Annyeong :D Min Choi hadir lagi :) Ini Mimin bawain FF titipan - TopicsExpress



          

Annyeong :D Min Choi hadir lagi :) Ini Mimin bawain FF titipan member kalo dr jenisnya menurut mimin ini seperti Oneshoot karena tanpa part alias langsung END :D :D /// //// // // /// //// /// //// Happy reading :D *ngasih cemilan Title : I’m With You Author: Hachiaki / Prifani Hafidzah Fadillah Main Cast : Shim Chang Min, Park Min Ji “aku disini, Chang Min.. aku bersamamu..” #NowPlaying : Super Junior K.R.Y ft. Sung Min – What If Matahari menampakkan cahaya paginya di ufuk timur, menyapa dunia. Ditemani sejuk awal musim semi, ia mengusik tidur seorang pria jangkung yang masih bergelung dalam selimut putihnya.Bibirnya melenguh merasa tidurnya tergangggu. Perlahan pria itu mengerjap membiaskan cahaya mentari yang memasuki celah matanya. Kaus putih dipadukan celana jeans pendek selutut. Dengan mata kecil namun tajam, rahang tegas, hidung mancung serta tubuh menjulang tinggi, benar benar penggambaran pria tampan seperti komik jepang. Tapi, ketika kau melihat senyum dan langkahnya yang melompat lompat senang atau merengek ketika keinginannya tak dipenuhi, kau akan menyadari sesuatu. Sesuatu yang tampak salah, yang tak seharusnya ada pada pria tampan berusia kurang lebih dua puluh tujuh tahun itu. Sebuah senyum lebar terukir ketika kesadarannya terkumpul sepenuhnya. Matanya melihat dengan jelas cahaya matahari pagi yang memasuki celah jendela kamarnya. “Min Ji Nuna.. Changmin ingin menyiram bunga!” -- Min Ji masih memakai kaus dan celana jeans pagi itu. Ia belum sempat berganti dengan seragam perawatnya.baru menginjakkan kaki di rumah sakit, namun Chang Min sudah merengek minta diantar menyiram bunga. Min Ji menatap punggung bidang Chang Min dari belakang. Kakinya tampak sedikit melompat saking senangnya ketika menyiram bunga di taman rumah sakit. Seorang atasannya menatap Min Ji dengan isyarat agar ia segera mengganti baju casualnya itu dengan seragam perawat. Gadis itu mengangguk lalu mendekati Chang Min yang menyiram bunga dengan ceria. “Nuna.. lihat, bunga itu cantik sekali..” Zhoumi menunjuk bunga anggrek di pojok dengan berbinar. Ia meraih bunga itu, lalu mengelus kelopaknya yang tampak indah. “ini apa namanya Nuna?” “ini? Namanya anggrek..” “hihi.. warna nya sama seperti baju nuna..” Zhou Mi terkikik senang. “benarkah? Kalau begitu, karrena Chang Min bilang Nuna mirip bunga ini, sepertinya Nuna juga butuh air seperti bunga bunga itu.” Min Ji mengelus surai hitam Chang Min dengan agak berjinjit. Pria ini terlalu tinggi, pikirnya. Chang Min tersenyum ceria. Membujuk Chang Min untuk ditinggal sendirian memang bukan perkara gampang. Harus dengan lembut dan penuh sayang. “nuna butuh air? Nuna ingin seperti bunga ini yang disiram Chang Min setiap pagi? seperti ini?” dan dengan polosnya Chang Min menyiramkan air dari selangnya ke atas kepala Min Ji. Sontak Min Ji kaget dengan reaksi Chang Min. “ya! Chang Min! Bukan itu maksud Nuna! Nuna ingin mandi, dan Nuna ingin kamu menyiram bunga sendiri disini. Aish.. aku basah kuyup..” ujar Min Ji kesal. Tanpa sadar kalau ia melakukan hal yang salah. Ia lupa kalau emosi Chang Min benar benar harus di jaga. Chang Min menggigit bibir bawahnya. Hingga tak berapa lama pundaknya bergetar karena takut. “nuna marah? Chang Min tidak suka di bentak.. Maaf.. Nuna jangan marah..” Pria jangkung itu meremas ujung bajunya. Isakan mulai terdengar dari bibirnya. Dan Min Ji mulai panik. “tidak.. Nuna tidak marah.. Chang Min jangan menangis ya.. Nuna sayang pada Chang Min.. Jadi jangan takut Nuna marah pada Chang Min. Nuna hanya terkejut.” Min Ji memeluk pria yang jauh lebih tinggi darinya itu. Berusaha menenangkan, ia mengelus punggung Zhou Mi yang masih bergetar. Dan kembali perasaan itu menghampirinya. Min Ji merasa seperti ribuan kupu kupu menggelituk perutnya. Jantungnya berdetak cepat, tak beraturan. “jangan menangis... Nuna disini..” Dan Min Ji tak bisa mengelak lagi. Ia mencintai pria dalam pelukannya ini sejak pertama kali mereka bertemu. -- Chang Min sakit. Ia terjebak dalam usia lima tahunnya. Tubuhnya bertambah dewasa. Tapi tidak dengan jiwanya. Trauma yang ia alami begitu berat, dan ketika rumah sakit ini menemukan Chang Min, keadaannya sudah terlalu parah. Emosi nya tak pernah stabil. Mudah berubah – ubah dengan sendirinya. Chang Min kecil melihat dengan mata kepalanya sendiri kala kedua orang tuanya bunuh diri di depan matanya. Entah apa yang dipikirkan mereka berdua, membiarkan anaknya melihat orang tuanya menggeliat kesakitan, menjemput ajal. Belum lagi semua keluarga mengucilkannya. Ia juga tak pernah mendapat kesempatan mengenyam bangku sekolah. Pamannya yang sering mabuk – mabukan itu tak punya uang cukup untuk membiayai Chang Min yang mau tidak mau tinggal bersamanya. Di acuhkan seperti ini semakin mempeparah keadaan Chang Min. Hingga ketika usianya menginjak dua puluh tahun, pamannya menyadari kejanggalan pada keponakannya itu. Meski tak pernah memperhatikan pria bertubuh tinggi menjulang itu, tapi ia sadar ada yang tidak beres. Pamannya mencari jalan bagaimana cara keponakannya yang mulai menunjukkan gejala ‘tidak normal’ nya itu agar tidak tinggal lebih lama lagi bersamanya. Pergi, tidak lagi mengusik hidupnya. Dan sebuah ide gila, meninggalkan Chang Min tak jauh dari Rumah sakit kejiwaan Seoul menjadi pilihannya. Chang Min meraung – raung tak ingin di tinggal. Tapi pamannya tak perduli. Semua keluarganya tak perduli. Pria itu meringkuk dengan tubuh menggigil di tengah derasnya hujan. Giginya bergemelatuk takut. Hingga ke esokan harinya, seorang perawat rumah Sakit Kejiwaan Seoul menemukan Chang Min dalam keadaan demam tinggi. Park Min Ji – perawat itu – yang menyelamatkan hidup Chang Min. Chang Min menemukan sosok seseorang lembut penuh kasih sayang yang selama ini ia cari dalam diri Min Ji. Dan entah bagaimana caranya, Min Ji jatuh dalam pesona polos pria yang kelihatan lebih muda darinya itu. Tujuh tahun telah berlalu. Tapi tak ada perkembangan berarti dari Chang Min. Dan hingga saat ini, Min Ji tak pernah tau masa lau Chang Min. Alasan Chang Min berakhir di sini. -- “kau tau? Keluarga Chang Min mencarinya..” Hampir Min Ji tersedak mendengar penuturan rekan kerja nya. “keluarga? Bagaimana bisa?” Min Ji menyerngit heran. Tapi rekannya menatap Min Ji lebih heran lagi. “kau ini aneh sekali. Pasienmu di temukan keluarganya, tapi kau tampak tidak senang..” Min Ji tertunduk canggung. “bukan begitu.. aku hanya terlalu senang. Dengan keluarganya datang, berarti dia bisa lebih cepat sembuh.” Rekan nya menatap Min Ji sejenak, lalu melanjutkan makannya yang tadi tertunda. Sementara Min Ji tak lagi berselera. Keluarga Chang Min mencarinya. Itu berarti Chang Min akan kembali pada keluarganya, jika mereka menginginkan. Rasanya ingin menangis. Tiba – tiba ia takut kehilangan Chang Min -- “Chang Min.. ada yang ingin menemui mu..” ujar Min Ji ragu. “menemui Chang Min? Siapa?” “dia bilang dia paman mu. Dia akan menjemput Chang Min besok.” “Paman? Yeay! Chang Min rindu paman..” Chang Min membuat gerakan memeluk tubuhnya sendiri. “rindu? Chang Min pernah bertemu paman sebelumnya? Chang Min ingat paman?” Min Ji menyerngit heran. Ia tak pernah mau cerita tentang keluarganya selama tujuh taun tinggal disini. “iya. Sebelum Chang Min bertemu dengan Nuna, Chang Min tinggal bersama paman. Ah, Chang Min jadi sedih..” Gumam Chang Min menunduk. ‘apa anak ini di buang pamannya? Kenapa perasaanku semakin tidak enak?’, batin Min Ji. “Chang Min harus baik baik bersama paman ya..” Min Ji mengelus rambut Chang Min lembut. Ia hampir menangis. Chang Min menganggukkan kepalanya beberapa kali, lalu kembali terkikik seperti anak kecil. “Nuna ingin memeluk Chang Min boleh?” ujar Mi Ji mengenggam tangan Chang Min. Chang Min kembali mengangguk tanda setuju. Tanpa menunggu lagi, Min Ji menarik Chang Min dalam pelukannya. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Chang Min yang di balut kaus biru muda. “biarkan begini Min.. sebentar saja biarkan seperti ini..” gumam Min JI. “hihi.. Nuna kecil sekali..” -- Min Ji melempar sweater biru nya asal. Tanpa perduli sepatu yang masih melekat rapi di kakinya, ia melemparkan tubuhnya ke atas kasur empuk yang telah ia tinggali selama beberapa taun ini. Gadis itu merasa tubuhnya remuk karena kelelahan. Dua pasien skizofrenia meronta hingga melukai salah seorang dokter senior. Dan ia baru menyadari kalau Chang Min berperan penting pada pekerjaannya di rumah sakit. Tawa ceria atau rengekan manja Chang Min berpengaruh besar dalam memperbaiki moodnya. Tehitung dua bulan sejak Chang Min meninggalkan rumah sakit dan kembali dengan pamannya. Ketika pergi, Pamannya berjanji akan membawa Chang Min seminggu sekali kesini. Tapi sampai saat ini belum sekalipun Chang Min memeriksakan keadaannya kesini. Dokter Jung yang menangani nya pun khawatir keadaan Chang Min memburuk. Hampir gadis itu terlelap, Hand Phone Min Ji berdering tanda sebuah panggilan. Tangannya meraih malas Hand Phone putih yang ia letakan di meja sebelah tempat tidurnya. “yeoboseyo..” “Min Ji.. Chang Min...” suara diseberangnya tersendat. Rasa khawatir menyelimmutinya kala nama Chang Min terselip dalam isakan seseorang disana. “Chang Min kenapa? Katakan dengan jelas” “Chang Min kembali tapi..” -- Tangan Chang Min berlumuran darah dengan penampilan lebih berantakkan dari pertama kali Min Ji menemukannya. Dan yang membuat Min Ji semakin hancur adalah chang Min yang meronta ketakutan ketika Min Ji hendak memeluknya. Chang Min mengalami Self Injury dan kini dia anti sosial. Ia akan bergetar ketakutan kala ada yang mendekatinya. Min Ji menyesal. Ia yang paling menyesal membiarkan Chang Min dibawa pamannya kala itu. Pamannya memunculkan intuisi dalam diri Chang Min untuk membunuh diri nya sendiri. Menyusul orang tuanya yang telah lama pergi dengan dalih mendapatkan kekayaan orang tua Chang Min yang tersisa. Min Ji yang melaporkan paman Chang Min ke kepolisian dan dia yang paling emosi di pengadilan. Ia benar benar merasa berperan penting dalam melindungi Chang Min. Namun semua kerja keras Min Ji untuk menyembuhkan Chang Min harus dimulai lagi dari awal. Pria jangkung itu sulit di dekati. Tubuhnya akan bergetar dan menangis dalam sunyi jika seseorang mendekat. Ia juga hanya diam di kasur atau kursi roda seharian. Min Ji kini mesti bersusah payah untuk membujuk nya makan. Seperti hari ini. Chang Min akan mengatupkan bibirnya rapat rapat kala Min Ji datang membawa nampan berisi makanan. “pergi..” gumam Chang Min. Dan Min Ji membelalak tak percaya. “Chang Min, kau bicara? Coba ulangi..” Bibir Chang Min bergetar. Ia terisak semakin keras kala Min Ji mendekat. “Chang Min.. katakan lagi..” “pergi!” ujar Chang Min dengan nada lebih tinggi. Tangannya menepis nampan yang Min Ji bawa hingga jatuh ke lantai. “maaf.. Chang Min maafkan Nuna..” Min Ji ikut terisak dan semakin mendekat. Isakan Chang Min pun semakin keras. “tenang Chang Min tenang.. “ Min Ji meraih tangan Chang Min meski mendapat tarikan keras dari Chang Min yang tak mau di dekati. Min Ji menarik tubuh kurus Chang Min dalam dekapannya. Tubuh Chang Min langsung meronta minta di lepas. Ia menangis semakin keras dan air matanya mengenai pundak Min Ji. “tenang Chang Min.. ini aku, Min Ji..” gadis itu mengelus pundak Chang Min. “aku disini, Chang Min.. Aku bersamamu..” End .... ..... ...... ...... ..... Silahkan RCL :D .... .... .... ...... Choi/Trainee
Posted on: Fri, 28 Jun 2013 10:46:35 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015