Utomo Dananjaya,Guru yang Tak Mudah Ditaklukkan ( Kompas, Jumat, - TopicsExpress



          

Utomo Dananjaya,Guru yang Tak Mudah Ditaklukkan ( Kompas, Jumat, 03 Juni 2005 ). ---> UTOMO Dananjaya (69) merupakan kawan bicara yang menyenangkan. Ia diberi gelar suhu dalam pendidikan para aktivis, sebuah kegiatan yang digelutinya sejak 1960-an. Ia ramah dalam pergaulan, tua dan muda jadi sahabatnya. Salah satu kebanggaan Utomo adalah kebiasaan cucu-cucunya untuk menanyakan kepada orangtuanya, apakah uang atau barang yang dibawa ke rumah hasil korupsi atau bukan.Ia mengajari muridnya membaca dan menulis, tidak dengan cara mengeja sesuai pakem. Ia memulainya dengan memperkenalkan kata-kata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari muridnya. Tentu saja tidak sesuai paket.Cara itu cukup jitu untuk membuat murid-muridnya cepat bisa membaca dan menulis. Namun, guru muda itu bukannya disanjung, tetapi justru mendapatkan teguran. PENGALAMAN itu bukan satu-dua kali. Puncaknya terjadi saat pelajaran olahraga. Utomo tanpa sungkan-sungkan menelungkupkan badannya di lantai, meminta semua muridnya di kelas I meloncatinya satu per satu. Anak-anak itu senang bukan kepalang. Namun, Utomo justru mendapat kecaman dari kepala sekolah dan kolega guru di sekolahnya. Ia dianggap merendahkan martabat guru. Hanya enam bulan Utomo bertahan di SD. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Bandung. Setamat PGSLP ia balik ke Garut, mengajar di sebuah SMP negeri.Utomo tidak kapok bereksperimen dengan cara mengajar yang kreatif dan menyenangkan. Dalam pelajaran sains, ia mengajak murid-muridnya mengadakan berbagai macam percobaan, tanpa harus menunggu ada laboratorium. Akibatnya, kelas Utomo dicap sebagai kelas yang selalu menimbulkan kegaduhan.Puncak perselisihan dengan kepala sekolah terjadi pada saat ia bereksperimen tentang perubahan bentuk zat dengan murid-muridnya. Ia mengajak murid- muridnya bereksperimen membekukan air dengan membuat es puter, sejenis es krim yang dibuat melalui proses tradisional.Eksperimen tersebut dilakukan pada hari Minggu. Karena kesulitan memutar tabung, Utomo menyuruh anak-anak itu menggelindingkan tabung di lantai. Keesokan harinya lantai yang sehari sebelumnya dipergunakan sebagai tempat eksperimen masih meninggalkan garis- garis kotoran yang sulit dibersihkan. Di depan murid-muridnya, Utomo dimarahi oleh kepala sekolahnya. Utomo masih bertahan menjadi guru sampai delapan tahun kemudian di SMP Negeri 5 Bandung. Sekolah formal memang tidak memberikan ruang pada guru kreatif seperti Utomo. Akhirnya, Utomo memutuskan berhenti menjadi guru di sekolah formal gara-gara pertengkaran dengan kepala sekolah soal penerimaan murid baru. "Sudah cara mengajarnya begitu-begitu saja, masih pilih kasih. Sekolah memang rusak, saya memutuskan berhenti. Saya seolah-olah bersumpah, tidak akan menggunakan ijazah untuk melamar pekerjaan," kata Utomo, yang akrab dipanggil Mas Tom itu. BERPISAH dari sekolah formal, Utomo tidak berhenti menjadi guru.
Posted on: Sun, 08 Sep 2013 07:22:38 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015