Renungan Pagi Hari Ini -- Umat Pilihan oleh Dwight K. Nelson (25 - TopicsExpress



          

Renungan Pagi Hari Ini -- Umat Pilihan oleh Dwight K. Nelson (25 Januari 2014) PEKIKAN DI TENGAH KEGELAPAN Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: Eloi, Eloi, lama sabakhtani?, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Markus 15:33,34). Saya pernah mendengar beberapa jeritan manusia. Sebagai ayah, saya pernah mendengar anak-anak menjerit karena rasa sakit dan ketakutan mereka. Sebagai pendeta, saya pernah berjalan di lorong rumah sakit dan mendengar tangisan rasa sakit yang tertahan di balik pintu-pintu yang tertutup. Namun saya belum pernah mendengar kengerian sesungguhnya jeritan Golgota: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Tangisan (bahasa Yunani megale, dari mana berasal istilah megaphone) dengan suara nyaring ini bukanlah rengekan. Tidak diragukan lagi seperti tangisan-Nya yang terakhir, memekik, melengking dan menderita sekali (Signs of the Times, 14 April 1898). Apakah itu kengerian ditinggalkan Allah di tengah salib? Mungkinkah itu karena mendekatnya kematian kedua yang merambat tanpa suara, yang Yesus rasakan dalam kegelapan--kematian kekal yang sebelum ini belum pernah disaksikan di mana pun di alam semesta? Disebut kematian kedua dalam Wahyu 20:6, dan kematian kekal dalam Roma 6:23, apakah itu kengerian tanpa nama, dari musuh tanpa nama itu, yang memicu jeritan Kristus yang sesunguhnya? Kegelapan gaib kematian yang menyelimuti salib-Nya adalah bukti samar bahwa perpisahan yang Yesus mohon agar tidak terjadi di taman tadi, kini akan segera terjadi. Allahku, Allahku! Bukannya Abba, Bapa.hanya kengerian dari kenyataan bahwa Dia yang bersama-sama dengan-Nya dalam kekekalan telah pergi. Mengapa Engkau meninggalkan Aku? Tapi tidak ada jawaban bagi jeritan itu, meninggalkan keheningan pekuburan dalam kegelapan salib. Ia telah diputuskan selamanya. Rakyat jelata dan para imam besar yang mencemooh itu tampaknya benar: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan (Matius 27:42). Dan itulah kebenaran Injil. Karena seandainya Ia menyelematkan Diri-Nya sendiri pada Jumat petang itu, hanya itulah yang diselamatkan. Hanya Diri-Nya sendiri. Itu adalah kebenaran yang tak dapat dipahami tentang kasih Ilahi, kasih Allah di dalam Kristus, yang mencegah Dia menyelamatkan Diri-Nya sendiri. Sebagai gantinya menuntun Dia mengorbankan Diri-Nya sendiri selama-lamanya, hanya untuk menyelamatkan orang-orang berdosa seperti Anda dan saya. Bahkan jeritan-Nya di tengah kegelapan tidak dapat mengubah pikiran-Nya atau membalikkan pilihan-Nya. Allah yang telah memilih kita sejak permulaan memilih kita pada akhirnya. Semuanya berakhir pada petang itu.
Posted on: Fri, 24 Jan 2014 20:50:17 +0000

Trending Topics




© 2015