Jumlahnya terus berkurang pada 2010 menjadi 5.290 batang, dan pada 2011 menjadi 2.078 batang. “Pada 2012 lalu, tanaman anggur di Kabupaten Probolinggo tersisa 1.300 batang,” ujarnya. Tentu saja berkurangnya populasi tanaman juga membuat produksi buah anggur terus anjlok. Pada 2009 silam produksi buah anggur mencapai 1.134 kuintal, kemudian turun menjadi 884 kuintal pada 2010. Pada 2011 produksi buah anggur menjadi 257 kuintal dan pada 2012 menjadi 119 kuintal. Terkait berkurangnya populasi anggur, Bandot mengatakan, dipengaruhi sejumlah faktor. “Harga anggur saat panen cenderung turun sehingga petani mengeluh karena biaya produksi tidak sebanding dengan hasil yang didapat,” ujarnya. Selain itu perawatan tanaman anggur lebih rumit dibandingkan tanaman lain. Diperlukan pemupukan lebih intens hingga diperlukan pemangkasan daun agar anggur bisa berbunga kemudian berbuah. “Tanaman anggur juga memerlukan para-para, tempat tanaman anggur merambat,” ujar Bandot. Jika para-para dibuat dari bambu, petani harus menggantinya setiap tahun karena keropos terkena panas-hujan dan dimakan rayap. Memang bisa saja para-para dibuat dari pipa besi. Tetapi biaya yang dikeluarkan petani semakin besar sehingga tidak impas dengan hasil panen buah anggur. Bandot menilai, berkurangnya populasi tanaman anggur terutama yang ditanam petani di halaman dan pekarangan rumahnya. Sementara petani anggur dengan skala besar masih bertahan. Dipengaruhi Cuaca Tanaman anggur sangat bergantung pada cuaca. Saat musim hujan, dipastikan menjadi istirahat panjang para petani anggur di Probolinggo. Soalnya, guyuran hujan merontokkan bunga-bunga tanaman anggur sehingga tanaman tidak berbuah. “Kalau pun bisa panen buahnya sedikit dan tanaman anggur rawan terserang embun tepung ( powdery mildew ) dan karat daun,” ujar Ketua Kelompok Tani Anggur Sejahtera, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Mudjiadi. Bahkan pada 2009-2010 silam, petani anggur di Kota Probolinggo istirahat hampir dua tahun. Pemicunya, pada dua tahun tersebut musim kemarau masih disertai hujan (kemarau basah) yang ”tidak bersahabat” bagi tanaman anggur. Kelompok tani yang diketuai Mudjiadi berdiri dan bertanam anggur sejak Februari 2003 silam. Kelompok itu memiliki sekitar 6.000 batang anggur yang tersebar di berbagai kelurahan seperti di Ketapang, Mayangan, Pakistaji, hingga Jrebeng Lor. “Di Ketapang yang merupakan induk dari kelompok tani mempunyai 450 batang anggur,” ujarnya. Alumnus Akademi Bank Malang (ABM), Malang itu menambahkan, di musim hujan para petani anggur dipastikan menganggur. ”Untungnya bertanam anggur bukan satu-satunya pekerjaan petani di Probolinggo. Mereka masih bertanam padi, palawija, mangga, dan tanaman lainnya,” ujarnya. Disinggung jenis anggur yang ditanam kelompoknya, Mudjiadi menyebutkan sangat beragam. “Yang banyak ditanam Red Prince dan Red Globe yang kemudian dinamakan Prabu Bestari dan Probolinggo Super. Selain itu ada anggur Cardinal, Caroline Black Rose, Muskato, Belgie, dan Malaga,” ujarnya. Mudjiadi mengaku, berbangga karena kelompok taninya pernah dikunjungi Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono, 2006 silam. Tidak sebatas memanen anggur, Mentan saat itu juga memberikan bantuan modal kerja kepada petani anggur. *
Posted on: Tue, 08 Oct 2013 05:04:29 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015