SAMPANG-Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jawa Timur (Jatim) bersama Menteri Perumahan mengumpulkan tokoh ulama Madura di Pendapa Sampang, kemarin (20/7). Tujuannya untuk meminta pertimbangan rencana pembangunan wilayah Madura. Sayangnya, pertemuan selama dua jam itu berlangsung tertutup untuk media. Selain itu, pertemuan tersebut juga bertujuan untuk melakukan pendekatan pemberdayaan pasca terjadinya konflik sosial di Sampang. Untuk menunjang program yang tepat sasaran, pihaknya meminta solusi dari para tokoh Badan Silaturahmi Ulama se-Madura (Bassra), NU, dan MUI. Meski begitu, Sekdaprov Jatim Rasiyo, mengaku hanya silaturahmi saja dengan para tokoh ulama di Madura. Pihaknya enggan berkomentar lebih detail terkait pembahasan tertutup itu. ”Ini hanya silaturahmi saja dengan tokoh ulama Madura,” aku Rasiyo sambil menghindar dari kejaran wartawan. Saat ditanya terkait adanya isu rekonsiliasi pemulangan pengungsi di Rusun Puspa Agro Sidoarjo, Rasiyo juga memilih enggan berkomentar. Pihaknya menolak saat dimintai keterangan pemulangan pengikut aliran Tajul itu. Sementara itu, Korda Bassra Sampang, KH Jakfar Shodik, juga enggan memberikan komentar banyak terkait adanya isu rekonsiliasi pengungsi di Sidoarjo. Namun, pihaknya mengaku pertemuan para ulama dengan Sekdaprov lebih mengarah pada permintaan saran dan pandangan terkait pembangunan di Madura. Terutama, pembangunan wilayah konfl ik di Sampang dan Pamekasan. ”Kami menyarankan agar pembangunan itu tidak hanya pembangunan fisik dan infrastruktur. Tetapi juga ada penguatan akidah, sehingga ada pemberdayaan juga untuk pengembangan pondok pesantren,” terang Jakfar. Wakil Bupati Sampang, Fadhilah Budiono juga enggan memberikan keterangan terkait rapat pertemuan denan para ulama Madura. Pihaknya juga beralasan hanya silaturahmi di Sampang. ”Beliau-beliau hanya silaturahmi saja,” pungkasnya.
Posted on: Mon, 22 Jul 2013 00:19:13 +0000