Setiap 25 Detik, Anak Terluka akibat Olahraga Masa kanak-kanak - TopicsExpress



          

Setiap 25 Detik, Anak Terluka akibat Olahraga Masa kanak-kanak tidaklah lengkap tanpa olahraga. Namun sebuah studi yang dirilis baru-baru ini oleh Safe Kids Worldwide mengingatkan para orang tua bahwa anak-anak bisa terluka di lapangan setiap 25 detik. Menurut Safe Kids, setiap tahun sekitar 1,35 juta anak harus masuk ke instalasi gawat darurat (IGD) akibat luka parah selama berolahraga. “Kami menemukan data yang mengejutkan mengenai seberapa sering anak-anak kita terluka saat berolahraga,” kata Presiden dan CEO Safe Kids Worldwide Kate Carr dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh CBS News, baru-baru ini. Para periset di organisasi itu mengumpulkan data selama 2011 soal luka terkait 14 olahraga yang dilakukan anak, termasuk bola basket, sepak bola, baseball, softball, cheerleading dan hoki es. Luka paling umum adalah memar dan terkilir disusul oleh patah tulang, lebam, dan lecet. Yang cukup memprihatinkan, sekitar 163.000 anak yang masuk IGD atau 12 persen menderita gegar otak. Safe Kids mengatakan, itu artinya setiap 1 anak mengalami gegar otak setiap tiga menit. Hampir setengah dari gegar otak (47 persen) terjadi pada anak umur 12-15 tahun. Ini adalah tren yang ‘mengganggu’ karena anak kecil butuh waktu lebih lama untuk pulih dari gegar otak dibandingkan anak yang lebih tua. Pembengkakan otak yang serius dan berisiko mematikan juga umum terjadi pada anak muda dengan luka otak traumatis dibandingkan orang dewasa. Football merupakan olahraga dengan tingkat tertinggi untuk gegar otak dan luka terkait olahraga lainnya, disusul gulat dan cheerleading. Sementara itu, hoki es memiliki persentase tertinggi dalam gegar otak yang dialami para olahragawan yang terluka (31 persen). Gegar otak bukanlah satu-stunya luka serius akibat olahraga di kalangan anak. Sekitar sepersepuluh dari kasus di IGD berkaitan dengan cedera lutut yang kemungkinan membutuhkan operasi darurat. Dr. James Andrews – ahli bedah ortopedi asal Amerika Serikat (AS) yang terkenal karena berhasil menangani atlet-atlet papan atas – mengatakan bahwa orang tua dan pelatih sering terlalu memaksakan para atlet remaja untuk berlatih terlalu keras. Ini antara lain pemain baseball yang melempar bola terlalu keras atau terlalu sering tanpa istirahat. “Anak-anak, orang tua dan pelatih harus sadar bahwa para atlet yunior ini butuh istirahat ketika berlatih. Olahraga seharusnya menyenangkan buat anak-anak,” kata dia. PG
Posted on: Thu, 15 Aug 2013 05:55:18 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015