BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Manusia bergerak - TopicsExpress



          

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Manusia bergerak senantiasa dalam ruang dan waktu. Manusia dalam keseluruhannya berada dalam proses bersama dengan yang lain (zoon politicon). Dalam proses itu, ia semakin mencari untuk menemukan siapa dirinya, bagaimana cara dan ke mana tujuannya. Dalam kaitannya dengan pendidikan dan melalui pendidikan, manusia menemukan siapa dirinya, menemukan dan sekaligus mengaplikasikan bagaimana cara serta menentukan ke mana tujuannya. Tentunya muncul banyak pertanyaan dan pernyataan tentang pendidikan, karena memang pendidikan adalah hal yang luas (extention) tetapi juga sekaligus ‘menyempit’ karena keutamaannya adalah bersentuhan secara langsung dengan hakekat manusia sebagai figur yang pantas untuk dihormati dan dicintai. Pendidikan berawal, berproses dan sekaligus bertujuan-berpusat pada manusia. Jika benar berpusat pada manusia maka bagaimana dengan metode pendidikan yang Text-Bookish? Sebuah metode pendidikan yang terlalu ‘kebuku-bukuan’ hingga akhirnya kehilangan darimana sumber berasal dan bagaimana aplikasi dalam hidup. Sebuah metode pendidikan yang nampaknya terlalu instrumentalistis, sekaligus berlebihan keilmiahannya (populer) tanpa memperhatikan aspek lainnya. Pendidikan era kini justeru semakin berpapasan dengan era globalisasi, semakin berwajah dua. Di satu sisi, mengindikasikan realitas produktif-konstruktif tetapi di lain sisi pada saat yang sama pun pendidikan kalah bersaing dengan derasan koyakan globalisasi yang mengantar pendidikan masuk dalam ruang lingkup dekonstruktif. Sebuah pendidikan yang menina-bobokan pendidik-terdidik, guru-siswa, orang tua-anak. Para pendidik lebih suka membacakan tulisan huruf-huruf mati tanpa menjelaskan lebih intensif tentang makna-makna pengertian hidup bagi para terdidik. Para terdidik pun lebih suka disuap dengan buku-buku dan ‘ilmu-ilmu manja’ tanpa membangun suatu sikap ingin tahu yang lebih intern dan intensif untuk mencari dan menemukan sebuah akar dan aplikasi integral dalam hidup. Para pendidik dan terdidik seolah-olah dimanja dengan buku-buku yang telah ada tanpa harus bekerja keras untuk menemukan sesuatu yang kontekstual untuk dikembangkan demi meningkatkan potensialitas anak-anak bangsa ini. Hakekat pendidikan direduksi hanya ke dalam persoalan tahu membaca, menulis, menghitung dan berbicara. Pendidikan pada akhirnya tak mampu ikut mendayajuangkan bangsa ini untuk semakin menjadi integral dalam otonominya tetapi bahkan pendidikan justeru menjadi sumber konflik dalam otonomi daerah. Pendidikan dalam proses yang integral entah perndidiknya maupun anak terdidik di mana dan kapan saja. Pendidikan harus lebih ditegaskan sebagai proses pemanusiaan (actus humanus ) daripada sekedar untuk mendapatkan kerja dalam dunia birokrasi dan supaya getol dalam dunia politik. Realitas nampak kini sebenarnya merupakan representasi secara lurus daripada ketidakseriusan pada saat dan dalam proses itu sendiri. Dan keseriusan yang dituntut adalah suatu keseriusan yang lebih berdimensi integral dan relevansional dari pada sekedar berpatokan pada buku-buku yang tidak lebih dari rumusan-rumusan huruf mati diakibatkan oleh kelalaian manusia itu sendiri. Berhadapan dengan realitas seperti ini akhirnya mendorong penulis untuk semakin mangkaji secara mendalam serta menawarkan solusi-solusi praktis dengan memilih judul tulisan : Pendidikan Tegas-Tandas Sebagai Strategi Penangkal Pendidikan Modern Ala Tetx-Bookish. Menegaskan tetapi bukan kekerasan dan menandaskan tetapi bukan menggurui atau menghakimi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan persoalan intinya demikian : Apa yang dimaksud dengan pendidikan Tegas-Tandas? Sejauh mana dibuktikan bahwa pendidikan modern ala Text-Bookish? Sejauh mana dibuktikan keefektifitasan dari pendidikan Text-Bookish? Wadah mana dan figur siapakah yang paling bertanggungjawab untuk sebuah pendidikan yang integral demi keutuhan bangsa ini? 1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengkaji dan menemukan solusi praktis dari problem pada rumusan masalah. Tulisan mini bisa ditujukan bagi siapa saja yang ingin mengembangkan pengetahuannya dalam dunia pendidikan integral. Tulisan ini diajukan kepada pihak yang berwewenang dalam dunia akademik sebagai sarana untuk mencari dan menemukan potensi-potensi generasi muda era kini. BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1 Pengertian 2.1.1 Pendidikan 2.1.1.1 Jasper Ungoed-Thomas Education is concerned with encouraging respect for persons, self and other ... [and that] ... schools cannot hope to do this effectively unless they are clear about the ideas of a person which they value. As we have seen, the good school is, for him, one which successfully reflects in its teaching and learning the qualities of respect for persons, truth, justice and responsibility. He believes that these are the first virtues of education and central to its affective dimension . 2.1.1.2 Carter V. Good Pendidikan mengandung arti : a. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. b. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. 2.1.1.3 Freeman Butt Pendidikan mengandung arti : a. Kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi. b. Pendidikan adalah suatu proses. Melalui proses ini individu diajarkan kesetiaan dan kesediaan untuk mengikuti aturan. Melalui cara ini pikira manusia dilatih dan dikembangkan. c. Suatu proses pertumbuhan yang didalamya seseorang dibantu untuk mengenal dan mengembangka kekuatan, bakat, kesanggupan dan minatnya. d. Proses rekonstruksi dan reorganisasi pengalaman yang menambah arti serta kesanggupan untuk memberikan arah bagi pengalaman selanjutnya. 2.1.1.4 Tim IKIP Malang Pendidikan mengandung arti : a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu (pikir, karsa, rasa, cipta dan hati nurani), dan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan). b. Lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat (negara). 2.1.1.5 Defenitifnya Pendidikan Berdasarkan beberapa pemahaman di atas maka penulis menyimpulkan arti praktisnya pendidikan yakni sebuah aktivitas untuk mengembangkan potensialitas manusia dengan tetap memperhatikan aspek integralnya yakni kognitif, afektif, konatif, spiritual dan moral. Pendidikan dengan aspek-aspek ini sangat perlu untuk disesuaikan bersama sesama, masyarakat dan dalam lingkungan. Pembatasan inilah yang akan digunakan untuk menjelaskan tentang pendidikan Tegas-Tandas. 2.1.2 Tegas-Tandas Istilah Tegas-Tandas ini merupakan hasil dari sebuah refleksi kritis-ideal penulis terhadap realitas pendidikan era kini. Kedua istilah ini dapat dijelaskan demikian : Menurut KBBI dan TESAURUS, kata tegas dan tandas mengandung arti : Jelas dan terang benar; nyata. Menegaskan bearti menerangkan; menjelaskan, mengatakan dengan tegas dan pasti, tidak ragu-ragu. Menandaskan bearti menegaskan sesuatu dengan pasti karena sesuatu itu penting dan berfaedah. Makna leksikal ini benar-benar menjelaskan apa yang dimaksud oleh penulis. Pendidikan adalah sebuah mekanisme untuk berani mengatakan dengan tegas, jelas dan pasti apa yang penting dan berfaedah bagi manusia dalam aplikasinya bersama dengan ada lain sekitarnya. Lantas, apa yang mau diTegas-Tandaskan? Bahwa pendidikan Tegas-Tandas harus menegaskan dengan tegas dan pasti tentang manusia meliputi aspek keseluruhannya atau integralitasan yakni aspek kognitif, afeksional, konatif atau psikomotorik (jasmaniah), moralitas, spiritual. 2.1.3 Text-Bookish Menurut Kamus Ebta Setiawan dan Kamus John Echols, kata text mengandung arti teks, wejangan, buku pelajaran, naskah. Sedangkan kata bookish mangandung arti terlampau kebuku-bukuan. Karya yang ditulis terlampau kebuku-bukuan. Textbook artinya buku pelajaran. Berdasarkan makna leksikal ini, maka ditemukan maksud Text-Bookish. Pendidikan ala text-bokish, sebuah mekanisme pendidikan ala buku, terlalu kebuku-bukan sehingga siswa semakin digiring menuju kepada suatu mekanisme yang tidak tahu menahu akan dari mana sumbernya dan bagaimana aplikasinya. 2.1.4 Modern Menurut KBBI dan TESAURUS, Kata modern mengandung arti terbaru, mutakhir. Searti juga dengan kontemporer; globalisasi; baratisasi. Istilah-istilah ini akhirnya merujuk pada suatu skala mondial; universalitas tanpa batas. Manusia dalam segala kecenderungannya berhadapan dengan realitas tanpa pembedaan dan pembatasan secara jelas akhirnya terjerumus masuk ke dalam suatu mental instant. Modernitas kini hadir dalam dua mata sisi. Satunya bersifat konstrukti dan lainnya bersifat dekonstruktif. Karena pendidikan hakekatnya adalah konstruktif maka dengan sendirinya dekonstruktifitas dalam dunia pendidikan harus dihindari. Dalam konteks ini, penulis memandang pendidikan ala Text-Bookish sebagai sebuah dekonstruktifitas terhadap potensialitas manusia dan terhadap hakekat manusia dalam keseluruhannya sebagai person. Manusia jangan di non-person-kan hanya karena kecerobohan dalam pendidikan akibat arus modern ini. 2.2 Wadah dan Formatur Pendidikan Mengawali pembahasan ini perlu ditegaskan secara defenitif bahwa seluruh pembicaraan kata pendidikan tentunya mengandung arti proses integral antara aspek-aspeknya bersama dengan formator-formatornya. 2.2.1 Orang tua dalam Keluarga (wadah informal) Setiap manusia terlahir dari rahim seorang ibu dan dibesarkan dari keringat tangan seorang bapa. Dari sejak dibesarkan orang tua selalu mengajarkan nilai-nilai praktis bagi anaknya. Semisal : tidak boleh mencuri dan lain-lain. Keberadaan orang tua dalam kekeluargaan benar-benar ditemukan sebagai formatur dan sekolah yang pertama dan utama. Sebagai sekolah pertama karena di sinilah kepada anak pertama kali diperkenalkan dan dibathinka nilai-nilai dasar bagi anak. Semisal juga harus saling mengasihi antar sesama dan sebagainya. Sebagai sekolah utama mengandung arti bahwa pada umur-umur anak usia dini sangat perlu dibathinkan nilai-nilai praktis yang penting bagi anak, karena kelalaian dalam pembathinan nilai akan berimbas pada kelalaian perilaku terus ber-dekade dalam hidup bersama. Orang tua sebagai formatur pertama dan utama, tentunya harus benar-benar efektif dalam memperhatikan kebutuhan integralitas anak. Kepada anak semestinya didekati secara kasih sayang dan benar-benar dengan pendekatan yang mengena dengan sosok, situasi serta ‘kemauan’ anak. Pendekatan-pendekatan itu harus semakin membuka ruang gerak bagi anak-anak dan tentunya selalu dalam bingkai bebas yang bernuansa tanggung jawab. 2.2.2 Guru dalam Sekolah Pendidikan formal harus tersistematisasi oleh guru dan murid untuk secara berkelanjutan untuk kembali menegaskan dan memberi pendasaran yang lebih intensif dan internal tentang apa yang telah ditanamkan secara praktis dalam keluarga oleh orang tua. Pada taraf pendidikan formal ini perlu diperhatikan agar para guru tidak boleh menciptakan suatu otomatisme dalam dunia pendidikan sehingga menjerumuskan makna pendidikan seolah-olah hanya berurusan dengan persoalan sekedar membaca, menulis dan menghitung. Guru bersama dengan murid dalam situasi yang formal perlu secara bersama menciptakan suatu mekanisme yang fleksiball dan bebas dari kekangan dan ketegangan ilmiah yang berlebihan. Seorang guru harus menciptakan ‘rasa kemuridan’ melalui mekanisme pengajarannya. Guru artinya digugu dan ditiru. 2.2.3 Tokoh Agama Memperjuangka nilai-nilai keagamaan. Membatinkan nilai-nilai spiritual. 2.2.4 Tokoh Adat Fondator moral dan budaya praktis. 2.2.5 Tokoh Pemerintahan Fondator sarana-prasarana dan transformator mekanistik. 2.2.6 Lingkungan Sosial Keadaan lingkungan. 2.2.7 individu dalam proses Kematangan dalam proses. Harus semakin mematangkan diri dalam proses. Tidak bearti sudah sempurna. 2.2.8 Peranan Umum Para Formatur 2.2.8.1 Pendidik 2.2.8.2 Pembina bina, membina v 1 membangun; mendirikan (negara dsb): kita bersama-sama ~ negara baru yg adil dan makmur; 2 mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna, dsb): ~ bahasa Indonesia, berarti ikut ~ bangsa Indonesia; terbina v dapat dibina; binaan n 1 hasil membina; 2 yg dibina: para perajin itu merupakan ~ pemerintah daerah; pembina n orang yg membina; alat untuk membina; pembangun; pembinaan n 1 perihal membina (negara dsb); 2 pembaruan; penyempurnaan 2.2.8.3 PEMBIMBING bimbing v 1 pimpin; asuh; 2 tuntun berbimbing v berpegang tangan; berpimpin; berbimbingan v 1 (saling) berpegangan tangan; bergandengan; 2 ki bekerja sama; tolong-menolong; membimbing v 1 memegang tangan untuk menuntun; memimpin: ia berjalan sambil ~ kakeknya yg buta; 2 ki memberi petunjuk (pelajaran dsb); mengasuh: orang tualah yg berkewajiban ~ anakanaknya ke jalan yg benar; 3 ki memberi penjelasan lebih dulu (tt sesuatu yg akan dirundingkan dsb): ia ~ anak-anak memahami isi buku ini; bimbingan n 1 petunjuk, penjelasan cara mengerjakan dsb sesuatu; tuntunan; pimpinan: ~ tes masuk Universitas Indonesia; 2 ark kata pendahuluan; kata pengantar; pembimbing n 1 orang yg membimbing; pemimpin; penuntun; 2 sesuatu yg dipakai untuk membimbing spt pengantar (ilmu pengetahuan); 3 ark kata pendahuluan 2.3 PENDIDIKAN TEGAS-TANDAS VERSUS PENDIDIKAN TEXT-BOOKISH 2.3.1 Pendidikan dalam Ideal Bangsa Indonesia Bangsa Indonesia memiliki empat pilar (The four pilars of Indonesian) yang menjadi dasar dan falsafah hidup. Keempat pilar itu adalah pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Idealnya Bangsa Indonesia terikat dan terarah menuju visi yang sama yakni. Keseragaman untuk menghindari primordialisme atau fanatisme. Secara khusus dalam bidang pendidikan akan ditelaah berdasarkan pilar Pancasila dan UUD 1945. 2.3.1.1 Pancasila Di dalam rumusan pancasila, ditemukan keterpaduan semua aspek. Sila pertama ; Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti 2.3.1.2 UUD 1945 Bab XIII Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 Ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat 2: setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (p. 175) 2.3.2 Realitas Pendidikan Modern Pendidikan hadir di tengah-tengah himpitan zaman, karena itu pendidikan harus dipekerjakan untuk semakin menemukan identitasa orisiniilnya. 2.3.2.1 Tantangan Teknologis 2.3.2.2 tantangan lingkungan instant 2.3.2.3 Ala Text-Bookish 2.3.2.3.1 Dari Mana Sumbernya 2.3.2.3.2 Bagaimana Aplikasinya 2.3.2.4 Self Seeking 2.3.2.5 Self Fulfilling 2.3.3 Pendidikan Tegas-Tandas 2.3.3.1 Apeks Kognitif 2.3.3.2 Aspek Afeksional 2.3.3.3 Aspek Konatif atau Psikomotorik 2.3.3.4 Aspek Moralitas 2.3.3.5 Aspek Spiritual 2.3.3.6 Aspek Jasmaniah 2.3.4 Konteks Pendidikan Tegas-Tandas 2.3.4.1 bebas dan fleksiball Paulo Freire 2.3.4.2 Keseluruhan dan keseimbangan 2.3.4.3 Dialogal aktif 2.3.4 4 Kritis-Logis-Rational dan Sistematis 2.5 Pendidikan Tegas-Tandas sebagai tipe ideal pendidikan Indonesia. BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
Posted on: Tue, 27 Aug 2013 04:23:58 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015