Bukan Pahlawan Super #2 Kadang terlalu naif menganggap diri - TopicsExpress



          

Bukan Pahlawan Super #2 Kadang terlalu naif menganggap diri kita sebagai secercah cahaya yang terang, sehingga mengundang laron-laron datang mengerumuni. Kadang kita terlalu berambisi memenangkan setiap opini, yang sebenarnya diri sendiri belum pasti telah melakukannya. Terkadang kita lupa bahwa kita yang memerlukan jalan mendaki ini, bukan kita yang di harapkan. Sungguh kealfaan untuk berfikir lebih mendalam membuat kita lupa bahwa ladang pahala itu tidak mengikuti kita, tapi,harus digali sendiri. Apalah yang membuat diri ini berbangga? Pemahaman yang tidak sama dengan orang kebanyakan, telah menjadi agen perubahan yang kelayakannyapun masih perlu dipertanyakan, atau Seberat Curcol opini diri yang membabi buta tanpa kita aplikasikan sendiri, memang diri kita tidak harus sempurna dulu baru memulai bercerita atau menjadi Super dulu baru mengopinikan pada khalayak ramai. Tapi, menjadi pertanyaan besar bila sebenarnya kita tidak berusaha sekeras apa yang kita nisbahkan pada diri kita bahwa, kita adalah pengemban dakwah, yang orang-orang biasa tidak lakukan dan pahami, seolah melegalkan keadaan dan situasi kondisi kita sebagai takdir pengemban dakwah. Entah itu adalah qona’ah atau malah rasa angkuh sebagai “pejuang” islam, katanya. Apakah kita lupa hingga meriyakan diri, apakah kita khilaf hingga membanggakan ilmu. Bisa jadi kita bukan berdakwah tapi malah mengaktualkan diri semata?. Kejahiliahan membuat mab’da tak terukir, tapi jangan sampai pengakuan bahwa diri telah mempunyai mabda membuat semangat diri menjadi redup, Mengejar mimpi dan harapan yang saat jahiliah kokoh, setelah paham menjadi sunyi dan kerontang, Bisa jadi diri juga penganut sekulerisme, Memisahkan kehidupan dunia dan agama. Manusia ababil juga kita jadinya, manusia jadi-jadian. Jangan bersembunyi dibawah payung pengemban dakwah, bila hanya melegalkan diri jadi seorang pemalas, jangan pura-pura bersandar pada mab’da hingga tak mengejar cita-cita. Jangan berkilah beredar dalam poros dakwah hingga kamu jadi pecundang. Pepatah mengatakan, “ perilakumu terlalu keras hingga aku tidak dapat medengar apa yang engkau katakan”. Sebenarnya bukan seberapa banyak yang telah kita ketahui, atau seberapa tebal kitab yang telah kita baca, Tapi seberapa besar amalan yang telah kita aplikasikan dengan pemahaman ini. Bukan selama apa kamu telah menjadi pengemban dakwah, tapi sebanyak apa yang kita gunakan untuk memperbaiki kesalahan yang kita temukan. Kita tidak boleh malas, tidak boleh sedih, tidak perlu berbangga hati, tidak perlu beriya diri, Setinggi apapun kitab kita, selemah apapun ilmu yang masih kita ketahui, seberapa lamapun jam terbang kita. Pendek, panjang, lama, baru hanyalah proses dan skenario ilahi. Bukan seharusnya kita melemahkan diri, mementingkan diri sendiri, membanggaan diri. Hanya Allah lah yang memberikan petunjuk dan karunia ini, Sesungguhnya hanya Usaha dan Rasa Syukur yang pantas menemani kita dalam medan dakwah ini. Allahu a’lam Bi shawah. Kamis, 16 oktober 2013.
Posted on: Fri, 18 Oct 2013 03:52:06 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015