Bandit kecil ujung gang Siang yang cerah dengan sapaan angin mengelus leher, menekan tubuh untuk bersandar ke tembok melalui sebuah gravitasi bumi. Sang angin tak hentinya bergerak meliuk-liuk menyuarakan daun bersentuhan, sisi khayal mulai meracau liar tanpa kendali jika ada sebuah tiang bendera di depanku mungkin suara kelebatnya akan menjadi sebuah harmoni dalam terpaan udara. Ah khayal itu cukup memabukkan! Kembali ke dunia nyata, segelas kopi dan beberapa batang rokok yang cukup berbahaya untuk dikonsumsi tapi apa boleh buat! Sudah diseduh dan dibakar jangan sampai semua percuma, terlebih kopi dan rokok belum termasuk kategori barang ilegal atau impor walaupun status kepemilikan dan saham pabrik rokok hanya Tuhan yang tau. Hari yang spesial adalah pengganggu dari nyata dan khayal. Belum habis kuhisap nikmatnya angin dan keheningan ujung gang, bandit-bandit kecil datang untuk berperang diantara sesamanya dengan membawa lembaran-lembaran kebudayaan impor yang ditanamkan dipupuk dan dibudidaya, tapi ya sudahlah, ku bukan manusia super seperti pada gambar. Kudeta mereka berhasil! Duduk sendiri ditemani kopi dan rokok saja belum cukup bisa dikatakan revolusioner! Bukan begitu, begitu bukan? Bocah-bocah ingusan cukup membuat kocar-kacir kesunyian statusquo. Sudah dikudeta yang muda, ya pindah ke sebrang teras memperhatikan. Layaknya tim sukses pemilu mereka saling menceritakan jagoan masing-masing yang tertera pada gambar dan cukup superior lewat pandangannya “nu urangmah jagoan pisan, bisa hiber jeung boga elmu alus” (punya saya bisa terbang dan punya ilmu bagus). Perhatian mereka tertuju pada pertandingan kalah dan menang, sepertinya sudah terlalu sibuk untuk memikirkan bahwa mereka sedang diperhatikan. Di sisi lain diluar kancah perang dua kandidat masih sibuk memotong lembaran jagoan yang akan menjadi pertentangan kalah dan menang berikutnya.
Posted on: Tue, 03 Dec 2013 13:33:30 +0000
Trending Topics
Recently Viewed Topics
© 2015