Cerpen Pejanjian Hati part 25 Last Part Kompas from novel mba - TopicsExpress



          

Cerpen Pejanjian Hati part 25 Last Part Kompas from novel mba santhy agatha love you mba santhy :* Part sebelumnya........... "Kau tidak apa-apa?" bagas tampak cemas melihat cindai memejamkan matanya sambil mengerutkan dahi. "Aku hanya sedikit pusing." Jawab cindai pelan. Pusing dan patah hati, pastinya. Bagas mengangkat bahunya dan beranjak pergi, "Yah.. istirahatlah, kita bicarakan nanti kalau kondisimu sudah lebih baik. Kalau kau butuh apa-apa, aku ada di ruang kerjaku." Lelaki itu beranjak dan meninggalkan ruangan. Part 25 *** Cindai sepertinya sudah tertidur lama, karena merasa lemas ketika terbangun. Suasana rumah sunyi senyap, dengan pelan dia beranjak bangun dari ranjang dan melangkah keluar. Rumah tampak lengang, tidak ada siapapun di sana. Para pelayan mungkin sedang sibuk di dapur. Dan bagas... mungkin ada di ruangan kerjanya. Cindai melangkah menuruni tangga dengan pelan, kemudian tertegun ketika berada di ruang tamu dan menatap ke luar jendela. Ada mobil warna kuning cerah yang diparkir di halaman. Apakah bagas sedang menerima tamu? Cindai melangkah penuh ingin tahu ke ruang kerja bagas, terdengar suara percakapan samar-samar di sana. Pintu ruang kerja tidak tertutup sepenuhnya sehingga suara di dalam masih bisa keluar. Itu suara perempuan... suara bella! Oh Ya ampun! Bahkan perempuan itu masih mengejar kemari, di rumah bagas. Saat dia ada di rumah! Sungguh keterlaluan! Tetapi kemudian, percakapan yang terdengar olehnya membuatnya tertegun. *** "Apakah tujuanmu pada akhirnya tercapai?", itu suara bella dengan ciri khas genit dan bercampur logat kebarat-baratannya. "Tidak. Belum. Dan aku masih membutuhkan bantuanmu." Itu suara bagas, terdengar tegas dan dingin. "Ah, bagas yang keras hati ternyata masih membutuhkan bantuanku." Bella terdengar terkekeh geli, lalu suaranya merendah sensual, "Seperti malam itu, ketika kau menyusuhku menyusul ke cottage tempatmu berada, tepat setelah kau bertengkar dengan cindai..... ternyata aku masih berguna juga untuk menyenangkanmu." Bagas yang menyuruh bella menyusul ke cottage itu? Jadi bukan bella yang menyusul dengan inisiatifnya sendiri karena obsesinya terhadap bagas? Wajah cindai memucat. Astaga, betapa keterlaluannya bagas. Pada satu titik dia merayu cindai karena terdorong nafsu di atas ranjang, dan ketika cindai menolaknya, dengan mudahnya bagas memanggil perempuan lain untuk memuaskan nafsunya! Cindai mungkin telah salah menilai bagas, lelaki ini bermoral bejat, dia tidak seharusnya mencintai bagas! "cindai ?" suara bagas membuat cindai yang berdiri terpaku di pintu terlonjak dari lamunannya, "Sudah sejak kapan kau ada di situ?" Suara cindai bergetar karena emosi, "Sudah sejak aku mendengar betapa tidak bermoralnya dirimu!" Ditatapnya bagas yang terpaku dengan tatapan cemas dan bella yang memandangnya dengan senyuman aneh berganti-ganti, "Aku menginginkan perceraian. Segera." Air mata mulai membuat matanya terasa panas. Tidak! Bagas tidak boleh melihatnya menangis! Dengan segera, dia membalikkan badan, hendak meninggalkan tempat itu. Tetapi bagas bergerak cepat dan meraih tangannya, menahannya dengan keras. "Tunggu dulu!" serunya marah, "Kau salah paham! Biar aku jelaskan." "Menjelaskan apa?" Kali ini cindai tidak bisa menahan air matanya, "Aku mendengar sendiri, ternyata kau yang menyuruh bella menyusulmu ke pantai itu. Bukan bella yang mengejarmu! Aku jijik kepadamu bagas! Aku tidak menyangka kau tidak bisa menahan nafsumu, padahal status kita masih suami isteri. Setidaknya kau harus menghormatiku, meskipun pernikahan ini hanya sandiwara!", cindai berteriak tidak peduli ada bella di sana, mendengar semuanya. Toh pernikahan ini akan berakhir bukan? "Kau salah paham! Aku tidak menyuruh bella menyusul untuk menidurinya!", bagas berseru setengah emosi, "Aku menyuruhnya untuk membantuku! Untuk membuatmu cemburu!" Apa? Cindai tertegun. Pernyataan terakhir bagas.. apakah dia tidak salah dengar? Bagas meminta bella membantu membuatnya cemburu? Kenapa bagas melakukannya? Ditatapnya bella yang melihat pertengkaran mereka sambil mengangkat alis dan senyum menghiasi bibirnya yang berlipstick merah menyala itu. "Wah..wah, sepertinya ini pertengkaran pribadi suami isteri, dan aku tidak berhak ikut campur." Bella meraih tasnya yang tergeletak di meja, "Seharusnya kau berbangga hati cindai, seorang bagas, yang tidak pernah peduli pada seorang perempuan, sampai memohon bantuanku, hanya untuk membuatmu cemburu." Bella mengedipkan sebelah matanya sebelum melangkah pergi, "Dulu aku dan bagas memang kekasih, tetapi sekarang tidak lagi. Kami hanya bersahabat, aku sudah menikah secara rahasia dengan kekasih sejatiku, bahkan bagas yang menjadi saksi pernikahan kami. Aku berutang kepada bagas, karena itulah aku setuju untuk membantunya." Bella lalu melempar senyum kepada bagas, "Sepertinya sampai di sini aku bisa membantumu, bagas sayang. Semoga kau bisa membereskan masalah rumah tanggamu dengan baik dan berujung bahagia." lalu perempuan itu melangkah pergi meninggalkan ruangan. *** Cindai tertegun, menatap kepergian bella, lalu berbalik menatap bagas dengan marah, dihempaskannya tangan bagas yang masih menahan tangannya, kali ini bagas menyerah dan melepaskannya. Mereka berdiri berhadap-hadapan di depan ruang kerja bagas. "Apa maksud semua ini." Bagas mengacak rambutnya frustrasi, lalu melangkah memasuki ruangan kerjanya, "Duduklah, dan aku akan menjelaskan semuanya." Tanpa suara cindai mengikuti bagas dan duduk di sofa ruang kerja itu, di depan bagas. "Jelaskan padaku." gumam cindai dengan suara bergetar ketika bagas tetap tidak bersuara. Lelaki itu memejamkan matanya, lalu menghembuskan nafasnya. "Seperti yang kau bilang tadi, aku meminta bantuan bella untuk membuatmu cemburu." "Kenapa?" sela cindai cepat. Bagas menatap cindai dengan tajam, "Karena aku ingin kau cemburu kepadaku." "Lalu apa tujuanmu? Apakah untuk memuaskan ego lelakimu ketika isterimu cemburu kepadamu?" gumam cindai jengkel. Sialan! semua ini direncanakan dan dia terpancing dengan mudahnya. Mungkin bagas dan bella menertawakan sikapnya diam-diam di belakangnya. Pemikiran itu membuat hatinya terasa sakit. "Bukan, astaga cindai , kenapa kau selalu berpikiran buruk kepadamu?" gumam bagas marah, "Aku ingin kau cemburu kepadaku karena aku mencintaimu." Kali ini cindai benar-benar ternganga, itu tadi.. apakah itu pengakuan cinta bagas kepadanya? Kevin melirik cindai yang terpaku, lalu tersenyum kecut. "Yah, semua karena aku mencintaimu, mau dibilang bagaimana lagi. Kau mungkin tidak percaya. Tetapi aku sudah menyimpan perasaan kepadamu sejak di pesta itu, ketika aku melihatmu pertama kali, berdiri dengan cantiknya di sana sendirian. Lalu dengan angkuhnya menolak rayuanku. Aku menyelidiki masa lalumu lebih karena aku ingin tahu tentangmu, bukan karena kau adalah kakak difa. Dan aku semakin mencintaimu ketika tahu kisahmu, masa lalumu bersama gilang, segalanya..." bagas mendesah frustrasi, "Kau mungkin tidak akan percaya, tetapi bahkan aku menawarkan perjanjian sandiwara gila itu lebih karena aku terdorong oleh perasaanku, daripada akal sehatku. " Ketika cindai tetap tidak berkata-kata, bagas melanjutkan. "Seiring berjalannya waktu perasaanku semakin dalam. Pernikahan ini adalah saat paling membahagiakan dalam hidupku. Ketika aku bangun di pagi hari dan menyadari kau sedang bergelung mencari kehangatan di tubuhku, ketika aku bergegas pulang dari kantor karena tidak sabar bertemu denganmu. Ketika aku menatapmu dan bergumam dalam hati, memanggilmu sebagai isteriku. Aku merasa terlalu bahagia, sehingga menyimpan harapan konyol bahwa pernikahan ini akan berlangsung selamanya." Bagas menatap cindai lekat-lekat, matanya tampak sedih, "Tetapi aku tidak bisa membacamu. Aku tidak bisa menebak perasaanmu, karena itulah aku meminta bella membantuku, untuk melihat apakah kau cemburu kepadaku." Bagas mendesah, "Cara kau memarahi bella di makam itu membuatku bahagia luar biasa, kau dengan gigih mempertahankanku. Karena itulah malam itu aku berharap lebih, terlalu percaya diri, aku memutuskan untuk merayumu...." bagas mengerjapkan matanya, "Tetapi kau tahu hasilnya seperti apa bukan? bukannya merayumu, aku malah menunjukkan kepadamu bahwa aku hanyalah bajingan yang menyimpan nafsu tak bermoral kepadamu." Cindai menggelengkan kepalanya, tetapi tak bisa berkata-kata. "Malam itu aku begitu marah." gumam bagas, "Aku ingin membuatmu menunjukkan kalau kau juga menyimpan perasaan yang sama kepadaku. Dalam kemarahanku aku menelepon bella, untuk menyusul ke pantai, untuk memancing cemburumu lagi. Mungkin dengan kehadiran bella kau bisa menyadari bahwa kau sebenarnya juga tertarik kepadaku." Bagas tertawa pahit, menertawakan dirinya sendiri, "Pada akhirnya kau malahan mengatakan kepadaku bahwa pernikahan kita bagaikan di neraka untukmu. Dan kemudian aku malahan membuatmu celaka... Oh astaga padahal yang kuinginkan hanyalah mengetahui perasanmu kepadaku. Aku akan sangat senang kalau kau juga mencintaiku, tetapi kalau kau belum mencintaiku pun aku bertekad akan membuatmu mencintaiku." "Bukan salahmu kalau aku tenggelam..." desah cindai cepat. Bagas mengangkat bahu, "Jangan membelaku, semua salahku. Aku yang memaksamu mencoba berenang di laut, aku berjanji untuk menjagamu tetapi pada akhirnya kau malah tenggelam. Aku tidak ingin membuatmu menderita, karena itulah aku menyerah. Kau akan kuberikan perpisahan yang sangat kau inginkan itu. Tetapi... aku hanya ingin kau tahu, aku mencintaimu cindai, dan aku tidak peduli kau membalas cintaku atau tidak. Aku ingin kau tahu, kau memiliki hatiku, bahkan nanti ketika kita sudah bercerai. Seandainyapun kau memberiku kesempatan, aku ingin menunjukkan bahwa aku mencintaimu, lebih dari yang pernah kau tahu." Mata cindai mulai berkaca-kaca. Semua informasi ini terlalu mendadak, sekaligus terlalu membahagiakan. Cindai tidak pernah menyangka kalau bagas menyimpan perasaan kepadanya. Bahwa lelaki itu memupuk perasaannya pelan-pelan, diam-diam dan semakin dalam selama pernikahan mereka. "Tetapi aku tidak ingin bercerai." gumam cindai pelan. Bagas mengerutkan keningnya mendengar jawaban cindai, "Tetapi kau bilang kau tidak bahagia, karena pernikahan ini seperti di neraka?" Cindai berdehem, jantungnya berdegup liar, "Itu semua luapan perasaan kekanak-kanakanku, karena aku cemburu." "Apa?" suara bagas menjadi dalam, dan was-was, "Apa cindai?" "Aku mengatakan itu karena aku cemburu." kali ini suaranya lebih mantap. "Dan itu karena...?" Suara bagas semakin tegang, cindai bisa merasakan jantung bagas berdegup liar, sama sepertinya. "Karena aku sepertinya juga menyimpan perasaan kepadamu." "cindai !" Kevin berseru, lalu melangkah cepat ke arah cindai dan menariknya berdiri menghadapnya, "Katakan sekali lagi! Apa maksudnya itu?" "Karena aku juga mencintaimu." Kali ini cindai tersenyum lebar, "Dan terimakasih kepada bella, dia memang membantumu, karena kalau tidak ada dia, aku tidak akan menyadari perasaanku." Bagas berseru pelan, lalu memeluk cindai erat-erat. "Ah. Ya Tuhan cindai." suara lelaki itu bergetar, "Kau tidak menyadari betapa seringnya aku mencoba membaca hatimu, menebak-nebak apa yang ada di dalam kepala cantikmu itu. Aku tidak pernah merasa begini kepada wanita lain sebelumnya. Tidak pernah!" Dengan lembut, cindai membalas pelukan bagas, lelaki itu kini terasa lebih dekat, tanpa penghalang saat mereka sudah saling mengungkapkan perasaan masing-masing. "Jadi kita harus bagaimana." gumam cindai dalam senyuman. Bagas menatapnya serius. "Tidak ada perceraian. sudah pasti tidak akan ada!", bagas menjauhkan tubuhnya sedikit dari cindai, lalu mengecup dahi cindai , mengecup pipi cindai, mengecup bibir cindai dengan kecupan ringan yang lembut. "Suka atau tidak suka kau akan menjadi isteriku selamanya." #mangap_eh_maaf_frontal_memang_dr_sananya :D Cindai terkekeh, "Kau sangat arogan, bagas ." Lelaki itu balas tersenyum, "Aku sudah memilikimu sebagai isteriku, dan akan kupertahankan." Mata bagas bersinar sensual dan suaranya menjadi parau, "Mungkin sekarang kita bisa membahas masalah malam pertama." Cindai memukul lengan bagassambil tertawa, "Apakah hal itu tidak jauh-jauh dari otak kotormu selama ini?" Bagas tertawa, tawanya lepas, tampak bahagia. "Kau tidak tahu betapa susahnya untukku menahan diri tidak menyentuhmu di ranjang itu. Setiap pagi aku bangun dengan nyeri yang menyiksa. Tetapi saat itu kupikir semua sepadan, karena pada akhirnya aku akan memilikimu." "Tetapi kau menyerah untuk melepaskanku tadi." "Karena aku mencintaimu, karena aku ingin kau bahagia." Bagas menundukkan kepalanya, lalu mengecup bibir cindai dengan lembut, "Sekarang setelah aku mengetahui perasaanmu kepadaku, jangan harap kau akan kulepaskan." Cindai mengalungkan lengannya di leher bagas dengan bahagia, tak pernah disangkanya pernikahan sandiwara karena perjanjian ini akan berakhir seperti ini. Berakhir menjadi penyatuan hati, menjadi perjanjian hati. Cindai memejamlan matanya, tidak ini bukan akhir. Ini adalah awal segalanya, bisa dibayangkannya dia dan bagas bergandengan di usia senja, menatap wajah anak cucu mereka dengan bahagia. Tuhan memang selalu memberikan skenario misterius bagi umatnya. Dulu dia pernah begitu mencintai gilang hingga merasa tidak mampu mencintai lelaki lain. Tetapi kemudian Tuhan memberikan bagas untuknya, yang dicintainya dengan begitu saja. Yang juga mencintainya dengan begitu saja. Dan dia yakin bahwa mereka akan bahagia sampai akhir. Karena mereka saling mencintai, dan hati mereka sudah saling berjanji. Yee abis deh ceritanya Like yg banyak nanti mimin cariin lg cerpen yg bagus oke #min_pia
Posted on: Sun, 29 Sep 2013 02:57:31 +0000

Trending Topics



iscouraged/not
DONOT apply for CDS exam, unless and until you’re certain that
levitra nausea levitra.nausea.edsstore1.appspot viagra in the uk

Recently Viewed Topics




© 2015