Cinta adalah sebuah hak untuk hidup,saudaraku,dan terlebih doa - TopicsExpress



          

Cinta adalah sebuah hak untuk hidup,saudaraku,dan terlebih doa dari seorang ibu yang mulai beranjak tua,aku mulai enggan dengan ini semua,perutku mulai terasa lapar (ya aku lapar sahabatku,..lapar sekali,..,),rasa sakit adalah sebuah kesadaran,sebuah paradigma bagi sebuah kesadaran yang mungkin,aku berada dalam konflik dengan sebuah realitas batin,sesuatu yang penasaran dalam diriku,yang merendahkanku (apakah aku mesti mencerca?),tidak aku masih memiliki perasaan untuk bertarung dengan waktu dan jawabnya adalah sebuah kompromisitas untuk berkata,”ya” untuk apapun,demikian juga apa yang pernah dikatakan seorang Friedrich Nietzche beberapa abad sebelum aku lahir dan menjadi dalam sejarahku sebagai sebuah bagian yang “mengumpani” sebuah tanggung jawab sosial yang cukup berat,aku yakin sama sekali bahwa tak ada seorangpun akan tahu bahwa kamu sama-sama berdoa meski itu tak dapat aku ucapkan,semua adalah sebuah realitas saudaraku,bahwa kita memerlukan itu,kenapa aku mesti terburu-buru dalam menulis selain karena aku mewakili sebuah masyarakat,yang kecewa dan marah namun tiada mampu berkata,namun kuwakili semua atas nama dendam mereka semua,bahwa aku masih bisa berucap!(Danarti hanya seorang teman),beberapa wanita menulis namaku diam-diam dalam catatan harian sementara hingga kini dan mungkin hingga Tuhan meninggalkan aku aku masih aku dengan berbagai catatan tentang kau,setidaknya aku masih berfilsafat,berdetak jantung dan mati. Setidaknya aku masih berpikir untuk tidak tentram dalam harapanku sendiri bahwa aku masih aku yang dulu,dengan kematanganku yang percuma,setidaknya aku masih ingat setiap kebohongan bahwa aku masih berjalan sempoyongan untuk ini semua,perjalanan yang mungkin tak akan pernah ada akhir untuk filsafat.kukatakan amin untuk Tuhan dalam nama cinta dan filsafat karena aku tahu segala sesuatunya tak akan berhenti karena Dia senantiasa mencipta terus menerus,aku mungkin kali ini harus menyangkal,hanya saat ini,detik ini bahwa kali ini manusia bukan merupakan proyek yang gagal lagi,kali ini saja,salam untuk kedamaian semesta adalah benar,setidaknya perjalanan ini masih berlanjut dan aku tak akan pernah berhenti atas nama ini semua,kalau pada akhirnya setiap manusia mesti menjadi saksi bahwa dirinya adalah filsafat itu sendiri,ada rasa penyesalan dari berbagai lagu yang telah aku kumpulkan yang hilang padahal memerlukan waktu dan uang yang cukup banyak untuk mengumpulkan itu,gigiku agak sakit,badan sebelah kananku juga agak terasa demikian,ada perasaan tak enak entah kenapa,mungkin karena ada seseorang yang ingat aku,aku mulai luka dengan ini semua,banyak sekali rencana liar yang ada di kepalaku,uang masukan 250 ribu dari Nana,utang yang cukup numpuk sebanyak 102 ribu,berbagai encana konsumtif di kepala untuk artefak,keinginan untuk ke Cirebon,rindu mantan pacar,isi kepala yang demikian jagonya mengumpulkan beban di hati dan rasa kelaminku yang menjelma menjadi sakit lambung. Andai aku telah baca Jung,”Memory,Dreams and Reflection”,pasti ingatan pada percintaan dan banyak lagi dan aku sadar ini menjadikan aku merasa jengah dengan nafas dan detak jantungku sendiri,semua hanya ada pada huruf dan kata,sakit lambung dan sebuah ingatan tolol mengenai seorang perempuan tua yang pernah kucumbui (betapa tololnya semua yang terjadi saat ini dan mungkin nanti,bedebah!,ada keinginan untuk beli ini ataupun itu,kebencian pada Sandra yang demikian otoriter dan apapis,merasa benar dan ingin memang sendiri,mungkin karena dia anak paling besar,pada Dadang yang demikian licik serta sombong dengan pragmatismenya,kukembalikan semua pada Dewey,pada Eva,Ahmadi yang kapitalisme feodal Jawa,semua ada di tangan kananku yang mengalir bersama sembilu beban di lututku,namun aku demikian percaya pada sebuah doa,atau dosa Made Dwiana (kukuku kakiku masih sakit dan hampir lepas,polisi yang jahat!),semua ada diantara naluriku yang kutahan dalam nafasku,tiba-tiba wajah satu itu datang lagi,Citra sang model,Anto yang aneh,Bambang,ah betapa banyak teman dan orang yang kubenci yang menyatu dalam anganku ketika aku tahu bahwa semua ini telah terjadi sebagaimana itu semua harus terjadi,Dewi Lestari begitu cantik bukan?,wajah-wajah dari Satpam hingga Jakobus Sumarjo atau Saini,Andar,Gatot,bedebahlah semua itu,huh!,sebuah batu yang bagus,banyaknya pesanan,penantian akan uang,uang,uang,betapa bodohnya pertemuan itu.(sial jeung cilaka siah aing!),aku bahkan tak sempat menggunting kuku kaki dan jari tanganku,sikat gigi (gigiku kuning bo,..),belum lagi pantatku yang totol-totol karena alkohol dan intisari,sebuah ikhtisar dari sebuah wacana yang sombong yang semestinya tak aku lakukan saat itu,aku cemburu (kayak lagu dewa saja ya..),sementara aku di bilang tahi,persetan dengan moralitasmu,aduh impianku yang kesepian,terlalu benar ucapan itu,sial,matinya perenialisme (anjing siah!). Semoga semua berjalan sebagaimana seharusnya,terutama ketika aku harus mengukur kata-kataku lagi dalam sebuah cermin,berdanan semalaman hanya untuk Dia,sebuah perkataan yang tak pantas keluar dari mulutnya,manusia itu adalah ular yang paling ganas ketika pikiran menyatu pada ucapanya,memikirkan begitu lelahnya batin bersenggama dengan buku-buku tua,mencari banyak harapan yang tak sampai,ada rasa malas yang kerap kali datang ketika kehidupan dihadapkan pada banyak kondisi percepatan,aku tengah mengingat dan menghafal,kemarahan yang muncul dan beragam isi dalam benakmu,sebuah pikiran yang timbul tenggelam,merayakan sebuah kehidupan yang tiada batasnya,ada rasa lelah dan bosan dengan ini semua (sebuah nousea),hingga aku melupakanya sebagai sebuah kebutuhan birahi masa,kemudian aku menciderai seorang perawan,mencumbuinya habis-habisan,entah ada perasaan tak enak rasanya ketika pikiranku mesti beralih pada “nirguna brahma”,sesuatu yang mungkin “tak puguh” namun ada waktunya untuk berharap lebih banyak lagi,bahwa semuanya terkadang mesti menjadi pada harapanku sendiri,sebagaimana Insan,dan berbagai keponakanku yang lain,hidup ini jadi penuh dengan harapan congkak yang tak sampai,ada waktunya hati mesti menepi,tanpa cibiran,tanpa hinaan,tanpa apapun selain rasa lelah dalam tenagaku,kucari semua,kunanti semua,apa kabar sembilu hatiku?,manusia yang bijaksana senantiasa berpikir dengan kebebasan yang tajam,mencairkan kemenangan hatinya dengan kemalasan,manusia bijak selalu tahu diri,selalu tak serakah dan sombong,manusia bebas selalu berdoa dengan isi kepalanya. Dengan ini semua apapun yang akan terjadi adalah sebuah kemungkinan bahwa ada kalanya manusia tak mampu mewujudkan setiap keinginan dirinya semata hanya untuk anjing yang menggonggong namun lebih dari itu (dan ketika seekor naga mati terkapar dia masih berteriak lantang menahan sakitnya,betapa sulitnya menjadi diri sendiri,menantang sebuah kecemburuan,menanti kekasih yang terbang tadi,kebohongan dalam sebuah simposium,kebaktian yang tersirat mendadak,onak,duri,hati-hati dengan Uli (begitu yang tersirat pada kata hatiku),sebuah majas puji,kemunduran hati,pikiran yang kembara,kuduslah semua,kuduslah setiap Sang Hyang yang terbang liar di kepalaku pagi ini dengan kata-kata aneh yang keluar dari pipa cerutu Tuhan,ada rasa kesal menanti ajal,ada pekan lalu yang menghantam kepalaku,seuah palu yang terlontar malam itu,keributan yang cengeng,keingintahuan,kemalasan.hati,kenangan yang tak perlu diingat,pagi buta mereka berangkat dengan sepedanya,semuanya dalam tatapan birahi,ketahuan sakit,aku meratapinya dengan kaget,semua telah telanjang kini,menampakkan beban hatinya dalam makna,kecerobohan yang sia-sia,namun apakah benar jika semua yang ada dihancurkan dengan kedengkian hati semacam itu,menjadi inspirasi lalu luluh lantak dalam kata-kata yang sulit untuk kau mengerti,atau semua yang ada pada hari ini,menjadi kalap sementara aku hitung uban di rambutmu Mom. Dia telah pergi tak ada yang dapat menyerupai kekudusan hati seorang ibu,berapa rendah secarik noda kapas ada pada kepalaku,kalau kau ragu lebih baik jangan pergi kemana-mana,hari ini agak panas,dan aku tahu manusia itu terlampau menyebalkan dengan rutinitasnya yang serba harus,harus ini,harus itu,demikian sebuah sabda datang dalam kepercumaan hatiku,bahwa aku tak tahu sedang menulis apa selain sebuah igauan yang tak sistematis,yang sulit untuk kumengerti selain oleh sebuah kemungkinan kebudayaan bahwa agama telah musnah dalam kata-kata yang tak mudah untuk ditebak,hari ini sebuah batu pualam jatuh di kepalaku yang botak,kepalaku bocor dan kata-kata kotor itu keluar dari kepalaku,kebencian atas nama cinta,keharuan yang membiru pukulan atau apa lagi yang mesti menghina selain wanita-wanita ceroboh,puisi memang harus aa dan terkubur,selama hayat di kandung badan,alam kematian itu mungkin akan jemput aku lebih awal lagi,wajah-wajah duka cita,wajah-wajah penuh kepalsuan dan kemenangan,wajah,wajah yang terjerembab uang,nilai,harta,kecanduan alkohol,benar aku ada dalam tatapan Insan,ada perasaan yang tiba saat ini,dan malam terus berjalan seperti kemarin pagi,kata-kata yang menjadikanku mual ini,mengalir deras tanpa tahu makna lagi,perasaan ini sangat tak enak melihat dia pergi,ada perasaan luka yang mendasar dari segala apa yang terjadi,Sandra,luhat sendiri,orang macam apakah dia dibanding kau,dibanding yang lain,mereka bekerja,ya mereka bekerja hanya sebuah keharusan instingtual,bertahan hidup juga bukan yang pasti hanya karena mereka terlampau serakah dan telah jauh dari kehidupan yang alamiah,hidup bersama masyarakat yang terlampau banyak harapan,tiada habis,untuk pergi kealam lain,mencari hati,mencairkan batu-batu pujian,kehebatan,kehancuran,kata akhirnya adalah cinta,kujang hitam shailalala....(sebuah alternatif dari Watugong..). Kemarahan tak berhingga ketika aku mesti bangun dengan kegugupan,aku mesti ke warnet hanya dengan uang 200 rupiah dan mesti berpacu dengan rotasi sosial pemikiran manusia yang instingtual serta pragmatis,betapa pemikiran Marxis menjerembab pada kita tanpa kita mengetahui berbagai kjonsep teori pemikiran tentang Marxis ketika kita dikondisikan untuk terlarang atau dianggap tabu untuk mempelajari itu semua,padahal betapa penting hal tersebut untuk kita pelajari sebagai sebuah pola landasan pemikiran yang semestinya kita ketahui sebagai sebuah landasan strukturalistik,pikiran kita telah hancur oleh sejarah yang semestinya kita rekontruksi ulang dari berbagai kepentingan politik dan ekonomi sebagai sebuah motif dari sebuah kekuatan dari yang berkuasa atas berbagai larangan ataupun tabu pada kebebasan kita dalam bernalar dan mencengkeram berbagai ideologi yang ada pada sejarah,sebuah kebebasan yang semestinya dapat kita anulir sebagai sebuah kebebasan dari manusia itu sendiri dalam memahami hidup sebagai hidup itu sendiri,aku mulai jengah menghadapi kekejaman alam pikiran manusia,ada yang melewati batas pemikian,dan ada pula batas-batas dari setiap elan vital manusia,ada kalanya manusia mesti terjebak oleh ini semua,kebertindihan,petilasan yang gontai dan bebal,racun-racun pikiran yang menjadikan kita semakin tak mengenal diri kita sendiri,sehingga kita mesti berjalan jauh untuk mengenal kembali diri kita,dan banyak harapan yang tak ternyatakan,apa yang terjanjikan seakan hancur begitu saja,tak hanya dalam sosiologi mengenai realitas ataupun harapan pada sebuah antinomi Durkheimian namun juga sebagaimana dikatakan juga oleh Sidharta Gautama bahwa tak ada sesuatupun yang abadi. Semua dapat berubah sedemikian cepat,apapun dan bagaimanapun adalah tiada abadi sama sekali,cinta,harapan,manusia mesti menghadapinya tidak dengan kesombongan,mesti kadang perlu waktu untuk membangun kembali sebuah kehancuran yang tak hanya menjadi sebuah beban batin belaka,namun juga beban hati dan juga eksistensi bagi manusia sendiri,bahwa setiap sesuatu senantiasa berubah tanpa kita duga dan tak dapat kita prediksikan sama sekali setiap perubahan tersebut,maka aku mesti percaya pada sesuatu yang lebih mutlak dan telak atas setiap kejadian ini,bahwa mati muda kadang boleh jadi pilihan untuk berpihak pada sesuatu yang lebih pasti dari kemayaan semacam ini,aku mesti hidup untuk anak-anak,demikian sabda sosial dari sebuah masyarakat naluriah dengan segala lamunan imajiner atas sesuatu yang utopian,apa yang menjadi sudut pandang dari manusia semacam ini,coba berapa banyak teman yang datang dan pergi lalu larut dalam kebencian serta iri hati untuk dapat mengerti setiap apa yang terjadi serta membentuk sebuah kematangan yang dewasa pada sebuah diri,kata hati ini mulai menjadi bebal (alias guoblok atau gokil) ketika aku harus berpetualang lagi,manusia demikian dipenuhi oleh hasrat-hasrat yang tolol dari kegagalan dirinya untuk menjadi Tuhan dan ini masih terjadi hingga sekarang bahwa manusia senantiasa berjuang untuk menjadi Tuhan,Fromm pernah mengatakan ini,manusia menjadi Tuhan,perjuangan melawan sebuah kesalahan di masa lalu sebagai sebuah kontruksi filsafat untuk membangun kembali sebuah hasrat untuk menjad tuhan,dan semua telah tiba pada waktunya bahwa kita mesti telanjang dada untuk tidak dihargai,sebagai apapun,seniman,gelandangan ataupun juga,terutama seorang fillsuf. Bung,ada waktunya manusia mesti belanja untuk ini dan itu tapi berapa banyak uang yang mesti dikeluarkan untuk sesuatu yang tak terlalu diperlukan lagi,selain sekian banyak utang yang menumpuk sementara masukan senantiasa datang dalam setiap keterlambatan yang labil,sebuah kondisi ekonomi,penghasilan tetap dan disiplin serta pelacuran diri pada sebuah institusi sosial bagiku adalah sebuah ketololan dogmatik,sebuah keberpihakkan pada sebuah kemelekatan yang lebih tinggi dari birahi manusia atas jantung dan nafasnya sendiri,sebuah pergerakan yang mesti kita sadari bahwa ini semua adalah sebuah kegagalan manusia memahami setiap dinamika dari sekian kerdil dari setiap apa yang terjadi pada dirinya sendiri sebagai sebuah akibat dosa asal yang tak akan pernah dapat diampuni sama sekali,manusia telah gagal dalam kehidupan dirinya,dan manusia adalah kegagalan itu sendiri,sebuah proyek gagal dari ke-Tuhanan yang agung,manusia yang tolol saudaraku,dimana aku cari sebuah kematian yang lain?,sebuah kekerasan simbolik Bourdieu,ketika manusia berpikir tentang dirinya sendiri,sebuah kekuatan akan datang menjenguk sebuah kemungkinan untuk sebuah kematian hati,sebuah perisai pendidikan yang kelak akan menjadi arti bagi setiap apapun dan segala apapun demi sebuah pengampunan dosa atas Adam dan semuanya datang disini sendirian,menjadikan segala sesuatunya seakan sebuah keiriian yang cemburu dari sebuah hati yang tanpa nama lagi,semua orang menyebutnya kegilaan Tuhan atas filsafat,atau sebuah penantian tentang cinta yang labil,yang kemudian datang dan pergi seenaknya sebagaimana Tuhan meninggalkan kita di Getsmani,semua telah terkubur dalam-dalam,ada kemungkinan setiap manusia untuk hidup ataupun mati disini,hanya sebuah beban dari kecongkakan perempuan dan semua yang ada tak akan pernah menjadi bodoh lagi. Hidup ini mesti menjadi sebuah pencerahan ulang,dan ketika setiap doa menjadi sebuah kebiasaan,Tuhan akan berubah menjadi sebuah rutinitas,ketidakpastian atau apapun juga dan semua datang disini,bertindihan dengan beban di kursi mati,meniadakan semuanya dalam sebuah kegelianya sendiri,meninabobokan setiap harapan akan hati,semua telah berubah,sobat,dimanapun aku menguburkan kenangan semacam ini dan seribu urat melesak dalam kabutku,semua akan berubah sebagaimana setiap ucaan yang tiada terpercumakan olehku,setiap manusia akan dihadapkan pada banyak masalah dirinya,dengan ataupun tidak sama sekali,ketiadaan yang mencerabut benihku,menggambarkan setiap kemungkinan manusia atas setiap apa yang ada di lubuk hatinya,semua berpijak pada apa yang ada di hilir dan biarkan semuanya begitu,sebagaimana api yang membakar sukmaku di belantara ajal,semua telah berhenti berdetak,sebuah anyaman dari sebuah tirani intelektual yangmenggambarkan semua atas nama Tuhanya adalah kepalsuan kita atas segala apapun juga dan semua tela tiba atas setiap kemungkinan kita akan ajal nanti,sebuah peristiwa yang datang malam itu,mencibirkan sebuah nurani adalah sebuah dosa besar,lalu aku berpikir lagi untuk tidak diam,ada rasa sakit di lubuk hati yang sulit dikatakan pada siapapun,sebuah doa yang telanjang dada,dan dari situ aku datang hanya untuk mempercumakan setiap apa yang mereka katakan sebagai sebuah aktivitas politik,sebuah nurani adalah hal yang penting,saudaraku. Berpikirlah tentang hidup yang lebih baik daripada sekedar janji,semua telah terekam dalam pikiranku dan aku tingga bepergian jauh,ke Paris,London,aku tak bisa seperti itu,aku lebih cinta damai dedaunan di Lembang,laut yang berombak di laut selatan atau aku lebih baik merenung sendirian dalam samadiku,merenungkan kembali siapa itu manusia bersama kesepianku yang terbiasa di dalam benakku,aku mulai lupa bagaimana untuk dapat merasakan setiap beban benak yang terlampau berat bila dirasakan,sehingga pada akhirnya semua mesti dihadapkan pada sebuah keberanian yang bernadal,namun aku tetap aku yang meratapi beban diriku atas kepalsuan,hingga saatnya semua mesti berlalu,berlalu dalam banyak kemarahan atas sebuah kemungkinan yang itu-itu juga,perasaan kantuk yang cemburu,adakah kemungkinan bagiku untuk kembali pada sang waktu?,ketika semua teraa melelahkan,mencari peluru di pinggang,meniduri banyak janda atau sembarang saja,tak ada waktu untuk tidur bagi Tuhan,selain sebuah kecongkakan perempuan sombong yang merasa menguasai sebilah belati palsu,tidak aku hanya seorang perempuan,tidak aku hanya seorang lelaki,ah,semua tampak tiada arti lagi selain menanti hujan turun dalam buaian kabut yang lama,persenggamaan adalah ketololan manusia yang setinggi-tingginya yang dapat dicapai oleh sebuah kata yang mungkin untuk itu semua (sebuah analogi kumaha aing...). Ketika semua ada pada sebuah lambang,semua akan merekah pergi dan sejumput tirani waktu akan tiba dalam ketakutan,bahwa semua telah pergi darisini,hanya untuk sebuah bisikan yang terkuburkan pada setiap loncatan kata-kata,aku terkesiap menahan kekagetanku atas waktu yang demikian cepat merubah batu menjadi mana-makna hewani,hingga akhirnya kami sembahyang dengan dada yang kotor dosa namun mereka tidak lupa menggosok giginya agar tampak bercahaya,Tuhan telah tertegun memaknai filsafat sebagai sebuah dosa Tuhan pada diriNya sendiri dan aku mulai merasa “kagok” akan sebuah belati yang kau tancapkan di muatan takbirku,semua telah lewat tengah malam,dan SMS itu masih kusimpan untuk kurenungkan ulang,bahwa kekejaman semacam itu hanya sebatas kata yang terlontar dari seorang wanita yang tolol dalam berpikir moral,dan aku tertegun kaget hanya untuk memaknai nasi yang kau tumpahkan di Mall,sebuah destruksi hermenetik,adakah sesuatu yang tak wajar terjadi di duniaku saat ini,ketika bualan kepalsuan perempuan menjebakku dalam sebuah tatapan mata semacam itu?atau justru perempuan itu mulai mencairkan hatinya hanya untuk sebuah ketakutan akan adanya kepalsuan hati?tidak kataku!semua akan tiba pada saatnya yang tepat,semua telah berlalu dan aku tak akan pernah mungkin dan mau untuk kembali lagi pada tataran itu,dan biarkan waktu akan berpihak pada kebebasanku sebagai seorang seniman,sementara kau diam sendirian menghitung kebebalan dirinya yang congkak,kutaklukkan itu,sebagai sebuah permualaan dari sebuah janji,ketahuilah bahwa aku mulai takut kehilangan sebuah belati di dadaku sementara kau uber keheningan malam dan aku tertidur dalam bantal rupiah,tidak saudaraku. Aku masih mual dengan ini semua,kau akan ada datang pada sebuah titik yang mana hanya sebuah harapan yang ceroboh yang dapat meniduri sebuah hati dengan luka yang dalam sekali,tak kunyana semua telah berubah sedemikian cepatnya kedipan mata berlalu,lelaki yang sintal kurus itu menelanjangiku dengan filsafatnya,kecemburuan yang tiba pada waktu,kecemburuan yang tiba pada angan dan kebutaaan hati yang tuli,lalu kutulis ini semua dalam lahan congkak,bahwa negeri ini masih memerlukan perempuan tua yang jalang seperti dia,meski semua adaptasi kita akan budaya seakan percuma,namun setidaknya sebuah cita-cita tak akan pernah sampai tanpa sebuah wujud arogansi yag percuma,dimana sebuah racun terhisap pada benang kesadaran manusia,sebelumnya aku ada pada ruang wicara yang tidak tepat,kehadiran yang galau dari sebuah peristiwa hati,kenakalan hati,adakah pekerjaan untuk semua manusia,jika semua manusia adalah sufi?,perasaanku demikian tak enak hari ini,selama tiga hari terasa “banal’,aku kehilangan gairah untuk menulis,perasaan tak enak serta tak menentu,hingga beberapa kali kursus filsafatku belang tak karuan,aku jadi malas untuk kemana-mana,ada rasa kesal di hati,perasan tak enak yang kerap kali datang,rasa sepi,jengah dan bosan,uang yang selalu datang pas-pasan,dengan utang yang gali lubang tutup lubang,selalu begitu,tapi setidaknya hari tadi aku sempat kirimkan beberapa rulisan ke koran yang kadang bahkan aku tak tahu dimuat atau tidak dan tak jelas bayaranya datang dari mana,ada rasa kesal dalam otakku yang mampat,otakku yang terjebak mistisisme,ada rasa kalau aku harus baca-baca lagi,aku mulai terasa bebal dan teringgal hingga aku merasa pintar dan tak pernah membaca buku lagi,namun masalahnya harga buku sekarang cukup mahal,paling tidak 50 ribu dan itu berarti sepertiga pendapatanku dalam sebulan,aku benar-benar benci pada Tita,keliaran dirinya yang seenaknya setelah kaya menyebabkan dia tak tahu etika sama sekali,sebuah ucapan “Tai” telah cukup mewakili sampai batas mana perempuan itu mesti aku hormati,dan banyak lagi orang-orang yang tak kusuka dari mulai Ahmadi,Kakang,Sandra,Ica,Bugi,dan beberapa orang yang senantiasa merasa dirinya benar. Aku mulai kesal hari ini,mau bepergian aku tak punya cukup uang dan aku merasa tak enak di hati entah karena iapa,lambung ini kadang terasa tak enak,ada kemarahan di hatimu,keinginan untuk bercinta padaku adalah mungkin,tapi beberapa wajah yang ada di kepalaku kadang membuat aku jengah,ada perasan kebosanan akan hidup,kerinduan pada Sunaryo,gigi yang belum sempat disikat karena tak adanya odol dan sikat gigi,atau juga tak adanya sabun mandi,sementara Koko selalu terlambat untuk menimba,aku kesal dan marah,padahal aku demikian memerlukan rekreasi,sebuah penyesalan pada bertemunya aku dengan seseorang,sesuatu yang tak perlu aku ingat lagi,selain sebuah pensyesalam menyeluruh atas banyak hal,Jimi yang gila dan agak culas,aku tak tahu bagaimana dan apa hingga aku selalu salah ketik hari ini,ada apa dengan ini semua,selain rasa kesal dan marah akan ketidakmampuanku dalam menulis,beberapa wajah yang menjadikan aku merasa mual,sampai dimana tadi aku mesti berpikir,rasa tak enak di hati itu datang dari beberapa orang yang kubenci,kekesalan,kemarahan menumpk semua dalam nalarku,semua mesti terlewatkan hari ini,badan yang mulai terasa sakit,kebencian pada orang “itu”,kesombongan dalam berpikir moderat,hati ini dan pikiran ini agak sedikit terasa menggelisahkanku,aku tak tahu kenapa selain sebuah rasa ingin menang sendiri,mencairkan hatiku sendiri dalam setiap nafas birahimu tadi malam,semua telah lewat,semua telah ada lagi selain sebuah permainan percumbuan atas setiap wajah yang melolong,melengkin tinggi hati, (monyet anjing,..bagus tulisanku..),sebal,itu saja dan aku tak pernah berhasrat untuk mebali lagi padanya,selain lambung yang menjadikanku terasa demikian saki,hari ini mungkin aku tak akan mabuk dulu,semua yang datang biarlah semuanya pergi,itu saja hari ini aku ada di rumah,hanya untuk diam diri dalam kemenangan yang tenang,keharusan untuk datang,kepercumaan yang mandiri,rasa sebal. Kapanpun aku akan mencoba lagi,setiap tulisan yang gagal aku tulis,dan kembali aku dililit beberapa kebutuhan hidup,dompet,bohlam,kartu nama dan sejumblah utang yang belum kubayar dan kadang ini menjadikan nyawaku sesak,bahwasanya semuanya ada dalam dekapan hati manusia,sebuah keraguan atas segala sesuatu dan semua adalah sebuah kolusi yang dianggap biasa namun tidak semua orang sedemikian rupa,aku ingin pulang ke manapun aku ingin pulang,betapa banyak lalat di rumahku,aku jadi ingat novel Sartre tentang “Les Mots”,lalat-lalat itu cukup membuat aku terganggu,jiwaku tegang,aku sedang stroke,birahi kencan,kebencian padanya,tiada batas da aku sangat tak suka sikapnya dan aku ingin kau pergi dari hati ataupun pikiranku,benalu batin!,tadi malam aku akan malang melintang lagi,kenapa aku selalu salah ketik hari ini dan terlampau banyak melamunkan sesuatu yang tiada pantas untuk aku lamunkan lagi,dan aku ingin bayang jelek itu punah dari hadapanku sampai kapanpun,termasuk Tita.aku mulai benci pada mahluk yang dinamakan perempuan,kejalangan tanpa etika,penuh daging darah kotor dan nafsu,vagina yang bau!,sebuah harapan,kata-kata tak enak tersirat di kepalaku,penuh hasrat dan ketidakmapuan seseorang untuk tahu bahwa ini semua adalah kotoran batin yang ada di hatiku,wanita adalah penyebab setiap kotoran ini dan aku sangat tak suka kalau ada perempuan hadir di hatiku,termasuk siapapun juga,aku mulai terpana,aku ingin kembali ke jalan agung ke-budhaanku” lagi,mencarimu dalam setiap nafas Tuhan,mengganggapmu sebagai seorang yang aneh,pikiranku menerawang. Dan orang bebal itu merasuk pada jiwaku,sebuah benalu jawa,dan aku sangat tak suka kesombongan orang semcam itu untuk aku ingat dan merasuk pada diriku menjadi sebuah perasaan yang sangat tidak enak serta menjadi beban bagi tubuh,perasaanku dan juga pikiranku,enyahlah dariku babi!hari ini perasanku demikian kalut dan ingn marah tanpa sebab,isi kepala rasanya kalang kabut melihat keramaian seputarku,dan aku ada rasa enggan dengan dia,wanita itu mengeluarkan bau yang tak sedap!,ada kemungkinan datang dari situ,dia tak kusukai,dia,dia dan dia,aku benci dan ingin pergi dari ini semua,mencari secarik kain kafan untuk cintaku yang kemarin,mencari yang baru,otakku gagu,dasar babu!,ketelanjangan orang-orang kaya semacam itu sebaiknya kujauhi dan kutinggalkan lagi,jauhilah orang yang tak bijaksana,karena mereka hanya mengotori batin yang ada pada dirimu,bahkan orang itu meminjam tubuh dan nyawaku,tumimbal dari orang-orang yang tak aku sukai lagi,mereka yang berpindahan dan mereka yang berdatangan,semuanya ada disini,mencari waktu untuk pulang pergi,mencari waktu untuk pulang nanti,semua waktu telah berubah dan aku tak mau bergaung disini lagi,meskipun hanya dengan seorang sahabat,apapun yang terjadi disini adalah sebuah ketololan (aku salah ketik terus),ketiak yang bau,malaikat maut jeh!,kebencian yang sangat (dasar sudra!).setan!,aku sedang tak bisa berpikir,dan aku selalu salah ketik,anjing siah! (i dont like it!). Aku mempercayai benar bahwa sebuah kenangan adalah bahasa perasaan yang terlebih merupakan pengetahuan dibandingkan kata sejarah yang merupakan aras keilmuan,rasa adalah bahasa sastra,sedemikian pula halnya dengan sebuah kenangan,banyak hal yang telah didapat dari setiap kemenangan angan atas banyak hal tadi,manusia tetap berpikir untuk tak hanya memahami apa yang semestinya akan diingatnya tapi juga sebuah usaha yang payah sama sekali untuk melupakan sebuah kenangan,namun bukan karena kesakitan dan keburukan yang ada padanya tapi justru setiap keindahan dan kebaikan yang patut untuk dikenang,namun aku bukan salah satu diantaranya,aku tahu aku mesti belajar banyak dari ini semua,aku lebih suka menyebut ini sebagai sejarah saja,karena kata ini menjadikan aku berpikir terus terang tentang setiap apa yang aku mesti pelajari dari sebuah pengamatan akan sebuah makna rasa sakit yang mesti dihikmahi dan merubahnya menjadi sebuah positivitas,sebagaimana dikatakan oleh August Comte,perutku agak mulas saat ini,sebuah kebiasaan meminum air mentah,ya,aku tahu mereka telah berhasil membuat sebuah gembelengan atasku,sebuah kematangan dimana pada akhirnya mereka semua menjadi teman,aku sangat berterima kasih atas ini semua,sebuah kemenangan atas sebuah keinginan untuk melupakan,sebuah keberhasilan tanpa menjadi seorang Milan Kundera,adalah sejarah,tentang rasa,sebuah kementahan yang mesti ditimpali oleh hal lain yang lebih yakin,sebuah jarak yang tercipta untuk menjadikan segala sesuatunya menjadi mungkin,dan dalam kenyataanya segala sesuatu adalah mungkin adanya,wanita,apa yang mesti aku katakan tentang banyak wanita yang hadir dalam keberadaanku sebagai manusia,apa yang mesti aku katakan bila ini menyangkut keberadaan dari pertanyaan itu sendiri. Setiap manusia tak memberikan selamanya seks sebagai sebuah ukuran semata bagi hidupnya sebagai tolok ukur kebahagiaan,juga materi,rasa,tubuh atau jiwanya semata,manusia membutuhkan Tuhan,membutuhkan dirinya sendiri sebagai manusia yang bijaksana menjalani kehidupanya,tanpa beban dan pasti,setiap kehadiran adalah cinta yang tiada pasti,penuh ketakutan dan juga kesendirian,hingga akhirnya setiap manusia mesti berhadapan pada dirinya sendiri sebagai Tuhan,sebagai Kristus atau sebagai apapun,manusia sebagaimana kukatakan tadi tak lepas dari filsafat hidupnya sendiri,lari kesana kemari hanya untuk sesuap nasi mungkin biasa bagi beberapa lapisan kelas,mentalitas atau moralitas orang kebanyakan adalah sebagian besar adalah moralitas tak terdidik sedemikian rupa,terlebih sekian lama terjajah menjadikan mereka terbiasa dengan moralitas yang sengaja dikondisikan oleh para penjajah hingga sekarang,moralitas budak,moralitas orang kebanyakan,terlebih moralitas kaum pedagang,kapitalis,dan para sudra adalah moralitas yang kubenci,palagi ketika sebuah kenyataan menghadapkan manusia untuk melacurkan dirinya pada sebuah sistem kolektif,institusi atau sebuah struktur dimana dia tak ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan segala talenta serta latar belakang yang ada pada sejarah dirinya sebagai bagian dari proses pembelajaran (pedagogi) yang tiada hanya melulu produk sekolahan,manusia memang harus kembali menpertanyakan moralitasnya dan uang yang dia punya,sebuah status,harta yang menjadi ukuran atau apapun yang lebih identik dengan apa yang dikatakan Maslow sebagai sebuah “esteem needs” dan juga kebutuhan akan sebuah aktualisasi diri. Adalah tepat ketika kita menggunakan analisis psikoanalisa yang teramat sederhana dari Maslow,sebuah mazhab humanistik yang berlaku pada banyak orang kebanyakan,sebagai moralitas orang kebanyakan dimana moralitas dengan segala ketajaman dan daya kritisnya tergantung sama sekali pada sebuah pendekatan disiplin ilmu tertentu yang berjenjang,sebuah fakultas yang menjadikan manusia saling berbenturan ketika setiap potensi ataupun talenta natural yang ada pada dirinya mengembang menjadi sesuatu yang lebih dialektik dalam proses filsafat manusia yang ada pada sejarah dirinya sebagai sebuah keunikan itu sendiri,keunikan yang berkembang (ideosinkretisitas),namun tetap berbekas,rasa sakit (pain) dan penyesalan (apologium) yang ada pada dirinya sebagai sebuah kesendirian para pertapa yang dipercumakan oleh cinta ataupun menjauh karenanya,semua hanya ada ataupun tiada,semua pilihan tergantung pada waktu,sakit hati karena perempuan (wanita),atau sebuah ketakutan akan sebuah nafas birahi lalu,menyebalkan kataku,,dengan segala perbedaanya,terutama ruang (pada) dan waktu (kala) serta berbagai limitasi yang menjadikan manusia tak menghargai sebuah keunikan serta kelebihan yang ada pada dirinya sebagai sebuah janji Tuhan pada kita,pikiran adalah sebuah makanan yang tiada batas tepi,demikian pula perasaan (selain seks),namun adakah waktu lagi untuk kita dan ini semua untuk sebuah cengkrama wahai sahabat?,semua manusia ada dan tiada dalam dunianya dan semua orang senantiasa mengetahui itu semua sebagai sebuah kebajikan moralitas tubuhnya sendiri,rohnya dan juga pikiran dan perasaanya dalam segala keterbatasan dirinya atas setiap apapun yang ada di luar dunianya dan dirinya juga setiap apapun yang ada di dalam keduanya sebagai satu kesatuan ketegasan,jawabnya adalah tidak untuk apapun,Vrie,”Saya seksual dengan Vrie,shatz”,itu bisikan batinku dari beberapa jam yang lalu,sebuah bisikan yang sesungguhnya teramat menyakitkan hati,aku sebal itu saja,bah!,aku sangat benci ini semua,“Saya sudah tidur”,demikian kata Tuhan waktu sekarang,Nona,Nana,siapa gerangan mereka kalau bukan beberapa teman maya dalam benakku ada kau. “Saya seksual dengan Vrie,shatz”,apakah ini merupakan sebuah kecurigaan,sebagaimana sebuah anak panah yang terlepas dari sebuah plang milikku yang entah dilepas siapa,apakah ada orang yang iri padaku sementara pikiranku menebak ada seseorang yang mepeas anak panah itu,aku memerlukan pembuktian,bukan hanya sekedar kata hati ataupun perpaduan itu semua atas sebuah ketajaman pikiran semata,ada kecurigaan,namun hal semacam ini memerlukan sebuah pembuktian,ada beberapa orang yang mungkin tak menyukai kehadiranku disini,dan aku menyadari benar,jika mungkin adalah seseorang yang bernama Erik,seorang ketua RT yang mencerabut palngku,sebuah kecemburuan,sebuah praduga yang bisa jadi hanya sebuah permisalan,bahwa kata hati ataupun kecurigaan yang datang dari hati atau pikiran belum tentu sebuah kebenaran meskipun hal itu bisa saja merupakan sebuah kemungkinan yang tajam dan terprediksikan namun asumsi semacam ini diperlukan,tapi hal ini kembali memerlukan sebuah perijinan lebih jauh dari Hyang Widhi untuk menyadari setiap kekurangan yang ada pada diri kita sebagai sebuah amanat dari Rasullulah,su’udhon adalah dosa,tapi bukankah itu adalah sebuah praduga yang perlu,untuk mewaspadai apa yang mungkin dan tak mungkin,dari sifat iri manusia ataupun juga sebuah kecemburuan atas sesuatu yang merugikan kita,atau apa?,aku seorang pencuriga atas lepasnya anak panah pada plang pengacaraku dan kaburnya pacarku,yang mungkin ada pada Erik ataupun juga pada Vrie,tapi sekali lagi sesuatu adalah mungkin dan tak mungkin sekaligus,dia orangya?,kebencian pada sudra,kemarahan dari seorang Kakak yang tolol,aku seorang pencuriga,sangat pencuriga. Aku bangun sekitar jam 9 hari ini,seperti biasa aku kembali dihadapkan pada wilayah kebimbangan,kebingungan serta keraguan dalam mengambil sebuah keputusan yang paling mengutama pada suatu hari,pada hari-hari tertentu,ada perasaan tak enak pada hati serta lambungku,hidup hari ini agak penuh dengan kemarahan akan sesuatu yang hilang,sesuatu hal yang teramat banyak tak aku setujui dalam hidup,kehadiran dua wanita,tiga wanita (atau bahkan empat dan lebih),sebuah keputusan yang cukup berat untuk memulai suatu pertarungan batin,sebuah perlawanan antara nalar dan rasa yang sampai kini sulit untuk aku hindari selain mengambil sebuah keputusan tegas dari berbagai pola kebimbangan yang senantiasa berbeda pada setiap hari-hariku yang gelisah serta gontai,pemikiran dan perasaanku akan sebuah keganjilan pada tubuhku,adalah sebuah keterbatasan anganku atas ruang logika,adalah betapa teramat menyebalkan ketika segala sesuatu mesti dinilai dengan uang,dengan berbagai kecurigaan yang tampak dan tak tampak,sebuah pembuktian,fakta dan data yang diperlukan sebagai landasan berkesejarahan baru,menjadikan apa yang telah terjadi mesti tetap terus tercatat,karena apa yang ada di kepala teramat sanagt terbatas,wilayah tubuh dan rasa adalah keterkaitan utama yang menyengsarakan,sebuah duka akan keterbatasan kita akan Tuhan,sebuah kebimbangan terus-menerus,berhentinya nafas,detak jantung,kebiadaban tatapan mata,kegelisahan yang semata-mata hanya karena sebuah hasrat rendah yang sepele,uang! Ada rasa tak nak di hatiku,perasaan yang sangat tak enak,keterbatasan tubuh yang kurasakan menjadikan aku mengatur segala sesuatunya dalam sebuah kondisi disiplin,pola makanan dan olah raga serta meditasi mesti kujalani untuk mengatur irama keseimbangan antara langit dan tanah,sebagaimana keseimbangan antara filsafat timur dengan barat,Hegel dengan Marx,Kant dengan Sartre,adalah setiap sisi dari empat mata salib yang mesti kita cerna dan bukan untuk dicerca,bukan hal yang mudah mendalami setiap agama yang ada,mencari intisari yang ada pada mereka dan menerapkan berbagai pemikiran filsafat yang ada tak hanya pada kepalaku semata,namun juga ruang perasaan,dan bentuk tubuhku yang terkondisikan semata hanya karena sebuah aplikasi dari setiap apa yang telah kudapatkan sebagai sebuah kontruksi paradigma bagi suatu perjalanan kehidupan baru,ada saatnya orang mesti berpikir tentang roti,tentang nasi atau tentang apapun,seorang pertapa adalah mereka yang lama menjalani remehnya kesendirian ahlak,kesepian yang tiada batas serta akhiran kalbu,sebuah kebencian yang tak aku setujui,sementara masih cukup banyak utang yang mesti aku bayar,sementara penghasilanku memang tak tetap,dan aku merasa senantiasa pesimis bagi sebuah pernikahan yang jelas akan terlambat pada umurku yang kini,ada yang lewat dalam hatiku,sebuah kematian,sebuah ingatan (in memoriam). Andai saja kau,saat ini disini,aku masih ingat wajah-wajah itu,dan aku termenung sejenak meratapi hari-hariku,tidak,aku mulai merasa bahwa aku mulai menjadi seorang pengecut,sifat yang terburu-buru,kecerobohan menilai serta memaknai jaman,ketidaktelitian dalam berucap dan menulis (aku sangat merasakan ini semua sebagai sebuah perimbangan,sebuah adaptasi yang sangat meninggalkan alam,sebuah adaptasi masyarakat terhadap sebuah kejatuhan struktural,sebagai mahluk sosial,sebagaimana Socrates,Cicero atau banyak tokoh filsafat lain,keterasingan adalah sesuatu yang mungkin terjadi,padahal aku masih punya pacar baru lagi nanti!),kaki-kaki hati,kaki-kaki pualam!,berpikir sendiri adalah suatu kebahagian untuk sebuah proyek diri,pencarian diri,kematian yang teramat curiga,wajah-wajah dengki,syirik,pidik,kedengkian yang percuma,dan setiap aspek lain yang menyetubuhiku,kegelisahan yang sempurna ketika uang demikian menjadikan serta membentuk karakter manusia sedemikian rupa,bahwa emosi kita,setiap kisi-kisi nalar dan setiap apa yang ada pada kita telah menjadi sebuah bagian dari lakon tingkah ekonomi,sebuah pengebirian dari sebuah sistem nilai,kebencian,kedengkian dan kesebalan,naluri,dan diriku sendiri untuk tidak menjadi orang lain atau siapapun,selain diri sendiri,tak lebih dan tak kurang,sebuah kebencian,aku berpikir lagi sendirian,merenungkan hari-hariku yang buram oleh mesiu revolusi pada hari-hariku yang kemarin,aku terlampau jumawa,tak tahu diri dan demikian bernafsu atasmu,semua telah terjadi dan tak mungkin lagi kembali serta pantas untuk direnungkan sebagai sebuah kemungkinan untuk kembali lagi dan lagi. Maka kukatakan bahwa hidup adalah sebuah permenungan panjang,saudaraku,sebuah kemungkinan dari dasariah manusia yang tolol dalam memaknai kehidupanya sendiri,semua telah menjadi ragi,menjadi apapun yang aku mau dan kau minta,semua telah terlambat untuk kembali lagi,karena semua tengah menjadi suatu kepercumaan yang dalam dari sebuah keinginan untuk kembali,demikian dikatakan Theo Huibers,manusia harus kembali merenungkan dirinya sendiri,meskipun aku merasa kehausan malam ini,semua telah berubah dan tak kuharapkan lagi sama sekali,hidup masih terlampau panjang untuk direungkan kembali dan aku tak bisa hanya sekedar berkata-kata lagi,hatiku,pikiranku badanku yang sakit sebelah akan mengembalikan segala sesuatunya pada cinta,lalu apalagi yang mesti kucari,selain sebuah kekecewaan yang harus aku tinggalkan,untuk mencari semua pembaharuan yang ada padaku sebagai sebuah kemungkinan untuk merubah sebuah nasib,sebuah perjalanan hidup yang terus terang,cukup menjemukan dan menyebalkan untuk sebuah kata uang semata,aku mual,satu kemungkinan untuk menjadi seorang arahat adalah kepalsuan hatiku sendiri,mencari uang yang tak pernah habis untuk dinikmati,ada saatnya orang mesti mencairkan kenangan,merenungkan hidup satu demi satu,sebuah pernikahan yang gagal,aku juga begitu,semua tak akan kembali dan aku mesti mencari sebuah pembaharuan diri,dari setiap kebencian dan sikap iri hati dari setiap orang-orang bodoh yang mengganggu pikiranku saat ini,banyak hal yang telah terjadi dan aku mulai lelah mengatur nafasku,aku terhenyak dalam kegirangan pedih yang mendalam,kehancuran hati yang akan kukuburkan sendirian,dalam namaNya. Pada akhirnya kita semua terjebak pada wilayah percepatan,lalu kemudian aku berpikir bahwa ini semua mesti diperlambat oleh sebuah aras meditasional,hidup telah terlampau berada dalam rasionalitas,pragmatisme,liberalisme,dan rutinitas sehari-hari,hidup menjadi demikian menjemukan dengan sistem kapitalisme liberal yang ada,kau pasti ingat tentang ini semua bahwa segala apapun akan cepat berubah sedemikian rupa,Fukuyama,namun aku sedang malas mengingat judulnya,tentang pasar bebas,liberalisme dan perang dingin,yang pasti bukan “Great Distruption”,mungkin “End of History and The Last Man”,Fukuyama cukup bagus dan identik dengan pemikiran Marxis di masa lalu sebelum jaman berubah sedemikian cepat seperti sekarang,ruang hati dan pikiran ini tengah distorsi,perlu uang untuk ini dan itu semata untuk sebuah kebutuhan sosialisme yang muncul sebagai isme yang telah tiba lama,aku mulai jengah dengan ini semua,seorang penulis mungkin akan merasa bosan dengan dirinya sendiri,kemabukan yang dirindukan dan stabilitas nasional yang bagus,menjadikan sebuah kondisi monoton dan aku ingat masa-masa lalu kita,saat semua telah terjadi menjadi sebuah bagian sejarah kita juga,semuanya telah berubah,hingga kini,hingga kesepian dan banyak makna kehilangan menjadi sebuah kekhilafan tersendiri yang mesti kita ukir lagi menjadi sebuah kemenangan hati kita atas sebuah tanah yang mahardhika seperti kini dan semua telah bukan seperti sekarang lagi nanti,semua telah berubah sayang,telah berubah,jaman tengah berubah,ideot bukan?,dia tak akan pernah lupa sama sekali,tak akan.
Posted on: Sat, 16 Nov 2013 11:00:14 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015