Seseorang yang telah menikah dikatakan berselingkuh apabila ia - TopicsExpress



          

Seseorang yang telah menikah dikatakan berselingkuh apabila ia melakukan hubungan seksual dengan orang selain pasangan perkawinannya yang sah dan dilakukan tanpa persetujuan atau sepengetahuan pasangannya tersebut (Crooks & Baur, 1983). Meski perselingkuhan dapat memberikan dampak yang buruk dan merugikan pelakunya, pasangan perkawinan, ataupun keluarganya, namun tetap banyak yang melakukannya (Satiadarma, 2001). Bahkan dari tahun ke tahun jumlah pelaku perselingkuhan bukannya menurun malah semakin meningkat. Penelitian di luar negeri yang dilakukan oleh Bell (1963), Staheli (1997), dan yang lainnya, telah menemukan berbagai faktor yang menyebabkan individu yang telah terikat dalam perkawinan melakukan perselingkuhan. Perselingkuhan juga terjadi setelah terlebih dahulu individu yang bersangkutan mengambil keputusan apakah akan melakukan perbuatan tersebut atau tidak, seperti yang dikatakan oleh Halpern (1984) bahwa setiap orang selalu mengambil keputusan-keputusan selama hidupnya, entah keputusan kecil ataupun besar. Peneliti pun tertarik untuk mengetahui apakah di Indonesia, khususnya di Jakarta, faktor-faktornya sama atau beda dengan yang telah diteliti di luar negeri. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan dalam ikatan perkawinan pada pria dan wanita. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data diambil dengan melakukan wawancara mendalam pada 2 orang pria dan 1 orang wanita untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan detil. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing subyek berselingkuh karena disebabkan oleh beberapa faktor, dan bukan hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Penyebab subyek A berselingkuh adalah karena ia memiliki kesempatan, ingin mencari variasi seksual, karena tergoda, dan kurangnya ketaatan dalam beragama, selain itu juga berkaitan dengan pengambilan keputusan A untuk bersedia melakukan perselingkuhan tersebut dengan C karena C merupakan figur wanita idealnya. Penyebab subyek E berselingkuh sebagian ada yang sama dengan subyek A, yaitu karena memiliki kesempatan, ingin mencari variasi seksual, menganut gaya hidup hedonis, karena merasa tertantang, kurangnya ketaatan dalam beragama, dan mempunyai pengalaman seks pranikah, serta karena ia selalu mengambil keputusan untuk mencoba berselingkuh dengan wanita-wanita yang bersedia untuk diajak melakukan hal tersebut. Sedangkan penyebab subyek K berselingkuh sama sekali berbeda dengan subyek A dan E, yaitu karena mencari kepuasan emosional, jarang berada bersama suaminya, merasa kesepian, keterlibatan di dunia kerja, dan karena merasa tak bahagia dan tidak puas dalam perkawinannya, selain itu juga terjadi setelah K mengambil keputusan untuk mau melakukan perselingkuhan dengan M yang memenuhi kriteria pasangan idealnya. Untuk penelitian selanjutnya peneliti memberi saran agar dilakukan pada sampel dengan ciri demografi yang homogen, misalnya pada sampel yang sukunya sama, agar diketahui apakah perbedaan dan kesamaan faktor penyebab perselingkuhan dipengaruhi oleh homogenitas sampel. Untuk subyek penelitian disarankan untuk dapat lebih taat dalam beragama sehingga diharapkan memiliki iman yang lebih kuat dalam menepis godaan ketika ada kesempatan untuk berselingkuh. Sedangkan untuk konselor perkawinan diharapkan agar dalam memberi pengarahan kepada individu yang berselingkuh disesuaikan dengan faktor penyebab terjadinya perselingkuhan pada individu tersebut.
Posted on: Sun, 15 Sep 2013 12:42:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015