DI ATAS WAJAH MERAPI Berada di Yogyakarta, sayang bila - TopicsExpress



          

DI ATAS WAJAH MERAPI Berada di Yogyakarta, sayang bila melewatkan Merapi, gunungapi paling aktif di Indonesia, juga salah satu yang paling aktif di dunia, sekaligus sebuah gunungapi yang ikut menentukan sejarah Jawa. Maka hari Minggu 27 Oktober kemarin, saya menemani rombongan “outbond” geosains dan reservoir Total jalan-jalan dan belajar di Merapi. Karena mereka adalah orang-orang minyak, saya juga bersiap bercerita tentang reservoir-reservoir volkaniklastik di Jawa yang jadi lapangan minyak atau gas. Merapi bisa menjadi tempat terbaik untuk belajar reservoir volkaniklastik. Sejak letusannya yang besar November-Desember 2010 lalu, Merapi mengubah wajahnya secara total. Dua tahun setelah letusannya mulailah banyak tur-tur menggunakan mobil jeep atau landrover juga motor trail untuk jalan-jalan di wajah Merapi yang berubah itu. Tur ini secara umum disebut sebagai “lava tour”. Hari Minggu kemarin itu ternyata Merapi banyak sekali dikunjungi wisatawan yang menggunakan puluhan jeep. Kami tidak menggunakan jeep, tetapi landrover yang bertutup kanvas, demi keamanan, begitulah standar keamanan orang-orang perminyakan. Seorang dokter muda bahkan ikut bersama kami, lengkap dengan peralatan medis dan obat-obatan daruratnya berjaga-jaga untuk keperluan P3K. Rute yang kami lalui adalah rute Lava Tour yang sudah biasa dilakukan. Tetapi karena yang ikut adalah para geologist, geophysicist atau reservoir engineer, maka beberapa kali kami melambung jauh, berjalan kaki, mendekati tepi-tepi jurang guna menyaksikan endapan-endapan volkanik yang terekam dengan sangat baik di tebing jurang/sungai. Dan yang pasti adalah, mereka sering memungut batu, kalau perlu membawanya. Saya juga menggelar poster tak jauh dari tepi jurang Kali Gendol yang tebing endapan volkaniknya spektakular untuk belajar tentang endapan volkaniklastik (sedimen gunungapi). Inilah yang membedakan rombongan Total ini dari kelompok-kelompok pengunjung lainnya. Berapa tinggi Merapi? Bergantung ke kapan pertanyaan itu diajukan. Tinggi Merapi sekarang 2930 meter di atas permukaan laut, tetapi sebelum November 2010 tingginya 2968 mdpl, atau pada 1990 tingginya 2910 mdpl. Letusan November-Desember 2010 telah merendahkan puncak Merapi 38 meter. Hilangnya sebagian puncak Merapi itu telah menelan 353 orang korban tewas. Menurut banyak penelitian, batuan Merapi secara umum bisa disebut andesit basaltik dengan kandungan silikat 52-57 % (Camus, 2000). Berdasarkan penelitian endapannya, diketahui pula bahwa Merapi telah meletus sejak 400.000 tahun yang lalu, saat itu kebanyakan sifat letusannya adalah efusif, meleleh. Kemudian sejak 10.000 tahun yang lalu Merapi mengubah gaya erupsinya menjadi eksplosif, atau meledak. Perubahan ini seiring dengan berubahnya komposisi magma Merapi dari basaltik ke andesitik. Merapi menjadi bertipe khas yang disebut Tipe Merapi yaitu dicirikan oleh tumbuhnya sumbat lava di lubang kepundan, lalu sumbat lava ini terdorong oleh erupsi berikutnya dan runtuh menjadi awan panas (nuees ardente, wedus gembel) yang menuruni lereng Merapi dan memakan banyak korban. Erupsi pertama dalam gaya ledakan ini adalah sekitar 9630 ± 60 tahun yang lalu, begitu menurut Newhall et al. (2000). Pencatatan erupsi Merapi secara teratur mulai dilakukan tahun 1548 M. Sejak itu, dapatlah diketahui bahwa Merapi rajin meletus. Sebanyak 80 letusan telah tercatat, dan setengahnya diikuti oleh runtuhnya sumbat/kubah lava dan aliran awan panas (Simkin dan Siebert, 1994). Letusan-letusan kecil terjadi setiap 2-3 tahun, dan letusan besar terjadi setiap 10-15 tahun. Sekitar 17 letusan digolongkan fatal, termasuk letusan 2010 kemarin yang memakan korban sebanyak 353 orang, termasuk sang juru kunci Merapi sendiri, Mbah Maridjan. Beberapa letusan besar yang memakan banyak korban pernah terjadi tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930—ketika 13 desa diterjang awan panas dan membunuh 1400 penduduknya. Karena Merapi merupakan gunungapi paling aktif di Indonesia, maka ia pun dikelilingi oleh enam pos pengamatan gunungapi di semua sisinya: Kaliurang, Ngepos, Babadan, Jrakah, Krinjing dan Selo. Pos-pos ini dengan berbagai peralatannya memantau 24 jam Gunung Merapi dari semua sisinya. Setiap yang pernah berkeliling melihat wajah Merapi dari dekat setelah letusan besarnya pada November-Desember 2010 maka akan bergidik melihat sisa-sisa kedahsyatannya dalam bentuk endapan-endapan letusannya, rumah-rumah penduduk yang dibakarnya, batu-batu sebesar mobil yang dilemparkannya, dll. Dengan menggunakan lima landrover putih kami melihat semua bekas-bekas angkara murka sang Merapi ini. Ngeri… Kini giliran belajar endapan gunungapi sebagai reservoir minyak dan gas. Memelajari literatur-literatur tentang ini, bisa saya bagi menjadi dua: golongan negatif dan golongan positif. Yang negatif memandang bahwa reservoir volkaniklastik tak bisa menjadi reservoir migas karena mineral-mineral volkanik umumnya tidak stabil dan akan berubah menjadi lempung pada saat terkubur dan terkompaksi. Lempung akan menutup porositas. pendapat ini ada benarnya juga ada buktinya. Yang positif memandang bahwa memang mineral2 volkanik tidak stabil karena itu mereka mudah terlarut, terdisolusi, lalu menjadi pori-pori baru tempat minyak atau gas tersimpan. Pendapat ini pun ada benarnya juga ada buktinya. Jadi bagaimana dong… Dua-duanya bisa berjalan. Atas gejala tersebut, kita selektif saja memandangnya. Di Indonesia, beberapa contoh lapangan minyak yang reservoirnya volkaniklastik adalah lapangan minyak besar Jatibarang di sekitar Cirebon, dan beberapa lapangan kecil seperti Cipluk di selatan Kendal, Carat dan Metatu di sekitar Surabaya. Lapangan gasnya, misalnya lapangan Wunut dan Tanggulangin di dekat Surabaya juga. Tidak haram buat volkaniklastik menjadi reservoir yang baik, kita lihat saja kondisi-kondisinya kapan terjadi kompaksi yang berlebihan, kapan tidak. Harus dilihat juga bagaimana reservoir ini berhubungan dengan migrasi minyak dan gas yang digenerasikan oleh batuan induk. Sumatra dan terutama Jawa didominasi endapan volkaniklastik sejak Miosen Awal, 20 juta tahun yang lalu, maka memahami endapan volkaniklastik untuk prospek minyak dan gas menjadi sangat penting untuk perusahaan minyak yang beroperasi di Jawa, terutama di wilayah tengah sampai selatan. Sesederhana seperti membedakan apakah suatu endapan volkaniklastik itu endapan piroklastik atau epiklastik akan penting dalam menilai prospektivitasnya, dan Merapi adalah laboratorium alam terbaik untuk para geologist belajar. Bencana tidak pernah tinggal selamanya sebagai bencana. Bencana pun relatif karena ada makhluk hidup yang terimbas, kalau tidak ada makhluk terimbas ia bukan bernama bencana. Letusan gunungapi seluruhnya sebenarnya hanya proses keseimbangan alam. Alam selalu mencari keseimbangan. Yang tinggi direndahkan, yang rendah ditinggikan. Yang tertekan dilepaskan, yang kosong diisi, dsb. Sesederhana memahami proses-proses keseimbangan ini akan memberikan kita bagaimana memahami proses-proses geologi.***
Posted on: Fri, 01 Nov 2013 09:20:17 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015