Tragedi Horor dlm Analisa Islami - 4 Filed under: Buku: Tragedi - TopicsExpress



          

Tragedi Horor dlm Analisa Islami - 4 Filed under: Buku: Tragedi Horor dlm Analisa Islami ROH JAHAT Yang penulis maksud dengan roh jahat adalah hantu pembunuh atau pembuat cedera. Apakah ada hantu semacam itu? Pada dasarnya, syetan itu tidak mau membunuh manusia, karena membunuh itu bukanlah suatu penyelesaian untuk melampiaskan dendamnya. Syetan menginginkan kecelakaan manusia dalam bidang agama, bukan fisik, apalagi harta benda. Syetan menginginkan agar manusia tergelincir pada suatu dosa, bahkan sebisa-bisanya syetan berusaha agar manusia ingkar kepada Allah ‘Azza wa-Jalla. Maka membunuh manusia, bagi syetan, sama dengan putus asa, atau sama dengan membuang kesempatan untuk menggoda, apalagi, dengan membunuh, berarti syetan justru memberi keuntungan besar bagi manusia yang dibunuh, yaitu keuntungan syahadah (mati syahid), karena orang yang mati dianiaya itu terhitung mati syahid. Kenyataan adanya pembunuhan yang dilakukan syetan terhadap manusia adalah, tidak lain, sebagai wujud dari tindak kejahatan bangsa manusia sendiri, karena syetan tidak mempunyai motivasi didalam pembunuhan itu, selain hanya sebagai pembunuh bayaran, ia membunuh atas permintaan manusia dengan imbalan yang sangat memuaskannya, yaitu kufur. Syetan memang membunuh atau menganiaya seorang manusia, namun bukan pembunuhan atau penganiayaan itu yang membuat syetan senang, melainkan “imbalan” dari orang yang menghendaki pembunuhan atau penganiayaan itu. Suatu contoh adalah santet. Dalam praktek santet, syetan bertindak sebagai pekerja dan si penyantet sebagai pembayar, sedangkan bayarannya adalah mantra-mantra yang mengandung kekufuran dan kesyirikan. Dalam operasi santet itu, syetan tidak mendapatkan keuntungan dari orang yang disantet, bahkan sebenarnya syetan justru sering rugi, karena kebanyakan orang yang disantet bersikap sabar, dan sabar itu justru mendatangkan pahala, apalagi kalau orang yang disantet mau bersabar sampai mati, maka tentu saja syetan lebih rugi lagi, karena orang itu mati dengan mati syahid. Adapun yang menjadi pertimbangan bagi syetan, dalam operasi itu, adalah keuntungan yang didapat dari pihak penyantet. Dalam menejemen bisnis dosa, syetan sangatlah jeli, ia pikir kerugian dari pihak yang disantet tidak seratus persen pasti, karena kalau orang itu tidak sabar maka tentu saja ia tidak mendapat pahala, dan itu berarti syetan tidak rugi. Akan tetapi, keuntungan besar sudah pasti didapat dari pihak penyantet, karena santet itu dosa besar yang dapat mengantar seseorang pada syirik dan kufur. Penjelasan diatas menyimpulkan bahwa sebenarnya hantu pembunuh itu tidak ada, dan kalaupun ada maka itu tidak lain adalah karena ulah manusia yang sedang mengoperasikan sihir. Dalam operasi santet, syetan tidak berwujud hantu, namun dalam operasi sihir lain boleh jadi syetan berwujud suatu bentuk, misalnya harimau, kucing, burung dan lain sebagainya, itupun hanyalah suatu kemungkinan, karena penulis belum pernah melihat sendiri, walaupun tidak asing juga cerita-cerita orang tentang harimau jadi-jadian dan sebagainya yang kemudian disebut Siluman. Konon, di sebuah daerah di Sulawesi ada sihir atau santet berbentuk burung, apabila si penyihir mau membunuh seseorang maka dikirimlah “burung syetan” itu untuk menggigit sasarannya sampai mati, sihir itu dikenal dengan sebutan Kedaung. Entah cerita itu benar atau tidak. Syetan terkadang juga membunuh atas kemauan orang yang dibunuh atau kemauan keluarganya, dengan diadakannya sebuah perjanjian. Hal semacam ini bisa terjadi pada seseorang yang meminta kekayaan kepada roh halus, kemudian roh itu meminta nyawa seorang keluarga atau anaknya sebagai tumbal, atau meminta suatu persyaratan amat berat yang apabila kemudian ia tidak mampu untuk memenuhinya maka nyawanya terancam. Seseorang pernah mengadu kepada penulis atas suatu peristiwa megerikan yang dialami-nya. Ceritanya, ia pernah meminta tolong pada seorang “sakti” yang memiliki teman roh halus, kemudian melalui roh halus itu si orang sakti berusaha menyelesaikan masalah shahibul hikayat. Namun, untuk penyelesaian itu, roh halus mengajukan satu persyaratan, yaitu agar supaya sahibul hikayat membantu kesulitan seseorang yang kemudian ditunjuk-kan tempatnya. Setelah shahibul hikayat bertemu dengan orang yang dimaksud, maka terbongkarlah sebuah cerita tentang apa yang dialami orang itu. Alkisah, orang itu beberapa tahun yang lau meminta kekayaan kepada seorang roh halus, dengan satu persyaratan yang akan dipenuhinya setelah ia menjadi kaya, namun setelah menjadi kaya ternyata ia lupa dengan hutangnya sampai ia menjadi bangkrut lagi. Kini, si pailit itu menjadi bingung, karena, walau bagaimana pun, ia punya hutang kepada roh halus, dan dalam keadaan bangkrut begitu ia tidak mungkin sanggup untuk membayarnya, karena persyaratan yang dihutang itu membutuhkan dana puluhan juta rupiah. Itulah kesulitan orang itu yang harus dibantu oleh shahibul hikayat, dan karena itu adalah suatu persyaratan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, maka shahibul hikayat pun rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah. Namun, ternyata roh halus (yang dimintai kekayaan) itu ternyata rentenir, hutang senilai puluhan juta itu ada bunganya, dan bunga itu justru lebih mahal daripada hutang itu sendiri, karena roh halus itu juga meminta nyawa anaknya, dengan alasan karena hutang itu dibayar lambat, dan.., naudzubillah, orang itu ternyata mau saja dimintai bunga mengerikan itu. Shahibul hikayat menjadi ngeri ketakutan, ia ceritakan peristiwa itu kepada penulis sambil menangis, dan penulis ceritakan kembali kisah itu pada pembaca, sebagai salah satu contoh dari berbagai motivasi roh halus didalam melakukan pembunuhan terhadap manusia. Pembunuhan juga terkadang dilakukan oleh roh halus atau jin atas dasar balas dendam, misalnya saja ada seseorang yang menyakiti atau membunuh seorang jin, maka tidak jarang yang kemudian kerabat jin itu membalas dendam dengan membunuh. Di Arab, ada sebuah cerita yang dulu sangat populer. Alkisah, ada seorang dari kampung Bani Makhzum yang sehari-harinya mencari kayu bakar di hutan. Suatu ketika, orang itu mendapatkan ular di jalan yang hendak dilaluinya, maka ia pun membunuh ular itu. Sepulang dari hutan, setibanya di rumah ia menjadi gila. Setelah beberapa hari, didatangkanlah seorang Syekh untuk memeriksa keadaan si gila, maka, setelah Syekh memeriksa si gila, tiba-tiba si gila kesurupan dan berbicara, ia membentak Syekh berkata, “apa maumu?” Syekh berkata: “Justru aku yang bertanya, apa maumu sehingga kau mengganggu orang ini?” Si kesurupan berkata: “Orang ini telah membunuh anakku yang sedang berwujud ular” Syekh berkata: “Kalau begitu, berarti anakmulah yang salah, kenapa ia berwujud ular, tentu saja orang ini akan membunuhnya, karena ular itu memang berbahaya dan boleh dibunuh!” “Tidak bisa, aku tidak bisa terima dan aku tetap akan membalas kematian anakku.” Kata si kesurupan yang kemudian tubuhnya menjadi lemas dan kemudian mati. Setelah mengerti apa yang terjadi, penduduk Bani Makhzum menjadi marah, merekapun berramai-ramai memasuki hutan dengan membawa pedang, kemudian mereka membunuhi semua ular yang mereka temukan di hutan itu, dan nampaknya banyak juga ular jelmaan jin diantara ular-ular yang mereka bunuh. Sejak saat itu, bangsa jin di sekitar hutan itu menjadi takut terhadap penduduk kampung Bani Makhzum, mereka dikenal sampai beberapa generasi, sehingga apabila ada orang kerasukan jin maka dipanggillah seorang makhzumi (penduduk Bani Makhzum), dan begitu si makhzumi datang maka kontan saja yang kesurupan sembuh, karena jinnya lari melihat si makhzumi.
Posted on: Tue, 01 Oct 2013 08:47:33 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015