by owner DIAJAK KONDANGAN BERSAMA KUNTILANAK OLEH: RUSDI Bagi - TopicsExpress



          

by owner DIAJAK KONDANGAN BERSAMA KUNTILANAK OLEH: RUSDI Bagi Kamino, pengalamannya membawa penumpang makhluk dari dunia lain tak pernah ia lupakan dalam kehidupannya. Baginya kejadian itu menjadi penyesalan seumur hidup. “ Kalau saja aku tidak membawa penumpang kuntilanak dan diajaknya berhubungan intim aku tidak menderita impoten permanen seperti ini.” Bisik hatinya penuh penyesalan setiap kali ia mengingat kejadian puluhan tahun lalu. Peristiwa ia berlangsung sekitar dua puluh tahun lalu tepatnya di bulan haji. Tradisi masyarakat Kabupaten Langkat di bulan haji digelar hajatan pesta perkawinan. Setiap Sabtu dan Minggu disetiap kampung ada saja warga yang menggelar pesta perkawinan.Pengasilan Kamino narik ojek mengantarkan penumpang ke tempat kondangan dalam satu hari bisa mencapai seratus ribu rupiah. Suatu penghasilan cukup besa di zaman itu. Kamino kadangkala sampai dini hari baru pulang ke rumah orangtuanya, dulu ia dan keluarganya tinggal di kawasan Lingkungan I I Titi Putih Kelurahan Perdamaian Stabat. Malam Minggu itu cuaca sangat cerah bulan purnama dan ribuan bintang mengiasi angkasa. Bagi Kamino tidak ada rasa letih meskipun seharian menyelusuri jalan raya mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Rencana hendak meminang yang telah dipacarinya selama dua tahun memotivasi Kamino untuk giat mencari uang. Tengah malam itu Kamino barusan saja mengantarkan penumpang ibuk-ibuk ke tempat kondangan di Desa Batu Melenggang Kec. Hinai. Malam sudah menunjukkan pukul 00 Wib. Ia berniat hendak pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan sampai ke kota Stabat Kamino tidak mendapatkan penumpang, tapi begitu tiba di Simpang Maut Kuala Bingai Kamino melihat ada seorang perempuan berdiri di pinggir jalan menyetop ojeknya. Kamino berhenti di depan perempuan berambut panjang sebatas pinggul. Tubuhnya tinggi semampai seksi bagai gitar sepayol dan sangat indah dipandang mata “Mas tolong antarkan aku ke tempat kondangan di Desa Tanjung Beringin ,” pintanya. Kamino hanya diam membisu menatap wajah cantik rupawan perempuan itu. Dalam hatinya sebenarnya ia malas mengantarkannya, tapi ia tidak ingin mengecewakan penumpang. Rezeki tidak boleh di tolak. Begitu bisik hatinya. “Tolonglah Mas yang pesta teman akrabku, Pasti dia marah kalau aku tidak menghadiri pesta penikahannya,” rengek perempuan itu manja. Ia mengedipkan matanya menggoda. Sar darah Kamino berdesir. “Ayoklah Mbak !” katanya. Perempuan itu lalu mengempaskan bokongnya ke atas sadel sepeda motornya. Tangan mulus perempuan itu memeluk pinggangnya. “Jangan ngebut Mas santai aja,” pintanya. “ Namanya siapa Mbak dan rumahnya di mana ?” Tanya Kamino. “Namaku Kuntila Puspita Dewi Mas, Panggil aja Dewi jangan pakai Mbak. Umurku baru dua puluh tahun Mas. Rumahku di Ranto Kwala Simpang. Aku ketiduran dalam bus Mas. Begitu terjaga dari tidur sudah sampai di depan kantor Koramil. Aku minta berhenti dan bus berhenti di Simpang Maut,” katanya. “Mengapa pergi sendirian tidak bersama pacanya ?” Tanya Kamino kemudian. “Aku belum punya pacar Mas. Aku ini janda !” jawabnya. “Anaknya berapa ?” Tanya Kamino. “Enggak punya anak Mas. Suamiku meninggal dua tahun lalu korban kecelakaan lalu lintas. Sejak suamiku meninggal aku menjanda, dan Mas sendiri sudah punya isteri !” ia balik bertanya. “Sudah,” jawab Kamino berdusta. “Sudah punya anak Mas ?” “Belum.” “Sudah berapa tahun menikah Mas ?” “Setahun.” Perempuan itu ternyata enak di ajak bercerita tak terasa perjalanan sudah hampir tiba di tempat tujuan. “Mas disimpang Pasar 8 nanti belok,” katanya. Begitu memasuki simpang pasar 8 di Kecamatan Hinai terlihat ramai tamu undangan keluar masuk menuju ke tempat pesta. Padahal tadi saat Kamino lewat di simpang itu setelah mengantarkan sewa dari Desa Batu Melenggang terlihat sepi. Mengapa sekarang terlihat ramai. Bisik hatinya merasa heran. Tapi orkes dangdut menyemarakkan pesta pernikahan malam itu membuat Kamino terlena dan larut dalam suasana gembira. Kedatangan Tila disambut peluk cium penyambut tamu. Kamino diperkenalkan sebagai pacar barunya. Pemuda itu hanya senyum-senyum saja. “Mas tunggu di sini sebentar ya, Tila mau menemui pengantin wanita,” kata Tila. Kamino hanya mengangguk. Dia duduk sambil menyantap sepiring nasi putih bersama lauk pauknya dengan lahapnya. Dia asyik menonton pertunjukan orkes dangdut, sehingga tidak memikirkan hal-hal gaib yang terjadi di depan matanya. “Itu kan Mia penyanyi dangdut yang sudah meninggal beberapa bulan lalu. Mengapa dia ada di sini jadi biduan lagi ?” guman hati Kamino bartanya-tanya. “Tidak mungkin Mia. Diakan sudah meninggal dunia. Wajahnya memang mirip seperti pinang dibelah dua,” bisik hati Kamino. “Mas yok kita kerumah temanku. Mas mau pulang sudah tanggung mendingan pulang besok pagi aja . Di rumah temanku Mas bisa istirahat !” ujar Tila. “Benar juga,” bisik hati Kamino. Tila mengajak Kamino ke rumah temannya. Mereka berjalan melewati gang-gang yang sempit. Bangunan rumah sangat rapat berdempetan . Gang masuk ke rumah teman Tila hanya pas untuk ukuran tubuh dan bentuk bangunan rumah itu bermacam-macam sesuai dengan status keluarga yang membangunnya. Ada yang berdinding beton dan berlantai kramik ada juga yang hanya berdinding gedek bahkan tidak berdinding sama sekali. Tiba disebuah rumah bercat putih Tila berhenti. “Ini rumahnya Mas !” katanya. Pintu rumah yang terkunci di buka keduanya memasuki rumah itu. Cahaya dalam rumah itu remang-remang. “Penghuni rumah ini kemana ?” Tanya Kamino. “Di tempat pesta tadi. Besok pagi mereka pulang,” jawab Tila. “Jadi di rumah ini kita tinggal bedua ?” Tila henya mengangguk. “Duduk dulu Mas. Kita ngombrol sambil minum kopi,” ujar Tila. Kamino hanya mengangguk. Tila selain menyedu kopi hangat ia ganti pakaian begini. Begitu ia muncul sambil membawa minuman Tila mengenakan busana tipis tembus pandang. Kamino terperangah darah kejantanannya berdesis seperti ular cobra mendeteksi buruannya dan nafsu birahinya sekoyong-koyong bangkit. Tila hanya tersenyum-senyum mengerlingkan bola matanya untuk menggodanya. “Mas ini kopinya,” kata Tila sambil duduk merapat. Tanpa malu ia sandarkan kepalanya di tubuh Kamino. “Rambutnya bau kembang kantil,” bisik hati Kamino. Tapi Kamino tidak memperdulikannya. Ia sama sekali tidak menaruh rasa curiga jika perempuan yang dipeluknya makhluk dari dunia lain. “Mas !” kata Tila. Kata-kata itu hanya sampai di situ saja.Ia lama menatap wajah Kamino seperti minta sesuatu. Kamino paham apa keinginan Tila. Kamino memainkan kedua belah tangannya meraba bagian sentitiv di tubuh Tila. Perempuan itu menggelinjang merasakan kenikmatan. “Terus lakukan Mas aku membutuhkannya. Sekian lama aku merindukan suasana seperti ini. Dulu sewaktu suamiku masih hidup kami sama-sama merasakan kenikmatan syurgawi setiap berhubungan suami isteri, tapi sekarang setelah suamiku meninggal aku tidak pernah merasakannya lagi,” cerita Tila berterus terang. Kamino terus menjelajahi titik-titik birahi di tubuh Tila. “Mas. Puaskan aku !” pinta Tila menghiba. Kamino hanya mengangguk. Nafsu birahi keduanya senat senut sudah sampai ke ubun-ubun kepala, seperti kepundan gunung berapi tinggal menunggu waktu kapan meletus . Keduanya bergulat di atas sopa. Sehelai demi sehelai pakaian Tila dipelorotinya sebalaiknya Tila juga melakukan hal yang sama. Keduanya kini tanpa busana. Tak ada lagi kata-kata keluar dari bibir keduanya kecuali kata-kata birahi, erangan dan rintihan kenikmatan yang saling susul menyusul. Puncaknya keduanya tertidur pulas hanyut dalam kenikmatan syurgawi. Lupa segala-galanya lupa pacar setia lupa dosa. Sinar matahari pagi menyinari tubuh Kamino membuat pemuda itu terbangun dari tidur pulasnya. Begitu ia terjaga betapa ia sangat terkejut melihat tubuhnya dalam keadaan telanjang bulat berbaring di atas kuburan. “Mengapa aku berada di sini, di tengah kuburan lagi,” bisik hatinya bertanya-tanya . Buru-buru ia memakai pakaiannya. Untung pagi itu tidak ada orang yang melihatnya. Sejenak Ia duduk di atas kuburan tanpa nama sambil mengingat kejadian tadi malam. “Berarti perempuan yang kusetubuhi tadi malam Kuntilanak dan rumah-rumah yang berdempetan yang kulalui tadi malam, rumah masa depan alias kuburan.” Guman hati Kamino. Sesaat ia duduk termenung dibawah pohon beringin tua diperkirakan usianya sudah ratusan tahun. Akarnya berjuntaian ke tanah. “Apa di atas pohon beringin ini tempat tinggal Kuntila Puspita Dewi ?” guman hatinya menduga-duga. Buru-buru Kamino meninggalkan areal perkuburan. Mendadak bulu kuduknya merinding. “Mana sepeda motorku ?” bisik hatinya. Kamino mencari-cari di mana sepeda motornya berada, tapi tidak ditemukan.Seingatnya tadi malam sepeda motornya di parkir di samping rumah keluarga yang pesta. “ Kemana lagi harus dicari sepeda motorku ,sedangkan rumah keluarga yang pesta tadi malam entah dimana,” bisik hatinya. Kamino menduga sepeda motornya tadi malam diparkir di tepi jalan depan kuburan, kebetulan ada pencuri sepsialis sepeda motor yang lewat lalu dibawanya kabur. Karena sudah sering kejadian sepeda motor dibawa maling ketika diparkirkan pemilknya yang hendak berziarah ,’ katanya bicara sendiri. Kedua orangtuanya malam itu tidak dapat memejamkan mata. Mereka khawatir terjadi sesuatu pada putranya. “Bagaimana aku menceritakan peristiwa yang aku alami ini pada kedua orangtuaku dan teman-temanku,” bisik hatinya bingung. Kalau bercerita terus terang aku akan mendapat ejekan apalagi kalau Aisyah tau pasti dia marah besar dan tidak akan memafkanku. Rencana hendak memperistrikannya bisa menjadi gagal. Teman-teman Kamino berusaha mencari imformasi keberadaannya. “Kalau sampai jam dua belas ia tidak pulang kita lapor polisi,” kata Parjan teman dekatnya. Jam Sebelas siang Angkot berhenti di depan rumahnya. “Itu dia pulang, panjang umurnya !” teriak temannya yang duduk-duduk di teras rumahnya sambil ngobrol membicarakan dirinya. Wajah Kamino terlihat pucat pasi seperti kurang tidur. Ia diberondong pertanyaan dari ibunya. “Mengapa kau tidak pulang !” Tanya ibunya. “Aku dirampok sepedaku dilarikan perampok. Aku tidak berani pulang sendirian. Malam tadi aku tidur di pos jaga,” katanya berdusta. “Ibukan sudah bilang kalau narik ojek siang hari saja. Kau tidak pernah mau dinasihati orangtua.” Kata ibunya. Aisyah rupanya mendengar berita Kamino tidak pulang tadi malam. Gadis itu menemuinya selepas tengah hari. “Sudah kubilang malam hari jangan narik ojek. Mas bandel tidak mau dinasihati,” kata Aisyah ketika mereka berdua bertemu di rumah orangtua Kamino. “Ibuku juga barusan tadi berkata sepertimu,” kata Kamino. Sejak mengalami kejadian itu Kamino tidak lagi berani narik ojek malam hari. Bahkan ia menolak jika minta diantarkan penumpang lewat pasar 8 Kecamatan Hinai. Malam hari ia sering mengalmi mimpi berhubungan intim dengan Kuntilawati Puspita Dewi. Anehnya lagi Mr P nya menjadi menciut tak lagi bisa ereksi. Kamino menjadi gelisah bagaimana dia bisa membahagiakan Aisyah nanti.Berbagai obat kuat seperti yang diiklankan di Koran sudah Kamino coba memakainya apakah berbentuk minyak oles, crim, pil sampai vacum pembesar tapi hasilnya nihil. Akhirnya Kamino menemui Mbah dukun. Kepada Mbah dukun ia menceritakan kejadian yang menimpanya. “Lemah syahwatmu ini tidak dapat disembuhkan,” kata Mbah dukun sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Mengapa tidak dapat disembuhkan Mbah ?’ Tanya Kamino. “Kejantananmu sudah diambilnya. Cucu hanya bisa ereksi kalau berhubungan dengan dia walaupun itu hanya dalam mimpi,” kata Mbah dukun menjelaskan. “Tolonglah Mbah dia jangan lagi datang dalam mimpiku,” mohon Kamino. Ia berharap kalau Kuntila Puspita Dewi ia tidak lagi menderita impoten. Mbah dukun mengabulkan permintaannya. Kamino diberi jimat berupa kain hitam diikatkan dipinggangnya. “Kalau cucu ingin menikmati hubungan suami isteri dengan Kuntila Puspita Dewi lepaskan jimat ini. Kalau tidak ingin cucu ikatkan dipinggang,” kata mbah dukun menjelaskan kegunaan jimat yang diberikannya. Benar saja jika Kamino memakai jimat dia tidak bermimpi berhubungan intim dengan Kuntila Puspita Dewi. Namun kadangkala kiinginan nafsunya tak dapat ditahannya ia lepaskan jimat itu, ia dapat menikmati hubungan intim walau hanya dalam mimpi tapi ia merasa puas. Kamino mencari dukun lain tapi hasilnya tetap sama. Sudah puluhan dukun didatanginya tapi kesembuhan yang diharapkannya tidak pernah menjadi kenyataan. Saat ini Kamino dihadapkan pada dilemma bagaimana aku harus menghadapinya. “Memutuskan hubungan cinta dengan Aisyah sungguh tidak mungkin. Apalagi keperawanannya sudah aku rengut. Pasti ia kan minta tanggungjawab dari diriku. Bagaimana aku ini apakah aku harus bunuh diri ? Kalaupun harus menikah dengannya pasti ia kecewa karena tidak dapat memuskan nafsu birahinya. Pilihan kedua memang lebih aman, persoalan Aisyah kecewa urusannya nanti.” Bisik hatinya memikirlan problema yang dihadapinya. Kamino akhirnya berketetapan hati memilih menikahi Aisyah. Malam pertama seperti yang ia bayangkan pasti Aisyah kecewa. “Abang pasti pernah selingkuh dengan PSK !” tuduhnya. “Jangan menuduh sembarangan !” bantah Kamino. “Buktinya abang kehilangan keperkasaan. Kalau abang tidak selingkuh lalu apa yang menyebabkan keperkasaan abang hilang !” tany Aisyah. Di malam pertama itu terjadi pertengkaran. Aisyah sangat kecewa sekali soalnya ia pernah merasakan kenikmatan syurgawai saat berhubungan intim di luar nikah bersama Kamino. Kini setelah resmi menikah kenikmatan syurgawi itu tiba-tiba hilang. Kamino menjadi bingung apakah harus berterus terang menjelaskan pada Aisyah atau tetap berdusta. “Aku harus berkata jujur pada Aisyah . Terserah nanti bagaimana ia menanggapinya,” bisik hatinya. Akhirnya Kamino menceritakan peristiwa yang dialaminya beberapa waktu lalu. “Laki-laki mata keranjang, hidung belang !” makinya. “Apapun kata-kata yang kau ucapkan Abang terima, Abang sudah berusaha mengobatinya ke mana-mana tapi tidak sembuh. Maafkan Abang Syah ” Mohon Kamino. Aisyah hanya diam membisu . Sepanjang malam itu keduanya tidak dapat tidur. Malam kedua kejadiannya juga sama seperti malam pertama kemarin. Kamino hanya bisa bisa memuaskan nafsu birahi Aisyah melalui oral seks. Padahal Aisyah menginginkan kenikmatan lebih. Ketika Aisyah menyatakan kepada kedua orangtuanya hendak bercerai dengan Kamino. Kedua orangtuanya sangat terkejut demikian pula kedua mertuanya. Tapi setelah dijelaskan Aisyah akhirnya kedua orangtuanya dan mertuanya dapat memahaminya. Aisyah melakukan gugatan ke cerai Pengadilan Agama dengan alasan suaminya tidak dapat memberikan nafkah bathin. Gugatan itu akhirnya dikabulkan Pengadilan setelah ada surat dari doctor ahli kandungan yang menyatakan Kamino menderita impoten sifatnya permanen. Hanya enam bulan bersetatus janda Aisyah mendapat pendamping hidup duda tanpa anak. Isteri pertama suaminya meninggal dunia bersama bayi pertamanya saat melahirkan. Kini Aisyah bersama suaminya merajut hari-hari bahagia. Kebahagian pasangan suami isteri ini menjadi sempurna ketika Aisyah mengandung anak pertama. Kini Aisyah sudah dikarunia empat orang anak mulai beranjak remaja. Berbeda dengan Kamino dia harus menjalani hari-hari hidupnya seorang diri. Ketika ia tak sanggup lagi menahan gejolak nafsu birahinya Kamino melepaskan jimat yang terikat di pinggangnya. Kuntila Puspita Dewi datang datang mimpinya. Mereka berdua menikmati hubungan suami isteri. Aneh dalam mimpi Mr P Kamino berubah menjadi perkasa. Saat ia terjaga celana dalamnya dibasahi cairan sperma.Ternyata dampak dari hubungan intim meskipun hanya dialam mimpi mendatangkan penyakit kanker prostat. Pada mulanya Kamino tidak menghiraukan penyakitnya itu tapi kemudian ia tidak sanggup lagi menahan rasa sakit saat hendak buat air kecil. Keluarganya segera membawanya ke Rumah Sakit. Ia harus menjalani operasi pengangkatan sel-sel kanker. Karena penyakit kanker yang dideritanya termasuk kanker ganas. Pada operasi yang ketiga ia berpulang kerahmatullah. Pengirim : Rusdi Dusun Pasar Batu Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kab. Langkat 20851 HP: 0821 6821 3591
Posted on: Thu, 04 Jul 2013 11:56:58 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015