SALAH NGOMONG [ Kontemplasi Peradaban ] oleh Rm. Markus Marlon, - TopicsExpress



          

SALAH NGOMONG [ Kontemplasi Peradaban ] oleh Rm. Markus Marlon, MSC Pernah suatu kali seseorang yang putus asa dan berkata, “Salah lagi! Salah lagi aku! Aku salah ngomong lagi. Kapok deh!!” Salah ngomong memang sungguh mengerikan. Bahkan bisa-bisa dilaporkan ke polisi dengan alasan “pencemaran nama baik” dan kalau lagi apês, kasus ini bisa sampai pada pengadilan dan itu akan melelahkan. Dan seandainya sebagai saksi dan salah ngomong satu kata saja akan dikejar tiga hakim, jaksa dan pengacara. Gara-gara salah ngomong bisa runyam. Ngomong pada akhirnya menjadi aktivitas yang menakutkan. Coba bayangkan bagaimana yang terjadi jika seorang calon menantu berkunjung ke calon mertua. Pertama kali berjumpa di ruang tamu, masing-masing orang memilih kata-kata yang tepat supaya tidak salah ngomong. Kalau salah sedikit saja, maka akan fatal akibatnya. Suasana menjadi beku yang sebenarnya membutuhkan ice-breaking, namun ternyata tidak begitu mudah seperti dalam teori. “Daripada salah ngomong lebih baik diam dech!!” kata seorang calon menantu. Ada lagi ada seorang ibu muda yang memiliki ide untuk membuka usaha kecil-kecilan. Sementara di dapur – daripada diam – sang istri itu pun membuka pembicaraan, “Pa, bagaimana kalau kita membuka usaha roti kecil-kecilan!” Omongan yang disampaikan oleh sang istri – daripada diam untuk membuka pembicaraan itu – ditanggapi dengan ketus, “Sudahlah ma, untuk apa!” Suasana pun menjadi kaku dan dingin seperti es dan membeku kaku. Apa yang dikatakan oleh sang istri itu pun langsung dipatahkan. Tentu saja membuat patah semangat. Kemudian dalam hati sang istri bilang, “Mending tadi saya diam saja!” Akibat dari salah ngomong itu, sang istri marah kepada pembantu dan pembantu memukul kucing sampai mampus. Efek domino itu akan merambat ke mana-mana. Orang jawa berkata, “Kriwikan dadi grojogan” yang artinya aliran kecil bisa menjadi air terjun yang besar. Omongan – meskipun hanya sepele – bisa mematahkan namun juga bisa menumbuhkan. Kata-kata yang mematahkan “dilempar” oleh mereka yang tidak suka diri kita maju dan berkembang. Omongan memiliki kekuatan yang luar biasa. Ada seorang penulis pemula yang membuat laporan tentang olaragawan di Toledo Blade, nama sebuah surat kabar. Sang editor surat kabar itu menulis surat kepadanya, “Tulisan yang sangat bagus tentang Tigers. Teruslah menulis tulisan sebaik ini.” Surat singkat ini ditandatangani oleh Don Wolfe [editor olah raga ]. Surat itu disimpan baik-baik dan jika sang penulis pemula itu mengalami kejenuhan menulis dibuka kembali surat itu dan semangatnya pun bangkit kembali [ Buku berjudul Everyday Greatness yang disusun oleh David Hatch, hlm. 218 ]. Melalui kontemplasi tentang omongan ini, kita menjadi ingat akan Raja Daud. Saat ia masih seorang anak laki-laki, ia memberitahukan kakak laki-lakinya, Eliab bahwa ia ingin melawan raksasa besar Filistin itu, Goliat. Eliab berusaha mematahkan semangat Daud dengan mengejeknya. Katanya, “Daud, apa yang kamu sedang kerjakan di sini di medan pertempuran? Kamu seharusnya ada di rumah sambil menggembalakan domba-domba ayah kita.” Ia sebenarnya sedang mengatakan, “Daud, kamu tidak akan pernah melakukan apa pun yang hebat. Kamu tidak memunyai apa yang diperlukan untuk melakukannya” [ Bdk. 1 Sam 17: 40 – 58 ]. Untunglah bahwa Daud “memilih” mengabaikan apa yang di-omong-kan kakaknya. Kalau ia terpengaruh, dia akan menjadi ragu-ragu dan bisa jadi akhirnya mundur. Apa yang kita omong-kan ternyata memiliki dampak positif, namun kadang juga berefek negatif. Dalam berbicara, orang Jawa memiliki kata-kata wasiat, “Empan papan” yang artinya dalam berbicara, kita harus sesuaikan dengan situasi. Jika kita berjumpa dengan orang yang sedang dilanda musibah atau berduka apa yang kita omong-kan tentu sangat berbeda dengan orang yang sedang pesta HUT, Pernikahan maupun acara syukuran. Kalau tidak, “salah-salah” bisa salah ngomong. Nanti bisa berabe!! Sabtu, 29 Juni 2013
Posted on: Mon, 01 Jul 2013 22:20:23 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015