Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata - TopicsExpress



          

Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Jakarta Fiksiana Freez Home Humaniora Edukasi Artikel Edukasi Aceng Kusmawan Kirim Pesan ACENG KUSMAWAN 0inShare TIDAK ADAK ANAK YANG BODOH, YANG ADA ANAK YANG LAMBAT KECERDASANNYA REP | 23 July 2013 | 10:41 Dibaca: 0 Komentar: 0 0 Ungkapan populer yang berbunyi: “TIDAK ADA PRAJURIT YANG SALAH, YANG ADA ADALAH KOMANDANNYA YANG SALAH” apabila dikait-kaitkan dengan ungkapan “TIDAK ADA ANAK YANG BODOH, YANG ADA ADALAH GURU YANG BODOH” itu adalah sama sekali tidak relevan. Di satu pihak prajurit menggunakan metode atau pendekatan militeristik, sedangkan di pihak lain pendidikan yang dilakukan oleh guru menggunakan didaktik,metodik dan pedagogik, sungguh dua hal yang sangat berbeda. Apabila ada orang yang mencoba mengait-ngaitkan atau meniru-nirukan ungkapan “TIDAK ADA PRAJURIT YANG SALAH, YANG ADA ADALAH KOMANDANNYA YANG SALAH” dengan ungkapan baru yang dibuat-buat kemudian dia mengatakan “TIDAK ADA ANAK YANG BODOH, YANG ADA ADALAH GURU YANG BODOH” maka itu adalah keliru besar. Karena dia telah berusaha mengait-ngaitkan sesuatu yang sama sekali tidak ada korelasinya. Saya lebih sependapat dengan ungkapan: “TIDAK ADA ANAK YANG BODOH, YANG ADA ADALAH ANAK YANG LAMBAT TINGKAT KECERDASANNYA”, karena pada dasarnya setiap anak memiliki kecerdasan walaupun dengan tingkat kecerdasan berbeda-beda. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan mampu menguasai suatu keterampilan lebih cepat dibanding anak yang lambat. Ketika hasil UJIAN NASIONAL sebagai sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional digunakan sebagai tolok ukur untuk mengukur tingkat kecerdasan seorang anak maka sangatlah tidak adil bagi anak tersebut, apalagi bagi anak yang secara kebetulan nilai hasil UN-nya rendah. Karena mata pelajaran yang di-UN-kan hanya sebagian kecil dari mata pelajaran yang ada untuk masing-masing tingkatan. Di Sekolah Dasar (SD) misalnya, ada 3 mata pelajaran yang diujikan dari 8 mata pejaran yang diajarakn, yaitu: Bahasa Indonesia Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan seterusnya. Bagaimanakah kita bisa mengukur sesuatu yang sangat komplek dengan hanya bersandarkan kepada sesuatu yang sempit? Kompleksitas dimaksud adalah dalam hal menilai kecerdasan seorang anak, bahwa pada setiap mata pelajaran terdapat 3 ranah (aspek) yang harus dikuasai oleh anak, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psychomotor domain) sesuai klasifikasi yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom (Taksonomi Bloom). Konsekuensinya adalah bahwa ketika kita akan menentukan atau memberikan penilaian terhadap seorang anak pada salah satu mata pelajaran saja, maka ketiga ranah itu harus tercakup dalam mata uji(mata pelajaran) yang diujikan tersebut. Pertanyaannya adalah: -Apakah Ujian Nasional yang selama ini dilakukan telah mengkaper ketiga ranah tersebut? -Adilkah kita jika menilai kecerdasan seorang anak hanya terpaku pada satu ranah saja yaitu ranah kognitif? -Adilkah kita ketika menilai/menjastifikasi kecerdasan seorang anak hanya bertumpu kepada sebagian kecil kemampuan yang dimilikinya saja (3 mata pelajaran yang diujikan dari 8 mata pelajaran yang diajarkan)? -Siapa tahu anak yang memiliki kelemahan dalam mata pelajaran yang di-UN-kan justru unggul dalam mata pelajaran lainnya yang tidak di-UN-kan? Karena menurut Howard Gardner salah seorang professor pendidik dan peneliti Harvard University – Amerika Serikat ada 9 aspek kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak yang disebut dengan istilah multiple intellegences. Kecerdasan yang majemuk tersebut adalah: 1. kecerdasan musical Kecerdasan ini ditunjukkan anak mudah sekali mengikuti dan mengingat lagu. Cara melatihnya adalah dengan mendengarkan music dan bernyanyi. Mengajarkan anak menyanyikan lagu-lagu sederhana sesuai usia mereka. Melakukan perkerjaan dengan bernyanyi, misalnya saat bangun pagi dan merapihkan barang pribadinya. 2. kecerdasan Intrapersonal Berkaitan dengan kemampuan daya tahan, untuk tidak mudah down, gigih berusaha, tidak minder, misalnya ketika mengikuti perlombaan, tampil depan umum. Cara melatihnya adalah dengan mengajarkan anak untuk terbiasa berada dalam sebuah kelompok dengan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. 3. kecerdasan interpersonal Adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan anak beradaptasi, bekerjasama, berelasi dengan lingkungan teman sebaya dan orang di sekitarnya. Cara melatihnya adalah dengan memberi kesempatan si kecil sering ditemani untuk bergaul dengan teman-teman sebaya, bermain dan berkomunikasi dengan teman-teman seusianya. 4. kecerdasan Visual Spasial Adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan memahami pandang ruang. Yakni anak mampu membedakan posisi dan letak serta membayangkan ruang. Di kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang, dan samping. 5. kecerdasan kinestetik tubuh Anak memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan tubuh, misalkan gerakan tubuh saat berdoa, menggambar, melompat, berlari, dan olahraga yang menggerakkan tubuh, menari, senam, dan sebagainya. Cara melatihnya adalah dengan mengajak anak untuk latihan mencoret dan menggambar garis, lingkaran, melakukan gerakan-gerakan senam dan menari. 6. kemampuan verbal linguistic Anak dapat berbicara dan menceritakan suatu kejadian yang dilihatnya dengan mudah, terangkai dengan baik dan kronologis kejadian tidak melompat-melompat. Cara melatihnya adalah sejak dalam kandungan dan setelah lahir anak sering diajak bercakap-cakap, berbicara dengan orang tua, teman sepermainan, menceritakan dongeng dan menyanyikan lagu anak-anak. 7. kecerdasan moral Yaitu kepekaan anak untuk meresap kepatuhan dalam berperilaku yang baik, misalnya tau mengucapkan terimakasih, maaf, permisi, dan membedakan perbuatan baik dan buru, bisa menahan diri untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap tatacara kesopanan. Cara melatihnya adalah dengan membuat kelompok bermain dan melakukan peraturan-peraturan dalam permainan, ajarkan anak patuh dan memahami aturan sederhana, misalnya bermain petak umpet. 8. kecerdasan logika matematika Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk memahami persoalan dan memecahkan teori sederhana yang berkaitan dengan angka. Cara melatihnya adalah mengajarkan anak mengelompokkan mainan yang dimiliki, menghitung buah-buahan dan membagikan makanan kecil dan menyebutkan jumlah yang dibagikan, mengelompokkan benda permainan seperti dadu berwarna, mainan berbentuk buah dan bunga. 9. kecerdasan natural (alam) Anak diperkenalkan dengan lingkungan hidup selain manusia, yaitu binatang, tumbuhan, dan beraneka ragam suasana alam, misalnya sesekali ajak anak memberi makan ikan atau ke kebun binatang, mengunjungi taman flora dan bermain di alam terbuka. Belum lagi apabila kita berbicara mengenai fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional. Pasal 3 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Bahwa undang undang sistem pendidikan kita sendiri lebih menitikberatkan kepada pengembangan dan pembentukan watak (karakter) serta peradaban bangsa dibandingkan dengan hal yang lain. Dan pengembangan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia juga menduduki prioritas yang utama di bandingkan kecakapan yang lain. Dan apabila kita cermati secara lebih sekasama Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisttem Pendidikan Nasional, telah mengamanatkan sebagai berikut: (1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. (2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Dari seluruh paparan di atas maka alangkah lebih arifnya kita apabila tidak menempatkan hasil Ujian Nasional anak-anak kita sebagai satu-satunya tolok ukur menilai tingkat kecerdasannya, serta tidak menempatkan hasil Ujian Nasional sebagai satu-satunya parameter dalam mengukur tingkat keberhasilan gurunya dalam mengajar. Karena mendidik adalah lebih utama dari pada mengajar.
Posted on: Tue, 23 Jul 2013 03:52:28 +0000

Trending Topics



> Damn my cousin is leaving for the Air Force , August 11th . Keep

Recently Viewed Topics




© 2015