~10 Momen Terbaik AC Milan Sepanjang Sejarah~ Musim ini, AC - TopicsExpress



          

~10 Momen Terbaik AC Milan Sepanjang Sejarah~ Musim ini, AC Milan sedang mengalami masa-masa yang cukup suram. Di Liga Champions, Rossoneri memang masih berpeluang lolos ke fase knockout mendampingi Barcelona dari grup yang juga dihuni Celtic dan Ajax. Namun, kisah berbeda tersaji di Serie A. Hingga giornata 12, pasukan Massimiliano Allegri masih terdampar di peringkat 10 hasil tiga kali menang, empat kali imbang dan lima kali kalah. Selain itu, mereka juga lebih banyak kebobolan (19) daripada mencetak gol ke gawang lawan (17). Namun, nama besar Milan tak sepenuhnya pudar. Predikat sebagai salah satu raksasa Italia dan Eropa itu sendiri didapat Milan melalui sederet kehebatan yang mereka tampilkan di masa silam, dari generasi ke generasi hingga sekarang. Banyak momen hebat yang membuat nama Milan terpatri kuat di kancah persepakbolaan Italia maupun Eropa. Berikut 10 di antaranya. 1. Juventus 1-7 AC Milan Rivalitas AC Milan dan Juventus, yang disebut sebagai dua tim terbesar Italia, memanas setelah laga ini. Juventus mulai mendominasi liga dan menguasai kota Turin menyusul berakhirnya era Il Grande Torino akibat tragedi Superga yang menimpa sang rival sekota pada 4 Mei 1949. Turin diguyur hujan deras ketika Milan datang berkunjung pada 5 Februari 1950. Meski skuatnya dikabarkan kelelahan, Juventus tetap difavoritkan untuk mengalahkan Milan. Namun yang terjadi justru sebaliknya. La Vecchia Signora dipaksa bertekuk lutut oleh Milan yang dimotori trio Gre-No-Li ( Gunnar Gren, Gunnar Nordahl, Nils Liedholm). Nordahl sendiri mencetak hat-trick dan Milan menang telak 7-1. Kemenangan fantastis ini masih hidup di hari para tifosi Milan bahkan hingga sekarang. 2. Scudetto 1951 Setelah Perang Dunia II, AC Milan menjelma jadi salah satu tim terdepan di persepakbolaan Italia. Dengan serangan berpusat pada trio Gre-No-Li asal Swedia, Milan merajalela. Milan meraih Scudetto 1951 dan itu merupakan awal dari sederet kesuksesan yang mereka rengkuh pada era tersebut. Di antaranya adalah Scudetto 1955, 1957 dan 1959 serta dua gelar dari Copa Latina pada 1951 dan 1956. Gre-No-Li sendiri kemudian menjadi cetak biru tim-tim Milan di masa depan. 3. European Cup 1963 vs Benfica Di era 1960-an, nama Nereo Rocco mengemuka berkat sistem permainan baru yang diperkenalkannya, yaitu catenaccio. Dengan sistem inilah, plus perekrutan pemain-pemain seperti Gianni Rivera dan Jose Alafini, Milan sukses menjinakkan Benfica 2-1 di Wembley untuk merengkuh trofi European Cup pertamanya pada 1963. Poros pertahanan Milan di laga tersebut tak lain adalah Cesare Maldini. Beberapa dekade berselang, sang putra Paolo Maldini sukses mengikuti jejak Cesare mengangkat trofi kompetisi antarklub paling elit di ranah Eropa. 4. European Cup dan Intercontinental Cup 1969 Inter Milan besutan Helenio Herrera mendominasi di era 1960-an dan membuat AC Milan tenggelam dalam bayang-bayang sang rival sekota. Namun, gara-gara itu pula, Milan terlecut untuk bangkit dan mendapatkan hasilnya di akhir dekade tersebut setelah sukses menciptakan keseimbangan tim yang solid. Pada tahun 1969, Milan berhasil menaklukkan Ajax yang dilatih Rinus Michels dan dimotori pemain legendaris Johan Cruijff dengan skor meyakinkan 4-1 di Santiago Bernabeu untuk merebut gelar European Cup keduanya. Setelah itu, Milan juga mengangkat trofi Intercontinental Cup perdananya dengan menjinakkan Estudiantes berkat kemenangan 3-0 di San Siro dan skor 1-2 di La Bombonera (agregat 4-2). Milan menutup dekade yang penuh rasa frustasi itu dengan akhir nan gemilang. 5. Silvio Berlusconi 1986 ilvio Berlusconi dicintai karena dialah yang menyelamatkan AC Milan dari periode kelam usai kembali dari Serie B ke kasta tertinggi Italia. Pada 20 Februari 1986, Berlusconi mengambil alih Milan, menginvestasikan dana dalam jumlah besar, dan menghindarkan Rossoneri dari kebangkrutan. Berlusconi lalu merekrut Arrigo Sacchi sebagai pelatih serta memperkuat skuat Milan dengan tambahan amunisi baru berkelas dunia dalam diri trio Belanda Ruud Gullit, Marco van Basten dan Frank Rijkaard. Selain dicintai para pendukung Milan, Berlusconi juga dibenci kubu rival karena mereka menilai kekuatan finansial Milan didapat berkat pengaruh sang bos baru di dunia politik. Namun, tak bisa dibantah bahwa Berlusconi lah yang sudah mengembalikan Milan ke level elit setelah sebelumnya sempat tenggelam. 6. AC Milan vs Maradona 1987/88 Pada musim tersebut, AC Milan meraih Scudetto pertamanya sejak 1979. Sampai sekarang, Scudetto itu adalah Scudetto tersulit yang pernah dimenangi oleh Milan. Dipimpin pelatih brilian Arrigo Sacchi dan diperkuat sederet talenta istimewa dari Franco Baresi, Mauro Tassotti, Ruud Gullit hingga Marco van Basten, Milan ternyata tak bisa begitu saja merajai Italia. Penyebabnya adalah Napoli. Napoli merupakan saingan berat Milan waktu itu. Selain memiliki bintang-bintang seperti Careca dan Circo Ferrara, skuat Napoli juga dihuni seorang pemain legendaris bernama Diego Maradona. Setelah bersaing dari awal, Milan akhirnya berdiri di puncak Italia dengan keunggulan hanya tiga poin dari Napoli. Selisih tiga poin itu didapat Milan berkat kemenangan dramatis 3-2 di Naples pada penghujung musim. 7. Milan vs Steaua Bucuresti 1989 AC Milan meraih gelar European Cup ketiganya dengan menghancurkan Steaua Bucuresti 4-0. Masing-masing dua gol dari Ruud Gullit dan Marco van Basten membawa Milan era Sacchi/Berlusconi menghajar habis sang wakil Rumania di Camp Nou pada 24 Mei 1989. Saat itu, persepakbolaan Italia merupakan yang terbaik di dunia dan Milan adalah klub yang berdiri di puncaknya. Pada tahun itu juga, Rossoneri menciptakan reputasi hebat di Eropa, yang mereka pegang sampai sekarang. 8. Milan 4-0 Barcelona 1994 Pada titik ini, European Cup sudah berganti nama menjadi Liga Champions. AC Milan merengkuh gelanya yang kelima dengan mempermalukan raksasa Spanyol Barcelona, yang memiliki Romario dan Hristo Stoichkov, pada partai final 18 Mei 1994 di Athena. Dilatih master tactician Fabio Capello dan diperkuat pemain-pemain hebat dari belakang sampai depan semisal kiper Sebastiano Rossi, Mauro Tassotti, Paolo Maldini, Demetrio Albertini, Zvonimir Boban, Marcel Desailly, Dejan Savicevic serta Daniele Massaro, Rossoneri menggilas Blaugrana empat gol tanpa balas. Massaro mencetak dua gol, sedangkan Savicevic dan Desailly masing-masing menyumbang satu. Trofi elit Eropa, dipadu dengan catatan impresif 58 laga tak terkalahkan di Serie A antara 1992 sampai 1994, pun menegaskan status Milan era tersebut sebagai salah satu tim terbaik sepanjang sejarah. 9. Inter Milan 0-6 AC Milan Selisih skor setelak ini dalam Derby Della Madonnina mungkin sulit kita saksikan lagi di masa mendatang. AC Milan menang dengan sangat meyakinkan. Skor 6-0 yang tercipta pada 11 Mei 2001 ini merupakan rekor kemenangan terbesar dalam bentrokan dua rival sekota ini di Serie A. Gianni Comandini mencetak dua gol di babak pertama. Federico Giunti menjadikannya 3-0 di awal babak kedua sebelum Andriy Shevchenko memperparah luka Inter dengan brace-nya. Di penghujung laga, Serginho menutup pesta. Beberapa keputusan wasit Pierluigi Collina memang sempat dipermasalahkan. Namun, mau tak mau, kekalahan ini pasti terus membekas dalam ingatan para tifosi Inter untuk selamanya. 10. Balas Dendam di Athena Gelar European Cup/Liga Champions terkini yang diraih AC Milan adalah pada 2007 silam. Itu merupakan gelar ketujuh Rossoneri di kompetisi elit ini. Milan memenanginya dengan cara terbaik - dari sudut pandang mereka, yakni dengan mengalahkan tim yang di dua edisi sebelumnya membuat sang raksasa Italia gigit jari Istanbul. Tim itu adalah Liverpool. Pada final tahun 2005, Milan dibuat menangis oleh The Reds setelah keunggulan tiga gol di babak pertama musnah pada paruh kedua dan mereka kalah lewat adu penalti. Dua tahun berselang, Milan dan Liverpool bertemu lagi di partai puncak Liga Champions. Kali ini, duel bertempat di Olympic Stadium, Athena. Jalan ceritanya berbeda. Filippo Inzaghi membawa Milan memimpin 2-0 dengan golnya pada menit 45 dan 82. Tak seperti laga dramatis di Istanbul, Liverpool hanya bisa menipiskan selisih skor melalui Dirk Kuyt satu menit jelang bubaran. Skor akhir 2-1 dan Milan pun sukses membalaskan dendam atas Liverpool sekaligus kembali menegaskan diri sebagai klub nomor satu di Eropa. Sukses Milan itu semakin komplet dengan jatuhnya gelar top scorer dan pemain terbaik turnamen kepada maestro mereka asal Brasil, Ricardo Izecson Dos Santos (Kaka). Aku Yakin Pada Saatnya AC Milan Bisa Seperti dulu lagi hanya menunggu waktu :) #weareacmilan #forzamilan -WFC-
Posted on: Thu, 14 Nov 2013 15:11:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015