Apa makna dari kesadaran diri menurut al-Qur’an? Tolong jelaskan - TopicsExpress



          

Apa makna dari kesadaran diri menurut al-Qur’an? Tolong jelaskan lebih dalam. Jawaban Global Kesadaran diri dalam al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang terdapat pada wujud dirinya dan kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat keberadaan dan nama-mana serta sifat-sifat Ilahi. Kesadaran diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam seperti fitrah (bawaan), global (universal) dan irfani (sufistik) yang tingkatan sempurnanya itu adalah kesadaran diri irfani (sufistik) yang ia telah terkait dan menyatu dengan hubungan dan korelasi manusia dengan realitas serta kesejatian hakikinya yang tidak lain hal itu adalah khalifatullah. Jawaban Detil Kesadaran diri dalam al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang ada pada wujud dirinya dan kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat keberadaan dan nama-mana serta sifat-sifat Ilahi. Jadi, zat atau esensi dan substansi diri manusia terletak pada kesadaran akan jati dirinya[1] karena kecintaan dan kerinduannya terhadap hal itu merupakan fitrah dirinya. Dengan demikian, kesadaran diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam[2] yang mana tingkatan sempurnanya itu adalah kesadaran diri irfani (sufistik) yang ia telah terkait dan menyatu dengan hubungan dan korelasi manusia dengan realitas serta kesejatian hakikinya yang tidak lain hal itu adalah khalifatullah. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara global tentang beberapa hal yang paling penting terkait dengan masalah ini: Kesadaran Fitrawi Hal semacam ini bukan merupakan sebuah bentuk persfektif dan sebuah pengetahuan yang sifatnya hushuli,[3] namun merupakan sebuah kesadaran dan sebuah ilmu hudhuri. Kesadaran diri yang bersifat hudhuri mengandung makna bahwa: saya ada dan saya punya serta memiliki kesadaran serta pengetahuan terhadap keberadaan dan eksistensi ini melalui potensi-potensi internal saya. Hal ini merupakan sebuah pengetahuan dan kesadaran prinsipil dan nyata serta sama persis dengan pribadinya. Pada pengetahun dan kesadaran ini, manusia memperoleh dan akan meraih sebuah realitas bernama “saya” dan hal itu sama dengan pengetahuan dan kesadaran terhadap diri pribadinya.[4] Tentunya pada fenomena ini, biasanya tidak bisa langsung sampai pada “saya” itu, melainkan pertama kekuatan-kekuatan dan aktifitas-aktifitas internal itu dirasakan dan dipahami terlebih dahulu kemudian “saya” itu – guna memperoleh serta meraih kesadaran dan pengetahuan yang sifatnya hudhuri itu – dirasakan dan dipahami.[5] Al-Qur’an setelah menyinggung hal ini pada tahap penciptaan janin dalam kandungan (rahim), sebagai tahapan paling akhir –yang sejatinya merupakan tahapan paling penting dalam proses penciptaan manusia.[6] Al-Qur’an menyatakan: ”Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.”[7] Hal ini menunjukkan bahwa materi bawah sadar berubah menjadi sebuah substansi ruh yang sadar.[8] Dengan kata lain, ia telah diberi kehidupan, kemampuan dan ilmu dan diberinya substansi dzati (jauhar-e dzati) yang hal ini biasa disebut “saya.”[9]
Posted on: Mon, 07 Oct 2013 03:13:17 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015