Sejarah Dan Budaya: Tangerang” Tempo Doeloe” (Tentang Adat - TopicsExpress



          

Sejarah Dan Budaya: Tangerang” Tempo Doeloe” (Tentang Adat Upacara Sebuah Penikahan) Intro: Sukubangsa Tionghoa (biasa disebut juga Chinese) di Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (唐人"orang Tang"). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (漢人hanren,"orang Han"). Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Tiongkok sendiri menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari daratan Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya. Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Tionghoa atau Zhonghua dalam bahasa mandarin, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Tionghoa di Indonesia. Wacana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan dari orang-orang di Tiongkok untuk terbebas dari kekuasaan dinasti kerajaan dan membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai terdengar oleh orang asal Tiongkok yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu dinamakan “Orang Cina”. Sekelompok orang asal Tiongkok yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang dinamakan "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi 中华会馆(TiongHoaHweKwan)-(THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Tionghoa, tapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda.layu, Kabupaten Tangerang, Banten, telah lama dikenal sebagai tempat komunitas Tionghoa (CiBen) berkumpul. Konon mereka telah mendiami kawasan ini secara turun temurun sejak tahun 1700-an. Entah mengapa, sebagian besar warga Tionghoa CiBen ini hidup dalam deraan kemiskinan. Namun bukan berarti, tradisi leluhur yang kadang memakan biaya cukup tinggi, mereka lewatkan. Seperti ritual pernikahan sebuah keluarga CiBen. Sejak beberapa hari ini, warga Tionghoa Benteng di Kampung Melayu, sibuk oleh acara pernikahan yang sarat dengan tradisi nenek moyang mereka. Tradisi yang sesungguhnya sudah jarang dilakoni mereka. Selamat sore
Posted on: Tue, 27 Aug 2013 09:07:44 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015